23

1.4K 142 0
                                    

Guanlin menekuk lututnya, sejak pulang tanding basket antar kelas dia masuk ke kamar dan diam di dalam kamar yang gelap. Sengaja Guanlin matikan lampunya agar menambah kondisi kegalauannya.

Daehwi bilang kalau Siyeon ada di Uks karena sakit. Untungnya tanding basket sudah selesai, kalau baru mulai tidak tahu bagaimana team kelas Guanlin saat melawan team kelas Siyeon. Ia kira Siyeon benar-benar tidak masuk, ternyata itu akal muslihat dari Samuel agar Guanlin mau ikut partisipasi. Lagi pula ada tidak adanya Siyeon tidak berpengaruh besar untuk seorang Guanlin.

"Lin, Guanlin sayang, anak mamah yang paling ganteng. Kamu kenapa sayang?" Mamah Guanlin takut kalau terjadi apa-apa. Karena sejak pulang sekolah Guanlin bertingkah tidak seperti biasanya. Ada yang aneh dengan Guanlin. Biasanya dia pulang selalu rusuh dan suka berteriak memanggil Bi Pia, pembantu dirumah Guanlin.

Guanlin bangun mencari saklar kamarnya. Ia menatap nanar cermin yang menampilkan wajah kusutnya. Guanlin mencoba tersenyum. Ia melangkah untuk membuka pintu kamarnya. Terlihat wajah khawatir dari Mamahnya.

"Kamu kenapa, Lin?" mereka kini berada di ruang tamu. Mamah Guanlin perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi. Guanlin menghela napasnya, ia memikirkan apa yang ingin ia katakan pada Mamahnya.

"Mamah inget ngga sama cewek yang Guanlin tembak?"

"Nak, kamu membunuh orang?" mulai anehnya. Lagi-lagi Guanlin menghela napas. Guanlin mencoba tersenyum menutupi kekesalannya akan tingkah freak Mamahnya.

"Bukan gitu mah. Cewek yang waktu SMP sempet aku taksir itu lho...," Guanlin mencoba mengingatkan Mamahnya dimana saat Guanlin terpuruk selama seminggu dan akhirnya ia pindah sekolah.

Ingatan Mamah Guanlin terputar pada cerita pilu dua tahun lalu yang menimpa anak semata wayangnya. Gadis yang menolak mentah-mentah pesona tampan puteranya didepan banyak orang membuat Guanlin depresi selama tujuh hari.

"Oh, iya Mamah inget dong sayang. Itu perempuan kan yang nolak kamu pas di lapㅡ" ucapan Mamah Guanlin tertelan saat menatap mata Guanlin yang menajam ke arahnya. Guanlin kesal. Mamahnya itu sungguh freak tingkat akut.

"Mamah mulai deh nyebelinya," bibir Guanlin mencabik kesal. Sedangkan Mamah Guanlin ketawa-ketiwi menyadari kesalahannya.

"Aduh, anak mamah yang paling ganteng jangan marah-marah gitu dong," tangan lentik Nyonya Lai terangkat untuk mengelus surai hitam milik Guanlin. Mamahnya terkadang aneh. Entah kenapa perasaan Guanlin ada yang berbeda. Padahal sudah sering Guanlin ingin membuang perasaan anehnya. Tapi sering ia pikirkan, semakin sakit ia menahannya.

"Mah, aku mungkin masih punya perasaan ke cewek itu. Apa yang harus aku lakukan, Mah?"

"Apa lagi sayang, kalo kamu suka ya bilang aja. Lupain deh soal kamu pernah di tolㅡ"

"ㅡbukan di tolak mah, tapi dia bohong," ralat Guanlin tak terima. Iyalah, kan memang seperti itu kenyataannya kalau Siyeon menolaknya karena tidak mau melukai teman-temannya.

Mamah Guanlin mengangguk paham. Penolakannya dua tahun lalu membuat Guanlin sensitif. Sudah dua tahun juga Mamah Guanlin tidak mendengar kedekatan Guanlin dengan wanita lain. Malah Guanlin semakin tertutup.

"Iya sayang, iya, ralat deh. Dia bohong soal statusnya ama kamu. Terus kamu mau gimana? " tangan lentik Nyonya Lai terangkat lagi untuk mengusak surai hitam milik puteranya. Guanlin kesal. Mamahnya menganggap dirinya seperti bayi besar. Lagi pula Guanlin anak satu-satunya dari keluarga Lai.

"Nggak tahu, Mah."

"Kalo kamu masih suka sama dia  ya ungkapin aja. Toh, dia juga masih ngasih perhatian ke kamu,"

Iya Mamahnya sudah tahu soal secret admirernya. Siapa lagi yang kasih tahu kalau bukan Lee Daehwi, teman semasa ingusan. Mulut lelaki berwajah kemayu itu selalu saja mengaga tidak bisa tertutup rapat. Selalu saja mengatakan sesuatu. Tidak bisa diam.

"Jadi Guanlin harus perjuangin dia lagi, gitu?" kepala Mamahnya mengangguk. Sedangkan hati Guanlin masih gundah. Masa iya dia mendekati Siyeon lagi. Malu. Ya, pasti malu. Karena Guanlin sudah menulis kata pedas di note untuk Siyeon. Lalu bagaimana?

Guanlin bingung. Kepalanya serasa mau terbelah. Mata mamahnya berbinar seperti ada bintang di bola matanya. Ah, mamahnya memang freak. Dulu saat Guanlin terpuruk mamahnya memaki Siyeon. Tetapi sekarang mendorong anaknya untuk mengejar masa lalu yang belum puteranya miliki. Aneh. Iya, itu mamah Guanlin. Lai Sujin.

Guanlin kembali ke kamarnya, besok dia harus sekolah lagi. Besok Guanlin akan mendekati Siyeon lagi. Iya, semuanya di ulang dari awal lagi.

Pengagum Rahasia [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang