Chapter 16

697 136 13
                                    

1 minggu berlalu...

Salsa tak mendengar kabar apapun tentang Gerry, bahkan mama tak berani menanyakan kabar Gerry pada Salsa yang memang sudah 1 minggu tak berkabar dengannya. Meski sulit, Salsa mulai membiasakan diri hidup tanpa bayang-bayang Gerry, meski ketika ia sendiri ia terbayang-bayang wajahnya. Abang tak pernah lagi membahas Gerry di rumah, di mobil, diamanapun mereka berada, seolah abang telah membuang sosok Gerry dari fikirannya. Namun di dalam hati yang dalam Salsa amat sangat berharap abang mengatakan soal Gerry sesekali.

Tibalah Salsa kesekolah setelah kurang lebih ia macet-macetan bersama abang di mobil. Salsa melambaikan tangan pada abang, abang memberi senyum terbaiknya dan pergi. Salsapun berbalik dan berjalan menuju gerbang sekolah. Tak berselang lama Kania dan Raihan berlarian menuju Salsa.

"Hhhhh... Gawat Sa gawat!!!" Raihan memulai percakapan.

"Gawat apaan..."

"Gue udah duga lo gak tau..." Kania menghela nafas.

"Kenapa sih?" tanya Salsa.

"Gerry Sa, Gerry..." ulang Raihan, mata Salsa membesar, rasanya mendengar nama itu di sebut membuat jantungnya kembang kempis. "Gerry..." Salsa memotong pembicaraan Raihan dengan telapak tangan yang dia angkat. Raihan melongo dan terdiam.

"Gue gak mau tau... Jadi gak usah ngomongin dia!!!" Salsa bergegas. Namun Kania menariknya.

"Lo yakin?" tanya Kania. Namun hatinya menjerit, sungguh Salsa ingin tahu hal mengejutkan apa yang terjadi pada Gerry. Salsa merunduk, mencoba menutupi rasa penasarannya dengan menghindari kontak mata dengan Kania dan Raihan.

1 minggu sebelumnya...

Gerry terus mendatangi rumah Salsa meski ia tak berani masuk, ia terus mengirimkan pesan lewat wa pada Salsa namjn lagi-lagi Salsa mengabaikannya.

Hingga di penghujung pesan Gerry memohon.

Aku akan lakuin apapun asal kamu maafin aku! Aku masih di depan rumah kamu Sa... Aku masih nunggu kamu.

Dengan kesal Salsa berlari keluar kamarnya, ia hendak menghampiri Gerry, abang dan yang lainnya sedang tidak ada di rumah saat itu, hujan deras mengiringi perjalanan Salsa dengan payung merahnya. Gerry yang terduduk di dalam mobil terperangah ketika melihat Salsa tepat di depannya. Tanpa menunggu lagi ia turun dari mobil, meski tak perlu waktu lama tubuhnya sudah basah kuyup. Gerry tersenyum lebar, seolah ia merasa legaakgirnya ia bisa melihat wajah Salsa, meski yang Salsa tampakkan adalah wajah marah.

"Aku harap kaka gak lagi nunggu aku di depan rumah..." Tegas Salsa, sambil membagi payungnya, hingga mereka saling berhadapan dengan dekat. Gerry mengangguk.

"Aku cinta sama kamu..." Ungkap Gerry, tak punya pilihan lain selain mengungkapkannya secepat yang ia bisa, karena ia tahu kesempatan bertemu Salsa tak akan semudah dahulu. "Aku tahu, aku gak pantes buat cinta sama kamu... Tapi aku ingin ungkapin ini semua, aku sayang sama kamu Sa..." Gerry meraih gagang payung yang masih ada tangan Salsa di atasnya.

Mata Salsa berkaca-kaca, dan melepas payungnya, membiarkan Gerry memegangnya seorang diri.

" Aku gak mau kamu pergi dari hidup aku... Kali ini aja Sa, aku pengen egois dan memakasakan kehendak aku..." jelasnya.

"itu gak akan terjadi..." Jawab Salsa segera. "Cinta kak Gerry sama aku... Ataupun cinta aku untuk kak Gerry... Semuanya gak akan terjadi..." tambahnya.

"Aku rela ngelakuin apa aja Sa... Aku mau kamu tetap di sisi aku... Aku mau kita tetap sama-sama..." pinta Gerry.

"Aku gak mau selama ada Nadia." Salsa menjatuhkan air matanya kini. "Aku muak liat kakak baik sama dia, aku benci setiap Nadia menyebut nama kakak dengan senyumnya... Aku benci kakak berlari khawatir menghampiri dia... Aku benci dan lelah hanya mendengar nama Nadia... Aku benci diri aku yang benci sama orang lain... Aku capek. "bentak Salsa.

Abang, Ade Jatuh Cinta...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang