12. Demi Sebuah Kata Maaf

36 5 3
                                    

Cukup lama Daffa mencoba menghubungi Atha untuk menjelaskan tapi Atha tidak mau menjawab teleponnya atau sekedar membaca pesan darinya.

"Udah malam bro pasti cewek lo udah bobok cantik," Ucap Sakha tanpa mengalihkan pandangan dari game di ponsel yang sedang ia mainkan "Lagian, itu mantan lo nggak laku apa bagaimana sih? Masih aja ngejar lo."

"Entahlah, lagian siapa juga yang mau sama bocah model Chea?" jawab Daffa sambil merebahkan tubuhnya ke kasur.

"Lo amnesia? Lo dulu mau sama dia." Setelah itu tawa Sakha pun pecah.

Daffa hanya melempar bantal ke arah Sakha. Dia meruntuki kebodohannya mengatakan hal itu.

"Pulang sono lo! Bukan bantuin teman yang lagi kesusahan malah ngakak."

"Yey, santai kali bos! Bentar gue coba hubungi Atha."

Setelah itu Sakha mematikan gamenya dan mencoba menghubungi Atha. Panggilan pertama masih tidak dijawab oleh Atha, barulah panggilan ke dua dijawab. Sakha yakin kalau Atha yang menjawab teleponnya meski orang yang di seberang sana belum mengatakan apa-apa.

Segera Sakha menyerahkan ponselnya kepada Daffa. Tanpa pikir panjang Daffa segera menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Itu semua karena dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan Atha yang menjawab telpon. Namun, betapa terkejutnya Daffa saat mendengar suara bariton orang di seberang sana sedang tertawa. Daffa yang kebingungan langsung menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatap layar ponsel untuk memastikan kalau yang ditelpon Sakha memang benar-benar nomor Atha. Ya, Sakha memang tidak berbohong dirinya memang menelpon Atha. Saat itu juga Daffa langsung terdiam dengan ponsel yang dia letakkan kembali ke telinganya.

Setelah berhasil menormalkan tawanya lelaki itu baru mengatakan kalau dirinya adalah abangnya Atha yang selama ini menempuh pendidikan di AAU, maka dari itu Daffa tidak pernah bertemu. Saat itu Daffa mengingat kalau Atha pernah bercerita soal abangnya yang bernama Raihan sedang menempuh pendidikan di AAU. Tapi Atha selalu menceritakan tentang Daffa kepada abangnya, mangkanya Raihan sudah tahu kalau yang menelepon tadi Daffa meski menggunakan nomor Sakha. Hal itu dikarenakan tidak mungkin Sakha yang merupakan sahabat Daffa memohon agar dimaafkan dengan sebutan sayang pula. Raihan juga mengetahui masalah yang di hadapi Atha dengan Daffa saat ini.

Sedangkan Daffa hanya bisa terdiam menahan malu karena sudah salah orang. Tapi dia mendapat nasihat dari Raihan agar Daffa bisa menyelesaikan masalah ini secara gentle. Raihan memang belum pernah bertemu langsung dengan Daffa, bahkan berkomunikasi melalui telepon atau sosial media mereka belum pernah. Tapi, Raihan adalah tipe orang yang cepat akrab dengan siapa saja. Mangkanya Raihan memberi masukan layaknya seorang kakak yang memberikan nasihat kepada adiknya.

"Gimana?" tanya Sakha saat Daffa telah mematikan telponnya.

"Atha udah tidur. Terus yang jawab telpon tadi Bang Raihan."

"Bang Raihan siapa?"

"Abangnya Atha."

Keesokan harinya Daffa berniat menjemput Atha dan mencoba menjelaskannya. Dengan langkah gontai Daffa keluar dari rumahnya dan mengendarai motornya menuju ke rumah Atha. Tak butuh waktu lama baginya untuk sampai karena Daffa sengaja melewati jalanan kampung untuk menghemat waktu. Dengan cepat dia turun dari motornya dan mengetuk pintu rumah Atha. Baru tiga kali Daffa mengetuk seseorang dengan perawakan tinggi dan potongan rambut cepak ala tentara membukakan pintu untuk Daffa. Daffa yang belum pernah melihat lelaki itu hanya terdiam sebelum akhirnya lelaki itu memperkenalkan diri sebagai Raihan.

Sebenarnya Raihan sudah mempersilakan Daffa masuk, tapi Daffa tidak mau dan memilih menunggu di teras rumah. Tak lama kemudian Atha keluar dari dalam rumah. Yang membuat Daffa bingung adalah Atha tidak mengenakan seragam.

"Hai! Kamu nggak sekolah?"

"Nggak."

"Kamu sakit?"

"Cuma pusing, tapi Bang Raihan nggak kasih izin buat sekolah. Dia nggak tega kalau lihat aku sakit terus maksain sekolah. Katanya percuma nggak bisa konsentrasi."

"Kamu udah ke dokter?" tapi Atha tidak menjawab dan memilih diam.

"Aku ke sini sebenarnya mau menjelaskan yang sebenarnya terjadi,"

Setelah itu Daffa menjelaskan semuanya. Tapi tidak ada respon dari Atha, dia hanya tetap terdiam tanpa mau menatap wajah Daffa barang sebentar. Begitu juga saat Daffa berusaha menggengam tangan Atha, cewek itu melepaskannya. Sebenarnya jauh dalam hatinya Daffa merasa sakit kala melihat Atha yang bersikap seperti ini.

"Pergi!" satu kalimat yang keluar dari mulut Atha dapat membuat Daffa tersentak.

Saat Daffa bertanya kenapa Atha mengusirnya, cewek itu mengatakan kalau dirinya tidak percaya dengan semua yang di jelaskan Daffa. Atha menganggap kalau Daffa hanya membohonginya untuk mendapatkan maaf. Saat itu air mata Atha sudah tidak kuasa di bendungnya. Atha juga mengusir Daffa dengan kasar dan mendorong tubuh cowok itu agar pergi dari rumahnya. Setelah itu Atha masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu, membiarkan Daffa yang terus memohon. Walau akhirnya Daffa pergi dari rumah Atha karena takut telat menuju ke sekolah.

*****
Hihihihi... Sakha nurut banget ya 😁

Maaf kalau masih banyak kesalahan 🙏

Salam literasi dan sampai jumpa di bab selanjutnya 😊

Mirror Of Love #ODOC_THEWWG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang