4. Sebuah Dukungan

53 9 16
                                    

Sesampainya di depan kelas Atha, Daffa baru melepaskan genggamannya.

"Nanti siang aku ada latihan basket sama anak-anak. Mungkin nggak bisa temui kamu." Ucapnya merasa menyesal.

"Nggak papa. Aku ngerti kok." Jawab Atha sambil tersenyum tulus.

"Makasih. Belajar yang benar ya! Aku ke kelas dulu ya." Daffa mengelus puncak kepala Atha sebelum dia pergi.

Entah kenapa Atha merasa ada perasaan aneh ketika Daffa mengelus puncak kepalanya. Seperti ada kesenangan sekaligus perasaan nyaman dalam dirinya.

Dengan senyum yang mengembang Atha memasuki ruang kelasnya. Bahkan dia menyapa satu persatu orang yang ada di kelasnya. Teman-temannya hanya menatap heran. Pasalnya tidak biasanya Atha bersikap seperti itu.

Namun Atha seolah tidak memperdulikan tatapan orang di sekitarnya dia terlalu asik dengan dunianya sendiri. Senyum yang tercetak di wajahnya juga belum pudar meski guru yang mengajar sudah memasuki ruang kelas. Atha bahkan sampai tidak bisa berkonsentrasi pada pelajaran. Untung dia duduk di bangku tengah sehingga guru tersebut tidak terlalu memperhatikannya. Kalau saja dia duduk di bangku paling depan, bisa di pastikan ada sebuah penghalus papan tulis atau spidol yang melayang bak pesawat tempur ke arahnya.

Rupanya hal sederhana yang dilakukan Daffa bisa berdampak luar biasa untuk Atha. Kalau saja Daffa tahu kalau itu membuat Atha tidak bisa konsentrasi, mungkin itu adalah yang terakhir dia lakukan kepada Atha. Karenanya Atha tidak pernah mengatakan hal itu pada siapa pun, termasuk Kania. Dia takut kalau nanti orang yang mengetahuinya keceplosan dan mengatakannya kepada Daffa.  Biasanya kalau ada Kania maka Atha akan menyembunyikan senyum itu mati-matian. Kalau tidak, Kania pasti akan terus bertanya padanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang Kania sedang tidak masuk, jadi Atha bisa tersenyum sepuas hatinya. Dia tidak perduli jika ada yang mengatakan dia gila. Karena dia sebenarnya memang gila, gila karena sikap Daffa yang menurutnya manis.

"Agatha Faradyla, dari tadi saya bertanya bukan menjawab kamu malah senyam-senyum. Sekarang silahkan kamu mengikuti pelajaran di luar kelas!" perintah guru itu.

Seketika senyum yang sedari tadi menghiasi wajahnya luntur. Dia lupa kalau hari ini guru yang sedang mengajarnya adalah salah satu guru killer di sekolahnya. Dengan kepala yang menunduk Atha keluar dari ruang kelas dan duduk di bangku panjang yang tersedia di depan kelas. Di sana hanya ada Atha sendiri mengingat sekarang adalah jam pelajaran di sekolahnya.

Namun, ada yang menarik perhatiannya kala tanpa sengaja matanya menatap lapangan basket yang tak jauh dari tempat ia duduk. Dari tempat itu terlihat anak-anak basket tengah melakukan pemanasan. Bisa di pastikan kalau mereka tidak mengikuti pelajaran karena mendapat dispensasi dari sekolah, dengan alasan latihan untuk menghadapi pertandingan yang sudah di depan mata.  Di sana juga terlihat Daffa yang sedang melakukan pemanasan bersama yang lain. Ingin sekali Atha memberikan dukungan dari jarak dekat. Tapi itu tidak mungkin dia lakukan karena bisa-bisa dirinya akan mendapat ceramah geratis dari Daffa kalau tahu Atha tidak boleh mengikuti pelajaran di kelas karen tidak bisa fokus. Alhasil dia hanya bisa menatap Daffa dari tempatnya duduk.

Cukup lama Atha hanya bisa melihat Daffa pemanasan sampai dia sudah mulai latihan. Hingga suara bel tanda istirahat mulai memasuki indera pendengarannya. Saat itu barulah Atha bangkit dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju kantin. Di sana dia hanya membeli dua potong roti bakar, dua botol air mineral, dan beberapa makanan ringan. Dengan langkah gontai dia menuju ke lapangan. Ya, sudah bisa dipastikan kalau Atha akan menemui Daffa.

Di sana Atha hanya duduk di sebuah bangku yang terletak di pinggir lapangan sambil memakan roti bakar yang dia beli tadi.

Di sisi lain Daffa yang mengetahui kekasihnya berada di pinggir lapangan hanya bisa tersenyum sambil menggiring bola menuju ring. Menurutnya Atha tampak lucu ketika mulutnya menggembung karena penuh dengan roti bakar. Belum lagi beberapa makanan ringan yang tergeletak di sebelahnya membuatnya benar-benar seperti orang yang kelaparan.

Atha terus mengunyah makanannya sampai suara peluit tanda latihan basket dihentikan dan para pemain di persilakan istirahat. Seketika Atha bangkit dari duduknya tidak lupa dia membawa serta dua botol air mineral dan makanan ringan yang tadi dia beli. Masalah roti bakar, jangan di tanya karena sudah masuk ke perut Atha semuanya. Dengan santai dia berjalan mendekat ke arah Daffa yang sedang bergerombol di pinggir lapangan dengan teman satu timnya juga pelatihnya untuk mendengarkan nasihat dari sang pelatih.

"Hai, haus ya? Ini minum dulu!" sapa Atha sambil menyerahkan sebotol air mineral.

"Makasih." Daffa menerima sebotol air mineral itu dengan senyum yang mengembang.

"Asik ada minum nih." Sakha langsung mencomot air mineral milik Atha tanpa izin kepada pemiliknya dia langsung menenggak sebotol air mineral itu sampai habis.

"Ish, Sakha itu punyaku." Kesal Atha.

"Udah habis." jawabnya enteng lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Merasa kesal Daffa langsung melemparkan botol air mineral yang sudah habis ke kepala Sakha.

"Maaf, nggak sengaja." Ucap Daffa enteng.

Dari kejauhan Atha dan Daffa hanya bisa Sakha yang mengaduh kesakitan.

"Nih, gue balikin lagi botol lo!" teriak Sakha sambil melempar kembali botol itu ke arah Daffa.

Beruntung botol yang di lempar Sakha tadi tidak mengenai Daffa. Hal itu malah membuat Daffa tertawa. Melihat Daffa yang menggerutu membuat Atha menghadiahi Daffa sebuah cubitan di perutnya.

Di sisi lain Sakha kembali bergabung dengan teman-temannya yang lain dengan menggerutu. Hal itu malah membuat teman-temannya tertawa.

"Lagian siapa suruh lo gangguin orang pacaran?" ucap salah seorang dari mereka.

"Sadis banget sih gue punya sahabat. Untung sahabat gue, coba kalau nggak udah gue tenggelamkan itu bocah." Kesal Sakha.

"Kadang gue itu iri kalau lihat Daffa yang dapat perhatian dari Atha. Kapan gue punya pacar model Atha gitu?" sahut salah satu dari mereka.

Bukannya mendapat jawaban dia malah mendapat tonyoran dari Sakha. Tapi Sakha tidak tahu kalau Daffa sudah berdiri di belakangnya.

"Kalau iri ya cari, Jangan kayak Sakha! bisa banget kalau gangguin orang berduaan. Dasar setan lo." Ucap Daffa.

"Kok setan?" Sakha nampak tidak terima.

"Kalau ada orang berduaan, orang yang ketiga siapa?" Daffa balik bertanya.

"Setan." Jawab teman yang lain serempak.

Atha yang melihat mereka tertawa lepas dari kejauhan tanpa sadar juga ikut tersenyum.

*****
Kasihan banget itu Sakha 😢 udah kepala kena botol, di katain setan lagi 😦

Maaf kalau banyak typo atau kesalahan 🙏

Kalau habis baca masa nggak di vote? Masa nggak di comment?😂

See you next part 😊

Mirror Of Love #ODOC_THEWWG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang