24. Nama Yang Mencurigakan

28 1 0
                                    

Berhari-hari sudah Daffa memikirkan cara untuk mengetahui yang sesungguhnya perihal status di media sosial itu tapi dirinya masih belum menemukan caranya. Sempat dia berpikir ingin menanyakan langsung kepada Atha. Namun saat sudah di depan Atha durinya mengurungkan hal itu. Kali ini Daffa tidak mau gegabah, hingga membuat hubungannya dengan Atha retak. Bisa saja inisial itu bukan seorang cowok itu yang selalu Daffa katakan pada dirinya sendiri. Tapi entah kenapa hati kecilnya mengatakan kalau itu inisial seorang cowok.

Selama beberapa hari itu juga Daffa menyembunyikan apa yang sebenarnya dia rasakan di depan Atha. Cowok itu bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa jika sedang bersama Atha.

Kania yang berjanji ingin membantunya juga belum mendapatkan petunjuk apa pun. Meski dirinya telah beberapa kali mengikuti Atha saat ke toilet.

"Woy, ngelamun aja lo!" Sakha menepuk pundak Daffa.

"Apaan sih?" sungut Daffa.

"Lo udah tahu kabar terbaru belum?"

"Kabar apaan?"

"Minggu depan kita akan melawan tim basket yang sama dengan yang kita lawan kemarin."

"Yang SMA dari Surabaya itu?"

"Yap, betul sekali."

"Kok gitu?"

"Emang gitu. Soalnya SMA Tunas Harapan mengundurkan diri. Terus bocoran dari pelatih tadi, lo masih dipertahankan sebagai pemain inti. Sedangkan gue bisa bobok ganteng di kursi cadangan." Sakha nyengir tanpa dosa.

Sedangkan Daffa hanya memutar bola mata jengah. Dengan adanya masalah soal status yang dikirim Atha sebenarnya Daffa tidak yakin dirinya bisa fokus ke pertandingan. Tapi dia bertekat akan berusaha dan tidak ingin mengulangi kesalah yang sama. Dia tidak ingin kenali mengecewakan pelatih yang sudah memberi kepercayaan untuk dirinya.

Entah kenapa masalah ini juga tidak terlalu besar bagi Daffa. Mungkin itu karena Daffa belum mengetahui kebenarannya. Bisa saja itu adalah inisial nama temanya. Tapi yang membuat Daffa bingung adalah Atha seolah menutupi sesuatu. Belum lagi selang satu hari setelah Atha mengirim status tersebut, cewek itu menghapusnya dari akun facebook pribadinya. Tentu hal itu sangat mencurigakan. Beruntung Daffa sudah menscreenshoot status tersebut.

Di lain tempat Atha tengah meruntuki kebodohannya yang mencurahkan isi hatinya ke media sosial. Belum lagi inisial yang tercantum di status tersebut. Hatinya benar-benar berdebar, takut kalau nanti Daffa membacanya dan menanyakan kepada dirinya. Kalau dia jujur kepada Daffa, dia takut Daffa marah bahkan memutuskan hubungan dengannya. Tapi kalau dia berbohong, dia harus beralasan apa lagi untuk membuat Daffa mempercayai.

Belum lagi tadi Kania secara terang-terangan menanyakan perihal inisial itu. Tadi Atha terpaksa berbohong dan mengatakan kalau itu adalah sepupunya yang tinggal di luar kota. Tidak mungkin dirinya mengakui sekarang kalau dirinya telah menduakan Daffa. Atha belum siap seandainya nanti Daffa meninggalkannya. Jauh dari hatinya yang paling dalam Atha masih mencintai Daffa, di sisi lain dirinya tidak mungkin meninggalkan Erta dalam kondisi Erta yang sakit.

Hari pertandinganpun tiba. Sama seperti kemarin Atha tidak datang menyaksikan pertandingan dengan alasan tidak enak badan. Kali ini Atha memang tidak berbohong dirinya merasa tidak enak badan, bukan karena dia menghindar untuk bertemu Daffa dan Erta. Atha berpikiran kalau Erta tidak ikut pertandingan mengingat kesehatannya lagi pula Erta juga tidak berbicara kalau dirinya akan ikut pertandingan.

Tadi sebelum Daffa berangkat Atha masih memberinya semangat. Tentu Daffa terlihat bahagia akan hal itu, meski jauh dari dalam hatinya Daffa tidak merasa bahagia.Daffa tidak bahagia bukan karena Atha tidak bisa hadir, tapi entah kenapa cowok itu justru merasa kata penyemangat yang keluar dari mulut Atha sangat menusuk hatinya. Daffa sendiri juga tidak mengetahui alasanya yang jelas Daffa merasa kalau apa yang diucapkan Atha tidak tulus dari hatinya.

Seperti biasa sesampainya di arena basket Daffa langsung bersiap-siap untuk bertanding. Sedari tadi tidak ada senyum yang menghiasi wajah Daffa, bahkan dia menjadi lebih banyak diam. Daffa hanya berbicara ketika ada hal-hal penting saja.

Pelemparan bola pertama mampu dikuasai tim sekolah Daffa. Poin demi poin terus di peroleh kedua tim secara bergantian. Maklum saja kedua tim adalah tim unggulan yang memiliki jajaran pemain terbaik serta dikenal sebagai tim yang memiliki strategi bagus juga. Kali ini Sakha sengaja dimasukan dalam jajaran pemain cadangan untuk menghemat energi mengingat Daffa sudah masuk dalam pemain inti. Daffa dan Sakha memang dikenal memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda.

Beberapa menit kemudian pertandingan telah berakhir yang dimenangkan oleh tim sekolah lawan. Daffa hanya diberi kesempatan pada babak pertama karena dia sudah terlihat kelelahan. Tim sekolah Daffa sebenarnya sempat unggul di babak pertama, sayang hal itu tidak dapat bertahan pada babak kedua.

Saat hendak menuju kamar mandi tak sengaja Daffa melihat sebuah ponsel yang tergeletak di pinggir lapangan. Karena takut terinjak-injak Daffa berinisiatif untuk mengambilnya dan mengembalikan kepada pemiliknya.

Baru saja ponsel berwarna putih itu berada di tangan Daffa, tiba-tiba ponsel itu bergetar menunjukan kalau ada sebuah pesan masuk. Betapa terkejutnya Daffa saat membaca siapa yang mengirim pesan tersebut. Di layar ponsel tertera nama Atha yang mengirim pesan. Daffa memang tidak membuka pesan tersebut karena dia menganggap itu adalah privasi seseorang.

Daffa mengurungkan niatnya untuk ke kamar mandi. Cowok itu justru berjalan ke gerombolan teman satu timnya untuk menanyakan mapala ponsel itu milik salah satu dari mereka. Teman satu timnya tidak ada yang mengakui itu sebagai ponselnya malah salah seorang diantara mereka menyarankan untk menanyakan kepada tim lawan.

Dengan langkah santai Daffa berjalan mendekati seseorang dari tim lawan yang masih berada di pinggir lapangan. Saat menanyakan perihal ponsel yang dia temukan orang itu terlihat mengingat-ingat sesuatu. Hingga akhirnya orang itu mengatakan kalau itu ponsel salah satu teman satu timnya. Dia menyarankan agar Daffa memberikan kepada orangnya langsung.

"Langsung aja kasih ke Amerta Ardi!"

"Ok, makasih."

Daffa pun langsung berjalan menuju ke arah gerombolan tim lawan. Tatapan permusuhan didapatkan Daffa dari tim lawan. Tapi Daffa tidak memperdulikan hal itu. Dia segera mencari seseorang yang bernama Amerta Ardi dan memberikan ponsel yang terjatuh tadi. Kemudian berlalu meninggalkan mereka.

Sejak mendengar nama Amerta Ardi entah kenapa dugaan Daffa mengenai inisial di status Atha mengarah kepada cowok tersebut. Meski berulang kali dirinya berusaha menyingkirkan pemikiran itu karena belum ada bukti tapi hati kecilnya mengatakan kalau inisial itu adalah inisial Amerta Ardi.

Karena rasa penasaran yang menggebu besok dia berencana menanyakan langsung ke Atha. Tidak perduli bagaimana kelanjutan hubungan meraka seandainya itu memang benar Amerta Ardi.

*****
See you next part 🙋

Mirror Of Love #ODOC_THEWWG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang