8. Poin Untuk Lawan

33 4 2
                                    

Hari ini memang hari minggu tapi Daffa sudah bersiap-siap untuk berangkat bertanding basket.

"Ma, Daffa berangkat. Do'akan lancar ya Ma!" katanya sebelum mencium punggung tangan sang mama.

"Pasti Mama berdo'a yang terbaik buat kamu. Oh iya, kamu ke DBL naik apa?"

"Nanti kumpul di sekolah terus ke DBL naik bus yang sudah disiapkan oleh pihak sekolah."

"Hati-hati ya sayang!"

Setelah itu Daffa meninggalkan rumah untuk menuju ke sekolahnya terlebih dahulu. Sesampainya di sekolah ternyata semua sudah datang. Jadi mereka langsung berangkat.

Dalam perjalanan Daffa berusaha menghubungi Atha tapi gadis itu tidak menjawabnya. Bahkan pesan yang dikirimnya juga tidak di balas. Karenanya untuk pertandingan kali ini Daffa tidak yakin kalau Atha akan datang untuk memberikan dukungan kepadanya.

Dilain tempat Atha tengah bersiap-siap untuk berangkat ke DBL untuk menyaksikan Daffa bertanding. Meski dirinya masih merasa terluka karena sikap Daffa kemarin tapi jauh dalam hati kecilnya dia masih menyayangi cowok itu dan ingin menyaksikan pertandingannya. Awalnya Atha memang tidak berniat untuk datang ke pertandingan itu tapi entah ada angin apa yang membuatnya ingin datang. Alhasil dia mengajak Kania yang belum siap apa-apa untuk berangkat.

Kania datang ke rumah Atha hanya untuk main tiba-tiba diseret Atha untuk menyaksikan pertandingan basket. Pagi ini Kania hanya datang mengenakan kaos oblong pink yang dilapisi jaket parasut berwarna hitam dipadu dengan celana olahraga berwarna hitam dan mengenakan sandal jepit. Rambutnya hanya dikucir kuda dan terlihat tidak rapi. Bahkan Kania belum mandi tapi Atha memaksanya untuk ikut menonton pertandingan. Awalnya Kania tidak mau karena Atha tidak mengizinkan untuk dan berganti pakaian dulu. Tapi karena Atha terus membujuknya bahkan sampai memohon akhirnya dia menyerah dan menuruti apa yang Atha mau.

"Untung gue tadi ke sini nggak memakai baju tidur." Kania masih saja menggerutu dalam perjalanan.

"Cocok kali pakaian lo itu. Nonton pertandingan basket, lo udah pakai celana olahraga. Lagian nggak dijalan nggak bakalan ada orang yang lihat jadi santai aja!"

Kali ini Atha memang membawa mobil milik sang papa. Tapi dirinya sudah mendapatkan izin dari mamanya untuk membawa mobil itu karena sang papa masih di Bandung.

setelah sampai di lokasi Atha segera memarkirkan mobilnya dan turun dari mobil itu. Tapi Kania masih berada di dalam mobil. Kania tidak mau turun dengan alasan malu. Berulang kali Atha membujuknya tapi tidak berhasil. Hingga Atha baru mengingat kalau di bagasinya ada sepatu sport miliknya yang seingatnya belum dia keluarkan dari mobil. Atha pun segera membuka bagasi belakangnya dan benar saja di sana ada sepasang sepatu sport miliknya. Segera dia mengambil sepatu itu dan memberikannya kepada Kania.

Merasa penampilannya sudah mendingan Kania pun mau turun dari mobil dan mengikuti langkah Atha untuk masuk ke dalam. Di dalam ternyata sudah banyak orang-orang yang memenuhi tribun. Bisa dipastikan mereka adalah suporter ke dua belah tim basket yang akan bertanding.

Akhirnya Atha dan Kania memutuskan untuk bergabung dengan teman satu sekolahnya yang menjadi suporter pada pertandingan kali ini. Salah seorang dari mereka malah meminta Atha untuk duduk di barisan depan agar Daffa dapat melihat kalau ada sang kekasih yang mendukungnya. Tapi Atha malah menolaknya secara halus dengan alasan kalau dirinya sudah merasa nyaman dengan tempat duduk yang sudah dia tempati.

Tak berselang lama pertandingan akan di mulai. Satu persatu kedua para pemain keluar dari became mereka. Salah satu yang menarik perhatian para penonton terutama perempuan adalah Daffa. Dia terlihat sangat keren dengan kaos basket berwarna merah yang melekat ditubuhnya ditambah tinggi badan yang proposional dan wajah tampannya mampu membuat perhatian penonton wanita tertuju kepadanya. Belum lagi senyum yang dia tunjukan semakin menambah kadar ketampanannya.

Dari semua penonton perempuan yang ada hanya satu orang yang sedang dicari oleh Daffa, siapa lagi kalau bukan sang kekasih yaitu Atha. Dia mengedarkan pandangannya untuk mencari Atha. Tapi dia sama sekali tidak melihat kehadiran Atha. Itu semua karena tubuh Atha sengaja menunduk ditambah lagi tubuhnya yang tertutup penonton lain.

Setelah dilakukan pelemparan bola oleh wasit tim sekolah Daffa lah yang lebih mendominasi permaian. Poin demi poin terus di peroleh kedua tim yang bertanding. Tapi Daffa masih belum bisa memasukan bola ke dalam ring sama sekali. Jangankan untuk memasukan bola, untuk menggiring bola saja sangat mudah dicuri tim lawan. Mungkin karena masalahnya dengan Atha yang membuatnya tidak bisa berkonsentrasi.

Waktu terus berjalan, tepat 1 menit sebelum istirahat Daffa berhasil memasukan bola ke dalam ring. Tapi dirinya bingung kenapa tidak ada raut wajah gembira dari teman satu timnya. Para suporter juga hanya diam tidak bersorak, malah suporter tim lawan yang bersorak. Di merit berikutnya dia baru menyadari kalau dirinya telah salah memasukan bola. Daffa memang berhasil memasukan bola ke dalam ring tapi itu adalah ringnya sendiri yang membuat tim lawan mendapat dua poin secara cuma-cuma karena kesalahan ini.

"Lo itu kenapa sih? Nggak biasanya lo main acak-acakan kayak tadi mana salah masukin bola lagi!" ucap salah satu pemain penuh emosi.

"Tau tuh, kalau lo mau bunuh diri mending nggak usah tanding tadi."

"Bikin ribet aja lo."

"Sudah-sudah kita harus tetap menjaga kekompakan! Daffa kali ini saya tidak bisa memaikan kamu lagi." Ucap sang pelatih.

Daffa hanya bisa diam dan menunduk saat banyak orang yang terus menyalahkan dirinya. Hanya Sakha satu-satunya teman satu tim yang menguatkan dirinya. Setelah itu Daffa memutuskan untuk masuk ke dalam basecamp.

Atha yang duduk di tribun penonton merasa kasihan dengan Daffa. Dirinya tidak tahu apa penyebab Daffa tidak bisa berkonsentrasi.

"Atha, itu Daffa kayak gitu lo nggak kesana untuk menguatkan dia?" tanya Kania.

Sedangkan Atha hanya terdiam tidak menanggapi pertanyaan Kania. Atha mengeluarkan ponselnya dan mengetikan pesan kepada Daffa yang menanyakan kenapa Daffa bisa tidak fokus. Dalam pesan itu Atha juga menyemangati Daffa. Tapi dirinya masih belum mau bertemu dengan Daffa.

Setelah mengirimkan pesan itu Atha mengajak Kania pulang dengan alasan kalau Kania belum mandi. Kania pun hanya menuruti karena memang benar dirinya belum mandi.

Di lain tempat Daffa yang membaca pesan dari Atha hanya membelalakan mata.

"Apa tadi Atha di sini?" gumamnya.

*****
Akhirnya sudah sampai chapter 8, semoga bisa menyelesaikan 30 chapter 😅

Maaf kalau banyak typo atau kesalahan 🙏

Semoga nggak bosen ya dengan ceritanya 😊

See you next part guys😊

Mirror Of Love #ODOC_THEWWG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang