5. Saling Mengerjai

55 7 17
                                    

Bel tanda berakhirnya pelajaran jam terakhir telah berbunyi membuat seluruh siswa berhamburan keluar kelas. Tapi hal itu nampaknya tidak berlaku untuk Atha, pasalnya dia baru keluar kelas setelah keadaan kelas benar-benar sepi. Dengan santai dia melangkahkan kakinya untuk keluar kelas. Dan betapa kagetnya dia saat melihat Daffa sudah berada di depan pintu kelasnya.

"Ayo pulang!" ajak Daffa saat Atha telah berada di hadapannya.

"Loh, katanya tadi mau ada rapat OSIS?" tanya Atha heran.

"Nggak jadi. Oh iya, nanti habis shalat magrib aku ke rumah kamu boleh nggak?"

"Boleh. Mau ngapain?"

"Mau lamar kamu." Jawab Daffa dengan wajah datarnya.

"Serius?" Atha berusaha menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah.

"Iya kalau udah lulus. Kalau nanti aku mau minta ajari kamu ngerjain tugas bahasa Indonesia. Kamu kemarin kan udah, yang mengkonversi novel jadi naskah film." jelasnya.

Atha hanya mengangguk sebagai jawabannya. Dia sudah tidak bisa lagi berkata apa-apa. Sedikit kesal memang karena Daffa menggodanya. Ya, seperti itulah Daffa, dia bisa menggoda Atha dengan wajah datarnya dan membuat pipi Atha memerah seperti kepiting rebus. Setelah itu Daffa pasti akan bersikap biasa seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal sebenarnya Daffa juga menahan tawanya saat melihat Atha blushing.

Seperti sekarang ini Daffa tiba-tiba menggengam tangan Atha dan mengajaknya pulang. Hal sekecil itu bisa membuat rona merah di pipi Atha bertambah tapi Daffa tetap bersikap biasa saja. Berbeda dengan Atha yang berjalan di samping Daffa sambil menundukkan wajahnya yang sudah memerah. Dia malu kalau sampai ada siswa lain yang melihat rona merah itu.

Sesampainya di parkiran Daffa baru melepas genggaman itu. Dan mulai menghidupkan motornya.

"Itu wajah kenapa merah? Habis main drama bunuh-bunuhan dan muka kamu kena darah ya?" ucap Daffa ketika Atha baru saja duduk di atas motornya.

Atha tidak menjawab pertanyaan Daffa, dia malah memukul lengan Daffa. Sedangkan Daffa malah tertawa terbahak-bahak sebelum akhirnya melajukan motornya meninggalkan area sekolah.

Di perjalanan tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Atha. Padahal sedari tadi Daffa sudah mencoba mengajaknya bicara. Sepertinya Atha masih ngambek karena Daffa yang tadi menggodanya. Dalam perjalanan juga Daffa sudah meminta maaf tapi Atha belum menjawabnya.

Sebenarnya Atha tidak benar-benar ngambek pada Daffa dia hanya ingin mengerjai balik Daffa. Sedari tadi Atha benar-benar menahan agar tidak sepatah kata keluar dari mulutnya.

Hingga sampailah mereka di depan rumah Atha. Langsung saja Atha turun dari motor yang di kendarai Daffa. Daffa yang mengerti kalau Atha akan masuk ke dalam rumah tanpa mengatakan apa-apa langsung menahan tangan Atha dan menggenggamnya. Saat itu tanpa sengaja manik mata keduanya bertemu yang mengakibatkan mereka saling tatap satu sama lain. Cukup lama mereka saling tatap dalam diam sampai seekor kucing jalan yang tiba-tiba mengeong di dekat kaki Atha membuat mereka tersadar. Daffa akhirnya melepaskan genggaman tangan mereka dan tersenyum kikuk. Walaupun dalam hatinya dia mengumpat pada kucing tadi.

Atha yang merasakan suasana canggung itu akhirnya buka suara.
"Kamu nggak langsung aja ngerjain tugasnya?"

"Aku pulang ke rumah dulu nanti habis shalat magrib aku balik lagi ke rumah kamu. Ya sudah aku pulang dulu." jawabnya.

"Hati-hati di jalan!" ucap Atha sebelum masuk ke dalam rumah.

Daffa hanya mengangguk sebagai jawabannya dan kembali melajukan motornya untuk pulang ke rumahnya. Dalam perjalanan Daffa merasa ada yang aneh pada diri Atha. Pasalnya tadi di perjalanan dia ngambek tidak mau bicara sama sekali. Terus setelah manik matanya dan Atha saling bertatapan Atha berubah menjadi perhatian. Biasanya kalau Atha ngambek tidak akan perhatian sedikitpun dan terkesan cuek sebelum dia benar-benar memaafkan Daffa.

Hanya berselang beberapa menit motor yang dia kendari berhenti di pelataran rumahnya. Segera Daffa turun dari motornya dan masuk ke dalam rumah. Keadaan rumahnya tampak sepi berulang kali dia memanggil mamanya tapi tidak ada yang menanggapi. Memang di rumah itu hanya ditinggali oleh Daffa dan mamanya. Sedangkan kakak perempuannya tengah menempuh pendidikan di ITB. Kalau sang ayah sudah meninggal sekitar dua tahun yang lalu. Dan mulai saat itu juga hanya mamanya yang bekerja untuk menghidupi kedua anaknya.

Tapi jangan pikir Daffa hanya berpangku tangan dan membiarkan sang mama bekerja untuk menghidupi keluarga sendirian. Tidak, Daffa bukanlah anak yang seperti itu ditengah-tengah kesibukannya sebagai pelajar dia juga berjualan peralatan basket secara online. Berhubung Daffa juga merupakan pemain basket jadi dia punya banyak kenalan pemain basket dan itu sebuah keuntungan bagi dia karena dia bisa menawarkan dagangannya kepada kenalannya.

Tepat setelah shalat magrib Daffa berangkat ke rumah Atha. Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumahnya. Kini dia sudah berada di pelataran rumah kekasihnya.

Belum sempat Daffa mengucapkan salam, tapi Atha sudah lebih dulu ada di depan pintu dengan senyum mengembang. Daffa juga membalas dengan senyum yang membuatnya semakin terlihat tampan.

"Ayo masuk!" ajak Atha.

"Tante sama Om mana? Kan aku ke sini mau melamar kamu." Tanya Daffa dengan senyum jail yang menghiasi wajahnya.

"Hoax banget. Mama lagi ngaji kalau Papa masih di Bandung."

Setelah itu mereka berdua mulai belajar bersama. Ini bukanlah kali pertama mereka belajar bersama. Ya, ini lah gaya berpacaran mereka. Baik Daffa maupun Atha saling membantu jika salah satu tidak bisa dalam pelajaran. Menurut mereka pacaran tidak hanya sebagai kesenangan tapi mereka bisa juga memanfaatkan untuk belajar bersama. Jadi bisa berduaan tapi dapat ilmu juga. Kalau mereka belajar bersama mereka akan serius belajar sampai selesai baru setelah itu mereka berbincang-bincang.

Itu semua sebenarnya bermula dari tugas sekolah Daffa yang tidak terselesaikan karena kesibukan di organisasi. Juga nilai Daffa yang turun karena tidak bisa selalu mengikuti pelajaran. Sejak saat itu Atha mencoba membatu Daffa untuk belajar. Jadilah mereka berdua saling membantu jika salah satu dari mereka tidak memahami pelajaran.

"Sudah malam. Aku pamit pulang dulu, besok berangkat sekolah aku jemput." Ucap Daffa setelah melihat jam tangan yang bertengger di lengan kirinya.

"Iya hati-hati. Jangan kebut-kebutan, langsung pulang istirahat, besok sekolah!" jawab Atha.

"Iya bawel. Kamu juga istirahat. Kalau tidur jangan lupa mimpiin aku!"

"Nggak mau, maunya mimpiin Jefri Nichol lamar aku." Atha tertawa setelah mengatakan hal itu.

Berbeda dengan Atha, Daffa justru malah menatap Atha datar.

"Ya sudah aku pulang." Setelah itu Daffa keluar rumah, meninggalkan Atha yang masih tertawa.

*****
Pus meong pinter banget ya gangguin orang pacaran 🐈 Bhahahaha... kira-kira apa yang kalian lakukan saat pacaran terus diganggu sama pus meong? 😂🐱

Maaf kalau banyak typo atau kesalahan 🙏

Kalau habis baca masa nggak di vote? Masa nggak di comment?😂

See you next part 😊

Mirror Of Love #ODOC_THEWWG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang