Part 7

2.1K 403 96
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

We Just a Friend - 7

[ Arti Sebuah Pelukan. ]

Kim Myungso berjalan cepat di sepanjang koridor sekolah, matanya menatap nyalang ke depan, mulutnya terkatup rapat dengan rahang yang mengeras, membuat tidak ada satu orangpun siswa yang berani menyapanya seperti biasa. Suara sepatu sekolahnya yang beradu dengan lantai dengan cukup keras menjadi bukti bahwa emosi pria itu sedang goyang, bisa meledak kapan saja jika ada yang menyenggolnya; mengguarkan aura seram.

"Bae Suzy."

Ia menolak pintu UKS, masuk ke dalam ruangan perawatan khusus wanita itu. Menyibak kain pembatas berwarna biru dan mendapati orang yang ia cari sedang meringis pelan sembari menyentuh lututnya.

"Myungsoo." Wanita itu akhirnya dapat berujar setelah sempat merasa sangat kaget dengan bantingan pintu serta sibakan kuat tangan Myungsoo pada pintu dan kain penutup antar dua ranjang di dalam UKS khusus wanita tersebut. "Apa yang kau―"

"Apa kau gila? Kenapa kau memanjat pohon seperti anak sekolah dasar hah?" Hyeri dan Jinri yang awalnya menemani Suzy di sana berjalan mundur dengan hati-hati, memilih menyelamatkan diri mereka sendiri dan tidak mau terlibat dengan Myungsoo yang sedang dalam mode menyeramkan.

"Habisnya tadi itu―"

"Tadi itu apa? Tadi kau kurang kerjaan jadi main panjat-panjatan dengan rok pendek sialan ini dan berakhir jatuh dan melukai dirimu sendiri, begitu?" pria itu semakin mengamuk, menolak mendengar penjelasan Suzy. Untung saja penjaga UKS sedang tidak ada, kalau ada bisa-bisa Myungsoo mendapatkan pengurangan poin karena menimbulkan kebisingan di ruang UKS.

"Ada apa denganmu? Kenapa ceroboh sekali? Kau itu bukan anak kecil lagi ya kalau kau lupa!"

Suzy yang memang menderita lecet di kedua lututnya akibat jatuh karena memanjat pohon memilih untuk berdiri, mendekati Myungsoo yang tampak masih sangat marah dan melingkarkan tangannya di pinggang pria itu erat, tanpa rasa takut. Dia hanya diam, tidak bicara apapun.

Myungsoo menghempuskan napasnya perlahan seakan menormalkan kembali detak jantungnya yang awal tadi berdetak cepat karena amarah. Bagaimana tidak, dia mendengar kabar kalau Suzy dibawaka ke UKS karena jatuh saat dia mencoba untuk memanjat pohon di belakang sekolah. Dia tahu Suzy itu aneh, tapi tidak kepikiran bahwa wanita itu akan pergi ke bagian belakang sekolah hanya untuk melukai dirinya sendiri dengan jatuh dari pohon.

Pelukan Suzy pada tubuh pria itu semakin mengerat. Dia menenggelamkan kepalanya di dada pria itu masih dengan bibir yang tertutup rapat, tidak mau mengatakan sesuatu apapun juga.

"Apa yang harus aku katakan pada ayahmu kalau sampai kaki mu patah tadi hah?" ujar Myungsoo, kali ini menjadi lebih tenang. Memeluk bahu Suzy yang berada di depan tubuhnya, mengusap punggungnya naik turun, memejamkan matanya guna meredam kemarahan yang tadinya menguar begitu saja. Tidak bisa ia kendalikan.

Suzy tersenyum dalam pelukan Myungsoo ketika dia mulai merasa bahwa pria itu menjadi jauh lebih tenang. Dia tahu bagaimana Kim Myungsoo, pria itu berbeda dengan Moonsoo yang tenang. Anak tertua keluarga Kim itu lebih mudah marah dan emosian, emosinya lebih meledak-ledak dan kadang itu sulit untuk di kendalikan. Tapi Suzy tahu satu hal, bahwa sebuah pelukan akan membuat pria itu lebih tenang.

Pelukan, cara ampuh untuk menenangkan seorang Kim Myungsoo.

"Jadi, katakan padaku alasan apa yang kau punya sampai kau melakukan tindakan bodoh itu." Myungsoo menyentuh bahu Suzy, mendorongnya pelan ke arah belakang dan beralih mengunci bola mata sang wanita. Suzy mengatup kedua bibirnya, enggan bercerita.

We Just a Friend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang