Pagi ini Atha terbangun lantaran bunyi ponsel yang terletak tak jauh dari tempatnya tidur. Dengan malas dia mengambil ponsel itu. Matanya yang masih belum terbuka dengan sempurna seketika terkejut saat membuka sebuah foto yang dikirim dari nomor tidak dikenalnya.
Tidak ada yang aneh dalam foto yang menujukan seorang cewek dan cowok yang sedang duduk berhadapan di sebuah kafe. Tapi, yang membuat Atha membelalakan matanya yaitu Daffa. Ya, foto itu memperlihatkan kedekatan Daffa dengan seorang perempuan yang Atha sendiri tidak mengenalnya. Dalam foto itu Daffa tampak memegang tangan cewek itu dan meletakan ke wajahnya. Tidak hanya itu, dalam foto lainnya salah satu tangan Daffa juga tampak menggenggam tangan cewek tersebut.
Tentu hal itu membuat Atha semakin sakit hati. Entah kenapa dadanya terasa sesak, mulutnya membisu dan air mata juga sudah tidak dapat dia bendung. Ya, Atha menangis, hatinya benar-benar hancur dikala dia sudah ingin memperbaiki hubungannya dengan Daffa yang kemarin memburuk saat itu juga Daffa berduaan dengan seorang cewek.
"Atha, cepat bangun! Kamu berangkat ke sekolah!" teriak mamanya dari luar kamar.
"Iya Ma!" Atha berusaha menyembunyikan suaranya yang serak akibat menangis.
Dengan langkah gontai Atha keluar dari rumahnya untuk berangkat ke sekolah. Saat itu juga Daffa memarkirkan motornya di pelataran rumah Atha. Seperti biasa hari-hari sebelumnya Daffa datang untuk menjemput Atha. Tapi dengan cueknya Atha melewati begitu saja Daffa yang berdiri di samping motor dengan senyum yang mengembang. Tanpa bicara apa pun Atha berangkat ke sekolah mengendarai motornya meninggalkan Daffa yang kebingungan akan sikap Atha.
Sejujurnya jauh di dalam hati Atha sangat ingin menampar wajah Daffa, menangis di depan cowok itu dan mengungkapan kalau hatinya terluka. Dadanya terasa begitu sesak akibat menahan amarah dan tangisan. Seolah tidak ada lagi oksigen di sekitar yang bisa dia hidup. Matanya memanas, tapi sebisa mungkin dia menahan agar air mata itu tidak kembali tumpah dan membasahi pipinya.
Di perjalanan Atha dapat melihat dari kaca spion kalau Daffa membuntutinya dari belakang. Saat Atha menambah kecepatan motornya, Daffa juga ikut menambah kecepatan motor yang dia kendarai. Mereka terlihat seperti seorang penjahat yang membuntuti mangsanya. Hal itu terus berlanjut sampai keduanya tiba di parkiran sekolah. Atha segera melepas helm yang dikenakan dan turun dari motornya. Meninggalkan Daffa yang berusaha menyamakan langkahnya dan terus memanggil namanya. Atha yang merasa jarak Daffa semakin mendekat pun memutuskan berbelok ke toilet perempuan, karena itu adalah satu-satunya tempat dimana cowok tidak bisa memasukinya. Di dalam Atha hanya terdiam menatap dirinya sendiri di depan cermin wastafel sembari mengatur napas yang memburu. Di situ tanpa sadar air matanya perlahan turun dan membasahi pipinya. Kebetulan di toilet tidak ada seorang pun yang masuk. Mungkin karena ini masih pagi.
Atha menghiraukan ponselnya yang sedari tadi bergetar menandakan ada pesan dan panggilan masuk. Samar-samar dia melirik ponselnya yang sengaja dia letakan di pinggir wastafel, dari situ dia mengetahui kalau pesan dan panggilan itu dari Daffa. Entah sudah berapa kali Daffa mengirimkan pesan kepada Atha, menyuruhnya keluar dari toilet. Tapi, Atha tetap mengabaikan.
Setelah beberapa lama kemudian bel tanda di mulainya pelajaran pun berbunyi. Atha segera membasuh wajahnya dengan air agar lebih segar dan memutuskan untuk ke luar dari toilet. Atha pikir Daffa sudah tidak berda di depan toilet perempuan lagi. Tapi, ternyata hal itu salah besar. Daffa masih setia menunggu Atha keluar dari toilet.
"Atha, kamu kenapa?" kata Daffa sambil menggenggam pergelangan tangan Atha.
Namun, Atha tidak menjawab pertanyaan itu. Dengan kasar Atha menghempaskan tangan Daffa hingga genggaman itu terlepas. Selanjutnya Atha berlari menuju ruang kelas yang terletak tak jauh dari toilet perempuan. Daffa berusaha mengejar, tapi tidak berhasil lantaran tak lama setelah Atha masuk seorang guru pengajar juga masuk ke kelas Atha.
Kania yang melihat sahabatnya habis menangis pun menepuk kebingungan. Tidak biasanya Atha datang ke sekolah dengan wajah sembab seperti habis menangis. Beberapa kali juga Kania memergoki Atha yang mengelap sudut matanya dengan tisu. Kania ingin bertanya tapi sang guru pengajar sudah memulai proses pembelajaran. Jadi dia hanya bisa mengelus pundak Atha, untuk memberikan sedikit kekuatan kepada gadis itu.
Beberapa lama kemudian bel tanda istirahat berbunyi. Belum sempat Kania membuka suara untuk bertanya kepada Atha, namun gadis itu sudah lebih dulu memeluk Kania dan kembali menangis. Kania tidak bertanya sampai Atha sudah sedikit tenang. Tanpa diminta Atha sudah menceritakan apa yang membuatnya menangis. Saat Atha akan menunjukan foto tersebut Daffa datang memasuki ruang kelas Atha. Seketika Atha bangkit dari tempat duduknya dan pergi keluar kelas meninggalkan Kania dan Daffa. Daffa sudah berusaha menahan tapi tidak berhasil. Saat Daffa akan mengejar gadis itu Kania malah menahannya agar Atha lebih tenang dulu.
Tak lama kemudian ponsel Kania bergetar dan sebuah pesan dari Atha masuk. Dalam pesan itu Atha mengirim beberapa foto yang menunjukan kedekatan dengan seorang wanita yang Kania sendiri juga tidak mengetahuinya. Saat tengah memperhatikan foto yang baru saja di kirim Atha, Kania tidak menyadari kalau Daffa juga ikut memperhatikan foto itu.
"Jadi ini?" tanya Daffa.
"Apanya?" Kania balik bertanya.
"Dasar licik!" umpat Daffa setelah itu pergi meninggalkan Kania.
Saat ini Atha tengah berada di perpustakaan untuk menghindar dari Daffa. Itu semua karena Atha sangat jarang mengunjungi perpustakaan. Jadi tidak mungkin Daffa mengira Atha berada di sana. Di perpustakaan Atha hanya duduk di salah satu bangku dengan sebuah buku yang terbuka di hadapannya. Namun, bukan berarti Atha membacanya dia hanya menatap kosong buku itu dan mengabaikan ponselnya yang sedari tadi bergetar karena Daffa berulang kali mengirim pesan dan menghubunginya. Tapi Atha tetap tidak menghiraukan itu.
Hal itu terus berlanjut sampai malam hari. Tadi ketika pulang sekolah Atha juga buru-buru pulang agar tidak bertemu Daffa. Sebenarnya Daffa juga datang ke rumah Atha, tapi Atha tidak mau menemuinya dengan alasan dia pusing dan akan tidur. Daffa yang menyadari Atha tidak mau bertemu dengannya memilih untuk pulang. Tapi sesampainya di rumah Daffa terus berusaha menghubungi Atha tapi cewek itu tidak menjawabnya. Hal itu membuat Daffa benar-benar frustasi dan tidak bisa konsentrasi belajar.
*****
Semoga masih betah ya dengan cerita ini 🙏Salam literasi dan sampai jumpa di bab selanjutnya 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror Of Love #ODOC_THEWWG [END]
Teen FictionAgatha Faradyla atau yang akrab di panggil Atha adalah gadis cantik dan pacar dari Daffa Akhasa Airlangga. Daffa yang menjabat sebagai ketua OSIS, pemain inti tim basket sekolah dan anggota club bahasa Inggris memiliki waktu yang sedikit untuk bersa...