15. Ojek Pelaminan

27 5 1
                                    

Sekarang hubungan antara Daffa dan Atha semakin membaik. Atha kembali menunjukan perhatiannya kepada Daffa. Hal itu tentu membuat Daffa merasa sangat bahagia. Belum lagi Chea yang sudah tidak mengusik hubungan mereka semenjak rencananya terbongkar.

Seperti saat ini sepulang sekolah Atha tidak langsung pulang melainkan duduk di pinggir lapangan basket untuk memberikan dukungan kepada Daffa yang sedang latihan basket untuk pertandingan hari Minggu. Dengan sebotol air mineral yang dia letakkan di sampingnya, sesekali Atha berteriak memberi semangat untuk Daffa. Pelatih basket yang juga ada di area itu hanya bisa tersenyum melihat tingkah Atha yang secara tidak sadar mempengaruhi gaya bermain Daffa menjadi lebih baik lagi. Mereka berdua bagaikan robot dan baterai. Di saat baterai tidak mau mengeluarkan dayanya untuk menggerakkan robot, maka robot itu tidak akan berjalan. Sama halnya mereka di saat Atha tidak memberi semangat kepada Daffa, maka Daffa tidak akan bisa bersemangat ini dalam melakukan apa yang dia kerjakan.

Setelah selesai latihan mereka memutuskan untuk pulang bersama. Atau lebih tepatnya Daffa yang mengantar Atha pulang. Dalam perjalanan mereka lebih banyak membicarakan apa yang mereka rasakan saat hubungan mereka memburuk.

"Minggu kamu tanding di DBL lagi?" tanya Atha.

"Iya." Jawab Daffa singkat.

"Aku nonton boleh nggak?" itu adalah pertanyaan bodoh yang keluar dari mulut Atha.

"Ya boleh lah, kenapa masih ditanyakan?" Daffa memutar bola mata jengah.

Atha hanya tertawa tanpa menjawab pertanyaan Daffa, dia malah memindahkan tangannya yang tadi berpegangan di pinggang Daffa menjadi ke pundaknya.

"Ngapain dipindah?"

"Biar pernah ngerasain dibonceng tukang ojek."

"Oh, jadi aku tukang ojek gitu?"

"Iya, tapi kamu spesial ojek yang akan membawa aku ke pelaminan."

Tanpa sadar sebuah senyum tercetak di wajah tampan Daffa. Baru kali ini Atha menggombal. Entah siapa yang mengajari Atha berbicara seperti itu, tapi yang jelas Daffa menyukainya.

Hari demi hari telah berlalu, kini hari di mana Daffa akan bertanding telah tiba. Daffa tengah bersiap-siap akan melaksanakan pertandingan. Kali ini Daffa memang diturunkan sebagai pemain inti, tapi Atha tidak mengetahui hal itu. Setahunya Daffa masih duduk dalam jajaran pemain cadangan karena masalah salah memasukan bola.

Tak berapa lama setelah Atha dan Kania duduk di tribun penonton para pemain dari kedua tim masuk ke lapangan yang menandakan pertandingan akan segera dimulai. Melihat Daffa yang masuk dalam pemain inti membuat Atha kaget sekaligus senang.

Pelemparan bola pertama memang berhasil dikuasai oleh tim lawan, tapi hal itu tidak berlangsung lama karena tim sekolah Daffa berhasil merebutnya dan menyempurnakannya menjadi satu poin. Hal itu juga nampaknya tidak berlangsung lama lantaran tim lawan berhasil membalas dengan perolehan satu poin. Pertandinganpun berlangsung sangat sengit. Kedua tim sama-sama memiliki kualitas yang cukup baik.

Sesekali Atha berteriak memberi semangat bukan hanya kepada Daffa tapi juga kepada teman-temannya yang sedang bertanding. Dia berbaur dengan suporter tim sekolah untuk membentuk koreo yang bertuliskan kata-kata penyemangat. Sorak sorai tak terelakkan kala para pemain berhasil mendapatkan poin. Beberapa menit kemudian pertandingan telah usai dan dimenangkan oleh tim sekolah Daffa dengan selisih satu poin.

Dengan senyum yang mengembang Atha turun dari tribun dan menghampiri Daffa yang masih berada di pinggir lapangan. Sebotol minum dan handuk kecil dibawanya.

"Capek ya? Ini aku bawain minum," tanpa banyak bicara Daffa langsung meneguk minuman yang diberikan Atha. Sementara itu tangan kanan Atha yang membawa handuk kecil menyeka keringat di wajah Daffa.

Mirror Of Love #ODOC_THEWWG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang