29. Kenyataan Yang Menyakitkan

33 1 0
                                    

Atha baru saja pulang sekolah, tapi sudah ngedumel. Sebenarnya dia ngedumel bukan tanpa sebab. Tadi saat di sekolah Daffa sengaja tidak ikut latihan basket hanya untuk pulang bersama dirinya adalah besok dia harus kembali bertanding. Itu yang membuat Atha mengomelinya, sampai sekarang dia masih ngedumel sendiri. Tadi memang Atha yang mengajaknya ketemuan lalu pulang bersama, tapi tadi Atha tidak tahu kalau Daffa ada latihan basket. Kalau Atha tahu pasti tidak akan mengajak Daffa pulang.

Beruntung tadi Atha mengetahui sebelum mereka keluar gerbang jadi Atha bisa menyuruh Daffa untuk kembali ke lapangan. Walapun Daffa sempat menolak tapi akhirnya cowok itu menyerah dan menuruti perintah Atha untuk kembali ke lapangan basket. Yang membuat Atha kesal sampai sekarang adalah Daffa tidak mengatakan kalau dia ada latihan. Atha mengetahui hal itu dari salah satu teman satu tim Daffa yang berteriak mengajak Daffa ke lapangan basket.

Daffa sudah mendapatkan kepercayaan dari sekolah untuk mengharumkan nama sekolah. Jadi dia tidak boleh lari dari tanggung jawab. Apalagi dia lari dari tanggung jawab hanya karena masalah cewek. Atha tidak menyukai hal itu. Ya, dulu Atha memang ngambek karena Daffa tidak memiliki banyak waktu untuk dirinya yang ujung-ujung Atha mendiamkan Daffa. Tapi dari kesalahan itu Atha sadar kalau kesibukan Daffa tidak untuk dirinya sendiri. Dia sibuk latihan basket, ketika menang bukan hanya Daffa yang senang tapi satu sekolah juga merasa senang dan bangga. Dia sibuk di OSIS, itu adalah tugasnya untuk kepentingan banyak orang.

Sedangkan tugas Atha adalah mendukungnya bukan malah menuntutnya. Juga membantunya mengejar ketertinggalan Daffa dalam pelajaran. Mereka memang tidak satu kelas tapi apa yang mereka pelajari kurang lebih sama karena mereka satu jurusan.

Malam harinya Atha dibuat khawatir karena sejak pulang sekolah tadi Daffa tidak memberikan kabar. Atha pikir cowok itu ngambek gara-gara Atha yang plin-plan tadi siang. Berkali-kali Atha mengirim pesan chating kepada cowok tersebut, tapi tidak ada jawaban darinya. PanggilannyaPanggilannya juga tidak di jawab. Merasa gemas Atha mencoba video call. Di luar dugaan Daffa menjawab video call itu.

Dari video call itu Atha bisa melihat muka bantal Daffa. Matanya masih setengah terbuka, rambut acak-acakan, serta masih mengenakan kaos baket. Bisa dipastikan kalau sesampainya di rumah Daffa langsung tertidur. Atha pun hanya tersenyum melihat Daffa yang berusaha membuka matanya.

"Siapa sih?" tanya Daffa dengan mata yang setengah terbuka.

"Menurut anda?" jawab Atha.

"Atha!" Daffa langsung membuka matanya saat mendengar suara Atha.

"Bangun dulu, mandi lalu makan terus lanjut tidur lagi!"

"Kok kamu tahu kalau aku belum mandi?"

"Itu bajunya,"

Daffa yang baru sadar kalau dia masih mengenakan kaos basket hanya nyengir tanpa dosa. Setelah itu Atha sengaja langsung mematikan video call secara sepihak. Hal itu dia lakukan agar Daffa segera mandi lalu makan, kalau dia meminta persetujuan Daffa bisa dipastikan kalau Daffa semakin menglor-olor waktu.

Seperti dugaan Atha, setelah Atha mematikan video call Daffa balik menghubungi Atha. Tapi Atha sengaja tidak menjawab. Atha malah meninggalkan ponselnya di kamar sedangkan dia menuju ruang makan untuk makan malam karena dia belum makan malam.

Suara adzan subuh membangunkan Atha dari tidurnya. Hari ini dia akan menyaksikan sekaligus memberi dukungan untuk Daffa yang sedang bertanding basket. Sebenarnya tidak hanya memberi dukungan untuk Daffa tapi juga tim sekolahnya. Tapi sebelum bersiap-siap Atha menyempatkan waktu untuk menghubungi Daffa. Atha akan memastikan kalau cowok itu sudah bangun.

Benar saja Daffa baru bangun saat Atha menghubunginya. Untung Atha membangunkan, kalau tidak bisa-bisa Daffa tidak jadi bertanding karena telat. Daffa bilang kemarin malam dia lupa menyetel alarm. Setelah mematikan Daffa sudah bangun, baru Atha bersiap-siap untuk bersiap untuk ke arena basket tempat Daffa bertanding. Kali ini Atha akan berangkat bersama-sama dengan suporter dari sekolahnya. Mangkanya dia harus berangkat lebih pagi dari biasanya ketika menonton pertandingan basket. Hal itu bertujuan agar dirinya tidak tertinggal rombongan.

Rombongan tim basket berangkat terlebih dulu baru beberapa menit berikutnya di susul oleh suporter. Jika rombongan tim basket berangkat menggunakan bus yang di sediakan sekolah, maka suporter berangkat menggunakan motor sendiri-sendiri. Atha berboncengan dengan Kania. Dalam perjalanan yang lebih banyak bicara adalah Kania karena Atha fokus nyetir.

Sesampainya di arena basket ternyata Atha dan yang lain sampai lebih dulu dibanding rombongan tim basket. Katanya mereka terjebak macet hingga telat datang. Saat ini Atha sudah berada di tribun penonton. 30 menit sebelum pertandingan di mulai rombongan tim basket belum juga sampai. Hal itu membuat Atha khawatir kalau tim basket sekolahnya batal bertanding karena telat hadir. Mengingat ini adalah salah satu ajang bergengsi untuk pertandingan basket. 15 sebelum pertandingan rombongan tim basket sekolahnya baru sampai.

Beberapa menit kemudia kedua belah tim mulai memasuki arena pertandingan. Dari situ Atha baru mengetahui kalau lawan tim basket sekolahnya adalah tim basket sekolah Erta. Tapi Atha tidak melihat Erta turun ke lapangan pertandingan. Tiba-tiba Ata jadi kepikiran soal kesehatan Erta. Tapi segera dia menepis pemikiran itu. Bagaimana pun Erta pernah menjadi dalam bagian hidupnya, tidak mungkin kalau Atha sejahat itu sampai dengan mudahnya dirinya melupakan Erta apalagi soal penyakit yang di derita cowok itu.

Suara riya suporter terdengar saat tim yang mereka dukung mendapatkan poin. Dalam pertandingan kali ini lagi-lagi Daffa berhasil memasukan bola ke dalam ring lawan setelah percobaanya berkali-kali mengalami kegagalan.

Beberapa menit kemudian pertandingan usai dimenangkan oleh tim sekolah Daffa. Tentu itu sangat membahagiakan bagi para pemain maupun suporter. Atha pun segera turun dari tribun untuk menghampiri Daffa. Saat dia tengah mencari keberadaan cowok itu tanpa sengaja dia mendengar pembicaraan seseorang.

"Lo nggak main tadi?"

"Nggak, gue kena skors."

"Eh, selingkuhan lo bukannya sekolah di sekolahan yang kita lawan ya?"

"Iya. Awalnya gue putusin dia nggak mau, terus sekarang dia yang mutusin."

"Lah, kok gitu?"

"Waktu itu gue alasan kalau gue ngidap leukemia. Dia nangis-nah ia nggak mau pisah sama gue, katanya dia akan selalu ada buat gue. Tapi sekarang dia ngurusin gue."

"Bego banget sih lo cari alasan."

"Gue memang bego karena udah buat alasan yang nggak logis. Tapi dia lebih bego karena udah masuk dalam jebakan orang bego."

Atha sangat kenal suara itu. Saat Atha menoleh ke belakang Atha melihat Erta fan sekarang temanya sedang berbincang. Di situ Erta terlihat sehat-sehat saja. Entah apa yang ada di pikiran Atha hingga berjalan ke arah Erta.

"Jadi selama ini lo jadikan gue selingkuhan?" ucap Atha saat sudah berada di depan Erta. Erta sangat terkejut melihat Atha ada di depannya, tapi sedetik kemudian dia terlihat santai kembali.

"Terus kenapa? Mau nangis? Atau mau marah?"

Refleks Atha menampar pipi Erta. Hatinya benar-benar sakit. Dari situ Atha baru menyadari kalau Erta bukanlah cowok baik-baik. Atha juga baru mengerti bagaimana rasa sakit yang dirasakan Daffa saat mengetahui dirinya berselingkuh dengan Erta.

*****
See you next part 🙋

Mirror Of Love #ODOC_THEWWG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang