11. Masih Penari Cadangan

392 31 0
                                    

Annyeong chingudeul!^^
Terima kasih atas antusias kalian membaca cerita dari @spartace76. Kalau kalian suka dengan cerita ini, yuk vote ceritanya!😋 Terima kasih buat para readers yang udah menambahkan cerita ini ke daftar cerita kalian, senantiasa membaca setiap chapternya, dan udah vote ceritanya. Khusus hari ini, bakal ada dua cerita yang di publish! Selamat membaca☺️

---

"Aku kesal! Aku marah! Aku cemburu!"

Jong Kook mengerti. Pasti tentang pria itu lagi. Jong Kook menyesal dirinya tidak bisa benar - benar menjaga Ji Hyo seutuhnya. Sebagai sahabat, dia merasa malu, merasa sedih, juga marah.

"Tenang Ji Hyo-yaa. Aku disini. Jangan khawatir." kata Jong Kook sambil mengelus punggung perempuan itu.

"Aku tidak terpilih menjadi teman duetnya! Aku hanya sebagai cadangan!" ujarnya kesal sambil terus meluapkan amarahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak terpilih menjadi teman duetnya! Aku hanya sebagai cadangan!" ujarnya kesal sambil terus meluapkan amarahnya.

"Itu bagus, Ji Hyo-yaa! Kau masih bisa dekat dengannya, kan? Walaupun sebagai cadangan?" tanya Jong Kook.

"Ahh! Dasar kedua berandalan itu! Aku kesal!! Mereka selalu mempermalukan aku!"

"Siapa?" tanya Jong Kook. "Berani - beraninya mereka menyakitimu!" gumamnya dalam hati.

"Yang Se Chan dan Ha Dong Hoon! Dasar pria tidak tahu diri!" jeritnya kesal.

"Biar aku yang urus mereka. Kau tidak perlu memikirkannya."

---

Ji Hyo kini duduk manis di hadapan Jong Kook. Perasaannya kini sudah mulai tenang. Sedikit demi sedikit, dia lupa akan luapan amarahnya itu. Mungkin karena ada Jong Kook. Entah kenapa, pria ini selalu berhasil menenangkan pikirannya. "Aku memang tidak salah memilih sahabat." pikirnya senang. Jong Kook dan Ji Hyo kini berada di lapangan sekolah. Sebenarnya, ini sudah cukup sore, bahkan terlalu sore untuk berada di sekolah, tapi demi Ji Hyo, Jong Kook rela menemaninya hingga kapanpun sampai Ji Hyo merasa lebih baik.

"Kenapa kau belum pulang, tadi? Kau, kan, tadi mengajak Eun Hye pulang bersama?" tanya Ji Hyo sambil menendang bebatuan kecil di sekitar kakinya.

"Mmm.. aku tidak pulang. Aku tadi ke perpustakaan sekolah bersama Eun Hye, tapi tiba - tiba Eun Hye diminta pulang oleh ibunya. Karena aku masih asyik baca, aku meminta Eun Hye untuk pulang duluan saja. Lalu, saat akan pulang, aku melihatmu." jelas Jong Kook sangat detail. Ji Hyo mengangguk. Suasana kembali hening. Bahkan, suara bebatuan kecil yang di tendang Ji Hyo terdengar sangat jelas.

"Lebih baik kita pulang sekarang, sebelum gerbang sekolah benar - benar dikunci, tapi jika.. kau masih ingin bercerita, kita pergi ke tempat lain saja." ajak Jong Kook sambil berdiri.

"Baiklah, aku ingin pulang saja. Terimakasih untuk hari ini. Kau selalu bisa menenangkan aku, Jong Kook oppa." kata Ji Hyo sambil bertingkah imut. Jong Kook mengacak - acak rambut Ji Hyo sambil tersenyum.

"Ayo, Ji Hyo-yaa!"

---

Ji Hyo menanti - nanti pesan dari pria idamannya. Sejak kemarin, tidak ada pesan masuk darinya. Aneh sekali. Padahal, kemarin dia menjemputnya.

"Noona, kau sudah tidur?" tanya Joong Ki sambil membuka perlahan pintu kamar Ji Hyo.

"Belum. Ada apa?" Ji Hyo balik bertanya sambil memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman.

"Aku merasa bosan. Hari ini, handphone-ku disita Ibu karena aku terlalu lama bermain game." rutuk Joong Ki. Adiknya yang berbeda dua tahun dengannya itu terlihat menggemaskan ketika sedang menggerutu.

"Aish.. aku, kan, sudah bilang, jangan banyak bermain game. Matamu bisa rusak, itu sebabnya Ibu melarangmu bermain game terlalu lama." nasihat Ji Hyo.

"Ah, tidak adil. Noona, apakah aku boleh... meminjam handphone-mu?" tanya Joong Ki. Ji Hyo langsung mencubit lengan adiknya.

"Hei! Kau sudah gila? Kalau Ibu bilang tidak, aku juga tidak. Lagipula, aku tidak punya game apapun di handphone-ku!" tolak Ji Hyo.

"Ahh, noona! Kau ini jadul sekali! Game yang aku mainkan itu ada di internet! Jadi aku bisa mengaksesnya di handphone manapun!"

"Ya ya ya! Sekali aku bilang tidak, ya tetap tidak!"

"Ohh.. baiklah kalau begitu! Aku akan bilang pada Ibu kalau kau kemarin di jemput oleh seorang lelaki!" ancam Joong Ki. Ji Hyo langsung mengisyaratkan Joong Ki untuk diam.

"Kau sudah gila? Jangan seperti ini!"

"Siapa lelaki itu, noona? Itu bukan Jong Kook Hyung dan Eun Hye eonnie. Ooohhh.. kau sudah mulai.."

"SSSSTTT! Ini ini! Ambil handphone-ku! Kau boleh bermain selama satu jam tapi tolong diam!" ucap Ji Hyo akhirnya. Joong Ki bersorak dan mengambil handphone kakaknya itu.

"Aishhh.. kau ini benar - benar!"

---

Hari ini, seperti biasa sepulang sekolah Ji Hyo harus pergi latihan. Namun rasanya, kakinya berat sekali untuk memasuki ruang club. Ia malas melihat Gary, apalagi kedua antek - anteknya itu.

"Ahhh... haruskah aku..." namun, tiba - tiba pintu ruangan terbuka. Wajah yang tak asing berada tepat di depannya.

"Oh Ji Hyo-yaa! Ayo masuk! Kami akan segera mulai. Meskipun kau penari cadangan, kau tetap harus ikut latihan." ajak Gary sambil menarik tangannya masuk. Julukan penari cadangan itu cukup membuat hatinya remuk, tapi dia berusaha tegar dan memasang raut wajah datar.

"Nah, Ji Hyo, perhatikan kami menari, lalu kau bisa praktekkan dengan Dong Wook. Oke?"

"Kenapa... dengan Dong Wook?" tanya Ji Hyo bingung. Dia memang penari cadangan, tapi bukankah, seharusnya dia menari dengan penari utama untuk memastikan posisi dan tarian dengan benar?

"Loh, kau, kan penari cadangan, tak perlu mencobanya denganku. Fokus saja dengan tariannya. Lagipula, belum tentu penari utama berhalangan ikut festival, bukan?" perkataan Gary membuat Ji Hyo semakin sedih. Ia merasa perasaannya sedang di permainkan. Ia ingin menangis dan menjerit sekencang - kencangnya.

Selama latihan, Ji Hyo tidak fokus. Seringkali ia membuat kesalahan, bahkan hingga penempatan kaki kanan/kiri, pun, selalu salah.

"Noona, kau baik - baik saja? Kau tidak melakukan gerakannya dengan benar sejak tadi." tanya Dong Wook seraya menghentikkan tariannya. Ji Hyo menunduk dan menghela nafas.

"Maaf, Dong Wook-ah. Ayo kita ulangi lagi."

- To be continued...
@spartace76

Sshh... It's Me! ( @spartace76 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang