Pagi ini Atha kembali menjalani aktifitas seperti anak sekolah pada umumnya. Entah kenapa senyumnya terus mengembang sepanjang dia menyusuri koridor menuju ke kelasnya meski kini tidak ada Daffa yang berjalan di sampingnya. Ya, cowok tersebut tidak bisa menemani Atha ke kelasnya lantaran belum mengerjakan PR bahasa Indonesia, jadi dia harus segera sampai di kelasnya kalau ingin menyalin pekerjaan teman yang lain. Itulah sifat buruk Daffa, kesibukannya dalam organisasi membuatnya sering tidak mengerjakan tugas. Dia terlalu payah untuk bisa membagi waktu. Tidak heran jika Atha sering ngomel karena ulah Daffa yang tidak bisa membagi waktu.
Daffa memang sering mengingatkan Atha untuk belajar, tapi dia sendiri sering lupa dengan tugas atau ulangan harian. Kadang Daffa memang belajar, tapi dia lebih suka belajar ilmu pasti seperti matematika. Menurutnya ilmu pasti lebih cepat selesai jika dikerjakan dibanding dengan pelajaran seperti bahasa Indonesia yang bacaan dan jawabannya banyak banget.
"Lo, ngapain senyum-senyum sendiri?" ucap Kania yang baru memasuki kelas dan melihat Atha tengah tersenyum sendiri.
"Lucu aja ngelihat Daffa yang lari-larian menuju kelasnya demi menyalin jawaban temanya." bohongnya. Sebenarnya dia tengah senyum-senyum karena chat dari Erta.
"Hahahahaha... masa sih?"
"Iya, dia itu baru ingat waktu Sakha tanya tugas di pas ketemu di parkiran tadi."
"Parah banget sih itu ketos, nggak lo ingetin emang?"
"Mana gue tahu kalau itu bocah punya PR, lagian berkali-kali gue udah ngomong kalau ada tugas atau ulangan harian itu dicatat di notes. Sampek gue beliin notes juga. Tapi sekarang notesnya lupa dia taruh di mana."
"Gimana kalau setiap dia dapat tugas suruh lapor ke lo, nanti lo yang catat terus ngingetin dia?"
"Gue sih nggak masalah, asal gue juga nggak lupa. Cuma masalahnya dia mau nggak?"
Kania hanya mengerdingkan bahu sebagai jawabannya. Setelah itu tidak ada pembicaraan antara ke duanya, karena Kania sibuk dengan novel barunya sedangkan Atha sibuk dengan ponselnya. Atha sibuk membalas chatting dari Erta.
Mati-matian Atha menahan agar tidak tersenyum atau bahkan tertawa karena chat dari Erta. Dia tidak ingin Kania curiga dan mengintrogasinya ini itu. Atha belum siap menceritakan perselingkuhanya kepada Kania. Maka dari itu dia menyimpan rapat persoalan itu. Hanya dirinya yang mengetahui. Erta juga tidak tahu kalau dia menjadi selingkuhnya.
Atha berusaha bersikap seperti biasa kepada Daffa agar cowok itu tidak curiga. Seperti siang ini Atha saat istirahat dirinya tetap bertemu dengan Daffa dan malam bersama di kantin. Dirinya juga masih sering menunggui saat Daffa sedang latihan basket. Menyaksikan kala Daffa bertanding di lapangan basket juga masih sering dia lakukan. Tapi yang membedakan yaitu Atha mematikan ponselnya. Dia tidak ingin ketika bersama dengan Daffa, Erta menghubunginyamenghubunginya dan mengganggu waktunya bersama Daffa.
Atha juga sudah mewanti-wanti Erta kalau ingin datang ke rumahnya dia harus memberitahunya dulu. Aldian yang dia katakan karena dia takut Erta datang di saat dirinya sedang tidak di rumah. Sebenarnya dia takut kalau Erta datang di saat Daffa di rumahnya atau sebaliknya. Bodohnya Erta percaya dengan alasan itu.
Hari demi hari telah berlalu. Hubungan perselingkuhan antara Atha, Daffa dan Erta berjalan baik. Daffa tidak mengetahui kalau dirinya diduakan oleh Atha, begitupun Erta yang tidak mengetahui kalau dirinya hanya dijadikan Atha sebagai selingkuhan.
Waktu luang yang Atha miliki kini lebih banyak dia habiskan bersama Erta. Cowok itu lebih banyak memiliki waktu luang dibanding dengan Daffa. Meski beberapa kali Daffa sudah menyempatkan waktu untuk bertemu dengan Atha, tapi waktu yang dia miliki tidak sebanyak waktu yang dimiliki Erta.
Jujur Atha lebih bisa tertawa lepas jika bersama Erta dibanding saat bersama dengan Daffa. Atha juga tidak mengerti alasannya. Tapi itu memang yang benar dia alami, rasanya lebih bahagia. Tapi di sisi lain hatinya masih sangat mencintai Daffa, dia masih sayang dengan cowok itu.
Pernah suatu hari Daffa menelpon saat Atha tengah bersama Erta. Waktu itu dia lupa mematikan ponselnya. Alhasil dia tidak menjawab telpon tersebut dan jadi kelabakan mencari alasan yang logis agar Erta tidak curiga. Waktu itu dia berdalih kalau nomor yang menelponnya adalah nomor yang tidak dikenal, jadi dia tidak menjawabnya. Meski awalnya Erta tidak percaya dan ingin melihat tapi dengan berbagai alasan Atha berhasil membohongi Erta, dan membuat cowok tersebut tidak lagi bertanya apa-apa mengenai telpon tersebut.
Hingga suatu hari dirinya membeli sebuah ponsel baru khusus untuk Erta. Apa yang dilakukan Atha memang sangatlah gila. Demi kebohongan dia rela melakukan segala cara agar tidak ketahuan. Ponsel itu hanya dia gunakan saat di rumah atau saat sedang bersama Erta. Kalau sedang sekolah dirinya hanya sesekali membuka ponsel tersebut, itu pun dia membukanya di toilet.
Begitu rapi Atha menyembunyikan hal itu sampai Kania sama sekali tidak mengetahui. Bahkan soal ponsel baru Atha, Kania juga tidak mengetahui. Begitupun dengan keluarganya, yang mereka tahu Erta hanyalah teman Atha bukan selingkuhan atau pacar Atha. Keluarganya hanya mengetahui Daffa sebagai pacarnya. Parahnya keluarganya jarang bertanya ini itu meski Erta sering datang ke rumahnya.
Pernah mamanya bertanya kepada Atha perihal Erta yang sering main ke rumahnya karena setahunya Erta sudah pindah sejak SD ke luar kota. Saat itu alasan yang diberikan Atha adalah Erta sering berkunjung ke rumah neneknya, karena neneknya sudah tua. Mangkanya dia sering mampir ke rumah Atha. Sebenarnya alasan tersebut tidak sepenuhnya salah karena Erta memang selalu ke rumah neneknya setelah berkunjung ke rumah Atha, meski tidak lama.
Erta yang tinggal di kota lain sangat menguntungkan buat Atha. Karena tidak setiap hari datang ke rumahnya. Apalagi di saat dia akan berangkat sekolah atau pulang sekolah. Kalau tidak mungkin Atha sudah ketahuan karena hampir setiap hari Daffa menjemputnya ke sekolah atau mengantarnya pulang.
"Atha, Minggu besok kita jalan yuk!" ucap Erta saat sedang menghubungi Atha.
"Sayang sekali aku ada tugas kelompok sama temanku," Atha lagi-lagi berbohong.
"Yah, sayang banget, tapi nggak papa deh. Kamu semangat ya!"
"Maaf banget ya,"
"Iya nggak papa, santai aja lagi! Kayak sama siapa aja."
"Minggu depan gimana?"
"Boleh juga, tapi kalau selasa sore aku main ke rumah kamu nggak papa kan?"
"Boleh kok, aku juga lagi nggak ada acara."
Atha berbohong karena hari minggu dia akan pergi bersama Daffa. Daffa sudah mengajaknya jalan duluan sebelum Erta. Dia juga sudah terlanjur menyetujui jalan bersama Daffa.
Sejujurnya dia merasa kalau akhir-akhir ini dirinya lebih banyak berbohong. Tapi engak kenapa dia tetap melakukan kebohongan itu. Dia tidak ingin melepaskan Daffa, tapi dia juga tidak ingin kehilangan kebahagiaan bersama Erta. Entah kebahagiaan seperti apa yang dia rasakan, karena dia juga bahagia saat sedang bersama Daffa.
*****
Sekian bab kali ini 😇
Maaf kalau ceritanya gak jelas dan masih banyak salah 🙏
Salam literasi dan sampai jumpa di nana selanjutnya 🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror Of Love #ODOC_THEWWG [END]
Teen FictionAgatha Faradyla atau yang akrab di panggil Atha adalah gadis cantik dan pacar dari Daffa Akhasa Airlangga. Daffa yang menjabat sebagai ketua OSIS, pemain inti tim basket sekolah dan anggota club bahasa Inggris memiliki waktu yang sedikit untuk bersa...