Chapter 25

621 139 17
                                    

Salsa perlahan masuk kedalam ruangan Nadia. Sesaat setelah ia mendekat, mata Nadia penuh dengan kebencian. Namun Salsa telah membuatkan tekadnya untuk menyelesaikan segala permasalahan ini. Seketika bantal yang Nadia kenakan di lemparkan tepat ke muka Salsa.

"Mau ngapain lo kesini???" teriak Nadia. Salsa tetap mendekat. "Gue gak sudi liat muka lo! Pegi dari hadapan gue!!!!" teriak Nadia semakin kencang. Salsa menitikan air matanya. Kembali sebuah botol air meneral melayang hingga mengenai kepala Salsa.

"Gue gak akan marah Nad... Karena gue berusaha berfikir jadi lo." ungkap Salsa. "Gue gak akan maksa lo buat bisa menerima kenyataan ini." tambah Salsa. "Gue cuma mau bilang, maafin gue... Karena gue mencintai Gerry... Maafin kita karena kita saling mencintai."

Nadia terdiam, air matanya meluncur cepat dari sudut matanya, bibirnya tampak gemetar, tangannya mengepal selimut.

"Pasti ini sulit buat lo Nad... Tapi gak ada yang lebih buruk dari memaksakan kehendak. Kalau pun ceritanya lain, Kalau pun hari ini gue berangkat ke New York... Dan tiba-tiba Gerry mencoba membuka hatinya buat lo... Apa lo yakin lo akan bahagia dengan bayang-bayang gue di kepala Gerry? "

" Lo ga usah sok ngajarin gue!!! "teriak Nadia. Namun Salsa tak menggubris, ia memeluk Nadia erat dan menangis. Nadia berusaha berontak melepas pelukan Salsa namun tenaganya melemah karena sakit, setelah beberapa detik Nadia menyerah juga. Nadia turut menangis.

"Gue gak bisa bilang apa-apa lagi Nad selain meluk lo..." bisik Salsa. "Gue harap lo menemukan seseorang yang mencintai lo lebih dari Gerry..."

Nadia masih tak menggubris, ia terus menangis di pelukan Salsa.

"Maafin gue... Maafin gue karena udah egois pertahanin Gerry..." tambah Salsa.

Salsa melepas pelukannya dan menatap Nadia, menghapus air matanya.

"Jangan pernah siksa diri lo buat orang lain Nad... Lo berhak bahagia dan sehat..." ucap Salsa.

Nadia perlahan tergerak batin ya dengan sikap Salsa,

Salsa mundur, tersenyum dan hendak pergi, namun belum saja gagang pintu itu ia putar.

"Lo gak akan tahu Sa gimana rasanya jadi gue..." ungkap Nadia. Salsa membalikan tubuhnya. Nadia memegang daerah jantungnya. "Sakit... Sakit banget..." bisiknya. Salsa kembali mendekati Nadia dan memeluknya. "Gue gak tahu kenapa gue cinta banget sama Gerry... Gue gak tahu kenapa rasanya gue gak butuh laki-laki lain... Gue cuman butuh Gerry..." Nadia tersedu-sedu.

"Gue mau lepasin Gerry asal dia bahagia sama lo..." jawab Salsa. Nadia terdiam. Salsa melepas pelukan Nadia dan menatapnya. "Gue mau lepasin Gerry buat lo..."

Nadia menatap mata Salsa tak percaya.

"Apapun akan gue lakukan asal Gerry bahagia... Kalau pun dengan gue dia menderita apa gunanya... Cinta itu bukan tentang dia milik siapa... Tapi bagaimana dia bahagia..." tambah Salsa.

Salsa meninggalkan Nadia, tentu saja kata-kata itu tak sungguh-sungguh ia ucapkan, namun dari setiap langkah yang ia ayun menuju pintu keluar, seketika ia tersadar akan ucapannya sendiri.

Mungkinkah denganku Gerry bahagia?

Aku hanya orang baru diantara mereka...

Bagaimana kalau prasaan Gerry pada Nadia sesungguhnya lebih besar dari perasaan Gerry padaku???

Egoiskah aku mempertahankan Gerry demi cintaku sendiri???

Yah... Seharusnya Gerry yang memilih... Seharusnya Gerry yang memutuskan... Harus bagaimana ia... Pada siapa ia sesungguhnya akan melabuhkan hati nya....

Abang, Ade Jatuh Cinta...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang