17. Kesenangan Baru

25 4 3
                                    

Pagi harinya Atha terbangun dengan kepala yang sedikit pusing karena kurang tidur. Tapi dia tidak berani ngomong ke orang tua ataupun kakak lelakinya. Dia takut akan dimarahi dan ponselnya tidak dikembalikan. Dengan sangat terpaksa Atha bangun dari tempat tidurnya dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Sebelum berangkat sekolah, Raihan mengembalikan ponsel yang semalam dia rampas.

Kali ini Daffa tidak bisa menjemput karena bangun kesiangan, alhasil Atha harus berangkat sendiri menggunakan motor. Meski sedikit pusing dia memaksakan diri untuk berangkat sendiri. Di tengah perjalanan hampir saja Atha menambrak anak kucing yang tiba-tiba menyeberang jalan. Beruntung kucing itu tidak tertabrak, tapi Atha terjatuh dan seragamnya sedikit kotor. Karena hal itu banyak pengendara lain yang berhenti untuk menolongnya. Setelahnya Atha kembali melanjutkan perjalanan ke sekolah. Sesampainya di sekolah banyak siswa yang memandangnya karena serangannya yang sedikit kotor dan motornya yang baret.

"Kamu kenapa?" Daffa mengambil alih motor Atha dan memarkirkannya.

"Tadi jatuh, gara-gara ada kucing lewat."

"Maaf aku nggak bisa jemput, ini tadi baru sampai juga."

"Iya nggak papa kok."

"Baju kamu gimana?" jeda sebentar. "Kamu pakai jaket aku aja ya buat nutupi!"

Atha hanya mengangguk sebagai jawabanya. Setelah memakai jaket yang diberikan Daffa, mereka berjalan berdampingan menuju kelas masing-masing.

Seperti yang sudah Atha duga, dikelas teman-temanya heboh sendiri menanyakan keadaan Atha dan sebab Atha terjatuh. Kalau hanya sekali mungkin Atha menjawabnya dengan sabar, tapi mereka bertanya secara perorangan dan Atha harus menjelaskan berkali-kali dengan jawaban yang sama. Kepalanya yang sudah pusing sejak tadi pagi semakin dibuat pusing oleh teman-temannya, belum lagi rasa perih karena lecet di beberapa tubuhnya. Akhirnya Atha memutuskan untuk meletakan kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya.

Saat pelajaran berlangsung Atha masih tertidur. Beruntung guru yang mengajar mengerti keadaan Atha yang habis terjatuh, jadi sang guru membiarkan dan tidak memarahinya. Saking puasnya tertidur Atha sama sekali tidak terusik dengan suasana kelas yang sedikit ramai karena pembagian kelompok. Atha baru terbangun saat istirahat.

Sejak istirahat tadi Daffa tidak menemuinya tapi dia menitipkan makanan untuk Atha kepada Nisa salah satu anggota OSIS yang satu kelas dengan Atha. Bisa mengatakan kalau Daffa tidak bisa menemuinya karena harus mengahadap kepala sekolah, jadi dia memberi bisa uang untuk membelikan Atha makanan dan membawakannya kepada Atha.

Saat pulang sekolah Daffa hanya bisa mengantar Atha sampai parkiran karena dia harus kembali ke ruang OSIS karena ada yang harus dia selesaikan. Beruntung keadaan Atha sudah membaik meski lukanya belum dia obati.

Malamnya Atha pergi ke acara ulang tahun Dea, yang merupakan teman semasa SD di salah satu rumah makan yang tidak jauh dari rumahnya. Karena mengetahui Atha tadi pagi jatuh saat berangkat sekolah, saat berangkat ke acara itu Atha di antar oleh Raihan. Kakak laki-lakinya itu tidak ingin terjadi apa-apa lagi. Lagi-lagi Atha hanya bisa menurutinya.

Dalam acara itu banyak sekali teman semasa SD yang datang. Termasuk Erta, jauh-jauh Erta datang untuk acara ulang tahun sepupunya yang juga teman sekolahnya waktu SD. Di sana Atha dan Erta kembali berbincang-bincang.

"Nggak nyangka bisa ketemu di sini." Ucap Erta.

"Iya, kamu jauh-jauh ke sini buat acara Dea?"

"Gimana lagi, sepupu ulang tahun kalau nggak datang bisa ngambek itu anak."

"Loh, Dea sepupu kamu?"

"Iya. Dia itu sepupu yang paling manja, paling bawel dan paling ngeselin."

Atha hanya tertawa menanggapi keluhan Erta. Menurutnya Erta benar-benar tidak sepeti dulu. Sekarang dia lebih asik, suka bercanda dan menurutnya sedikit perhatian denga Atha. Entah apa yang membuatnya sedikit perhatian dengan Atha. Atha sendiri juga tidak tahu. Tapi dia juga bersyukur karena sudah tidak ada lagi yang menjahilinya.

Dan tanpa sadar semenjak itu hubungan mereka semakin dekat. Erta juga sering main ke rumah Atha. Awalnya orang tua Atha mempertanyakan tentang Erta, karena mereka tidak pernah melihat cowok itu main ke rumah Atha. Tapi, setelah menjelaskan mereka baru mengingat kalau Erta adalah teman semasa Atha SD.

"Itu tadi siapa?" tanya sang mama saat Erta susah pulang.

"Mama lupa?"

"Siapa sih?"

"Itu Erta, teman Atha waktu SD."

"Yang mana sih?"

"Itu loh, yang selalu menjahili Atha, tang sering bikin Atha nangis di sekolah."

"Oh, Erta yang pernah Mama jewer karena bikin kamu nangis kejer saat dia nakuti kamu sama kodok itu?"

"Iya."

"Tambah ganteng ya dia," mamanya baru mengingat sesuatu."Tapi kamu nggak di apa-apain lagi kan?"

"Apa sih Ma? Kita udah gede, ya kali mau jahil kayak jaman SD."

"Kan Mama cuma takut anak perempuan Mama dibuat mewek sama Erta lagi."

Jujur Atha merasa lebih senang dengan sikap Erta yang memiliki waktu lebih banyak jika dibanding dengan Daffa yang masih saja sibuk. Meski Daffa selalu berusaha menyempatkan waktu untuk bertemu, tapi tetap saja waktunya tidak sebanyak Erta.

Sering juga Atha jalan bersama Erta. Atha juga bingung dengan dirinya yang lebih senang jika bersama Erta. Bersama Erta dia bisa tertawa lepas dan Erta juga selalu ada dikala Atha membutuhkan. Meski tempat tinggal mereka berjauhan karena beda kota tapi Erta sering menemui Atha.

*****
Saya mewakili seluruh kru yang bertugas mengucapkan selamat malam dan salam literasi 😄😂🙏

Thanks for reading 😘

Ok, bye bye see you next part 🙋

Mirror Of Love #ODOC_THEWWG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang