" kejar kebahagian mu sebanyak yang kau mau, karena aku sadar kebahagian mu bukan hanya di satu tempat. "—
Malam itu jadi saksi terakhir.
Vernon lagi-lagi duduk di balkon, kepalanya mendangak menatap langit malam. Alunan musik tidak terdengar sempurna diheadshet-nya, karena lelaki itu hanya menyumpal telinganya dengan headshet tanpa menyetel lagu apapun.
Semua lagu entah nadanya gimana, kalo artinya galau ya galau.
Matanya menerawang melihat jendela didepannya yang kosong, kemarin kakaknya Umji ngomong kalo Umji pindah kamar. Itu berarti kamar diseberang Vernon bukan lagi kamar gadis kesayangannya.
Malam itu bener-bener jadi malam terakhir dimana mereja bicara, keesokannya ngga ada lagi Vernon yang sama Umji, atau Umji yang marah marah karena Vernon, atau ngga ada lagi mereka yang perang dingin.
Ini bukan perang dingin, karena mereka sendiri yang memutuskan untuk tak seperti orang kenal. Meski diam-diam Vernon berulang kali hampir kelepasan menolong ataupun berbicara pada gadis itu.
Vernon sadar, Umji butuh kebebasan karena selama ini hampir separuh umur-nya selama berteman, Vernon membatasi Umji untuk dekat dan berteman dengan siapapun, apalagi pada lelaki.
Dulu, Vernon kira itu hanya sebatas tak ingin temannya terluka.
Kalo dipikir, Umji sebenernya sadar ngga ama perasaan Vernon? Jawabannya udah pasti seharusnya sadar, tapi lagi-lagi sekat pertemanan yang lagi-lagi jadi penghalang.
Sebenernya ini salah mereka, Vernon yang terlalu diam dan Umji yang terlampau muak dengan lelaki itu.
krek
Pintu jendela diseberangnya terbuka, membuat Vernon jadi menatap sepenuhnya.
"umji...." lirihnya pelan ketika mendapati gadis itu di balkon seberang-nya.
Umji yang diseberang sempat terkejut, tapi lagi-lagi hanya bersikap datar. Gadis itu menggeser sampai maksimal jendela pembatas antara kamarnya dengan balkon kemudian mengambil tempat jemuran-nya di balkon.
"umji, gua tau lo ngga bakalan mau ngomong lagi sama gua" ucap Vernon yang kini juga berdiri menatap gadis di seberangnya.
"karena itu gua mau ngomong sebagai terakhir kali-nya gua ngomong sama lo" sambung Vernon dengan melirih membuat Umji yang telah berbalik berdiam diri menunggu lelaki itu berbicara.
"maaf kalo selama ini gua jadi pembatas bahagia lo, gua kira dulu lo bakalan bahagia sama gua, karena itu gua berusaha buat selalu ada" ujar Vernon membuat gadis diseberang-nya meremas jemuran putih yang ia pegang sisi kanan kirinya.
ngga, lo salah. gua bahagia karena lo.
"karena itu sekarang, kalo lo mau pergi gapapa gua ngga bakal nahan, karena gua tau lo pasti muak sama gua.."
gua muak karena perasaan gua terus-terusan nambah disaat lo semakin hari semakin nganggep gua sahabat lo
"bahagia terus ya, jangan sampai sakit. kalo lo butuh apa-apa, lo bisa liat gue lagi."
"...karena gue bakalan tetep jadi sahabat lo."
Pertahanan gadis itu mulai runtuh perlahan, Umji menunduk terisak tanpa suara. Rasanya tak pernah sesakit ini, bahkan didetik terakhir persahabatannya akan hancur, alih-alih mengatakan rasa yang sebenarnya lelaki itu masih membawa persahabatan-nya.
"udah malem, jangan lupa bangun pagi nanti sarapan." Ujar Vernon lagi diseberang sana mengulum bibirnya kedalam kemudian berbalik memasuki kamar-nya setelah menutup jendela dengan hordeng hitam-nya.
Meninggalkan Umji yang kini terisak dengan pelan.
—
hi? long time no see.
KAMU SEDANG MEMBACA
143 ;+ vernon×umji
Fanfiction" Gue Cuman Pengen Bilang Cinta ke lo aja susah banget " Starting with choi vernon and kim umji. ;Harsh Word cover by mingmuffs 2017©mocieee