20

1.3K 155 0
                                    

Pelajaran Pak Tano, SJI akhirnya usai. Daritadi Guanlin menunggu bel istirahat, Pak Tano kalo bercerita tentang masalah Protugis menyerang Aceh tuh panjang. Untungnya jam Pak Tano sudah selesai.

"Guanlin!?" panggil teman-temannya kompak. Guanlin berjalan mendekati kelima manusia yang duduk di pojokan.

"Gila bikin markas baru lu pada?" Jisung dan Seungwoon yang baru datang pun kaget melihat dua meja dijadikan satu, bahkan kursi-kursi mereka kuasai.

"Lin, tau ngga kalo Siyeon sekolah di sini?" Tanya Jaehwan santai. Guanlin tersenyum tipis. Guanlin mengangguk.

"Masih dendam lu, Lin?" Daniel menatap intens wajah Guanlin. Lagi-lagi Guanlin mengangguk.

Daniel berdecih kesal. Daniel sempat berpikir kalau Guanlin bisu. Tangan kokohnya mengusap rambut hitam Guanlin. Mereka semua menganggap Guanlin adalah adik besarnya. Mereka tahu kalo Guanlin sok tegar, sesosok manusia rapuh tapi ditutupi dengan rapi.

Senyum manis terlihat dari wajah Guanlin yang akhir-akhir ini terlihat suntuk. Di belakang ada Maru, Jaemin, Chenle dan Sanha yang membawa nampan makanan dan ikut bergabung dengan kakak kelas hitsnya, siapa tau kecipratan hitsnya

Maru yang melihat wajah kusam Guanlin pun bertanya karena penasaran. "Kenapa lu?"

Guanlin menggeleng. Maru berdecih kesal, ingin rasanya dia memberi bogeman ke wajah Guanlin.

"Bro, gue mau bilang sesuatu...," diujung sana, mata mereka menatap satu objek yang bersuara.

"Apaan San?"

"Au, cepetan dah apa?" Jisung menyerobot penasaran. Maklum biang gosip.

"Sticky notes...," Sanha menggantungkan ucapannya. Guanlin menatap antusias.

"Gue tau pelakunya."

Pengagum Rahasia [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang