--------------------------------------------------
Sorry for typos and happy reading.
--------------------------------------------------
We Just a Friend - 11
[ Tidak tahu harus bagaimana. ]
Pintu ruangan tersebut terbuka, membuat suara tangisan seorang wanita terdengar sampai ke luar, Moonsoo yang berdiri di depan sana dengan napas yang masih naik turun teriris pilu mendengarnya. Suzy itu memang sering menangis ―nonton drama series ibu-ibu saja dia mengangis keras, tapi itu tidak mengganggu sama sekali berbeda dengan sekarang. Suara tangisan dan isakannya terdengar begitu mengganggu, sang pria menghela napas, sekali lagi mengumpati sang kakak yang telah berhasil membuat wanita itu menangis― lagi.
"Ji―" panggilnya, melangkah dengan sedikit ragu-ragu ke dalam ruangan tersebut. Bagaimana dia tidak ragu, ruangan yang akan dia masuki sekarang adalah ruangan khusus wanita yang digunakan untuk berganti pakaian. Bisa-bisa terjadi kesalahpahaman kalau ada guru yang memergoki mereka.
Suara tangisan itu tiba-tiba berhenti, senyap untuk sesaat dan hanya terdengar suara langkah kaki Moonsoo. Untuk sepersekian detik, pria itu merasa sedang syuting film horror. Tapi dia kemudian sadar kalau dia bukan seorang aktor yang sedang berakting.
"Suzy―" lagi-lagi ia memanggil, melihat tempat asing yang belum pernah dia lihat sebelumnya itu. Ternyata struktur ruangan serta loker-loker di dalamnya disusun sama persis dengan ruang ganti pria. Pikirannya sudah mulai melalang buana.
Suara tangisan itu semakin keras terdengar, orang yang menangis semakin kesal karena orang yang mencarinya tidak juga kunjung melihat keberadaannya. Padahal dia tepat berada di samping posisi pria itu, duduk dengan memeluk lutut di sudut ruangan. Moonsoo bertindak seakan Suzy itu adalah hantu yang tidak terlihat.
"Kau mengejutkanku!" Teriak Moonsoo kaget, bagaimana tidak kaget kalau ternyata Suzy berada tidak jauh dari posisinya dengan rambut wanita itu yang tergerai dan masih menutupi mukanya, sedikit terangkat ke atas dengan bahu yang bergetar. Tentu saja itu mengagetkan siapapun yang melihatnya.
"Kenapa kau tidak menyahut saat aku panggil. Dan sibak rambutmu itu, kau membuatku jadi parno." Bermaksud untuk membujuk malah jadi mengomel, Moonsoo tetaplah Moonsoo, orang yang punya sifat lebih dewasa dari Myungsoo bahkan mungkin lebih dari sang ayah yang tak kalah konyol.
Suzy terisak, menyibak rambutnya yang sudah seperti pemeran hantu wanita dalam film Jepang, Sadako. Wajah wanita itu basah oleh air mata, hidung dan matanya juga memerah, menambah kesan berantakan pada wanita itu. Moonsoo menghela napas, bergerak mendekat kemudian memilih untuk duduk di sampingnya.
"Masih mau menangis?" Moonsoo bertanya dan dibalas oleh Suzy dengan sebuah gelengan, "aku lelah menangis. Hidungku tersumbat dan mataku pedih." Ucapnya dengan suara sengau karena hidung kondisi hidungnya yang tampaknya benar-benar tersumbat.
"Sudah lebih baik?" Moonsoo menyentuh lutut Suzy, meluruskan kaki wanita itu yang awalnya dia peluk. Rok sang wanita yang terlalu pendek sangat tidak enak dilihat kalau dia duduk seperti itu, mungkin bisa membuat masuk angin juga.
Suzy kembali menggeleng, "tidak. Aku masih malu, kesal, marah, murka." Ucapnya, dan dengan sendirinya kedua mata sang wanita kembali memerah seakan dia kembali ingin menangis.
"Lalu? Kenapa tidak kau tendang saja Myungsoo itu seperti yang biasa kau lakukan kalau dia sudah mulai melewati batas?"
"Aku sudah takut duluan dengan bentakannya. Lagipula, bagaimana mungkin aku menendangnya di depan semua orang. Diakan ketua organisasi siswa." Moonsoo mendesis, "kenapa kau tidak bisa menendangnya di depan semua orang, sedangkan dia bisa membentakmu di depan semua orang."

KAMU SEDANG MEMBACA
We Just a Friend [END]
Fiksi Penggemar[Highest rank] 12/02/18 : #277 dalam Fiksi Penggemar - Myungsoo dan Suzy, mereka berdua tidak cocok satu sama lain. Walaupun begitu, keduanya adalah ―teman. © LoveSooji | Published : November 2017.