PUTAR MUSIKNYA!
SELAMAT MEMBACA♡9.30 AM
Seperti biasa, kerumunan di kantin sekolah membuat Diego enggan manapakan diri untuk menyantap makanan dikantin, Diego benci menunggu
Lelaki itu kemudian melepaskan penat-nya menuju perpustakaan, bersandar dibawah pohon seperti biasa. Menikmati kesejukan angin pagi menjelang siang, yang melewati helaian rambutnya hingga dihujani beberapa daun kering yang jatuh dari pohon, sembari mense-croll ponselnya ke atas dan ke bawah timeline miliknya. Sejujurnya, ia tidak terlalu perduli akan berita apapun, mengenai siapapun. Hanya saja kebosanan melanda dirinya, hingga ia terpaksa melihat status-status takpenting dan menggeserkan jempolnya kesana kemari
Saat ia kembali ke menu Home, jemarinya taksengaja menekan tombol hijau yang terletak disudut kiri bawah. Terlihatlah last call di list log miliknya. Terpampang jelas bahwa disitu tertulis Jesie Cute 12.40 AM
"Hei!" Sahut perempuan dari depan pintu perpus
Diego enggan menoleh, karena ia tau Jesie tidak akan berani meneriakinya jika gadis itu akan mendekati dirinya. Gadis itu akan mendekatinya terlebih dahulu, baru akan memberi sapaan padanya. Diego tersenyum, tempat ini seakan menjadi kisah dimana dirinya dan Jesie menghabiskan waktu
Perempuan itu kemudian duduk disisi Diego, tetapi lelaki itu masih enggan menoleh "Diego?" Tegurnya
Diego tidak merasa seperti biasa, jikalau Jesie datang perasaannya berubah tapi tidak untuk saat ini. Diego memalingkan wajahnya ke arah perempuan itu
"Oh! Hi, Val" balas Diego
Valerie tersenyum, ia menyodorkan kotak nasi ke arah Diego "Nih, buat lo"
"Ha? Apaan ni?" Tanya Diego
"Nasi goreng" ucap Valerie
"Oh" Sebagai rasa penghargaan, Diego menerima kotak nasi yang Valerie kasih untuknya
"Dibuka dong!" Sahut Valerie
"Gue makan dikelas aja boleh gak?" Tanya Diego
Valerie mengangguk, dengan anggukan itu Diego merasa bahwa Valerie setuju jikalau kotak nasi ia bawa ke dalam kelas. Diego berjalan meninggalkan Valerie yang masih duduk dibawah pohon dan membawa kotak nasi didalam genggamannya
Langkah Diego terhenti taklama melihat sesosok Jesie sudah berdiri sedari tadi didepan pintu perpustakaan. Jesie yang melihat kejadian itu, dan melihat Diego tengah melihatnya ia pun langsung berlari ke sembarang arah.
Diego takmau tinggal diam, ia mengejar kemana arah Jesie pergi. Jesie berlari hingga menabrak orang-orang disekitarnya, ia tidak mempasati jalan yang dilewati. Entah kemana jiwa didalam diri membawanya pergi. Setelah kurang lebih lima menit berlari layaknya memutari halaman belakang sekolah, ia berhenti ditempat duduk kayu, takjauh dari pagar belakang sekolah. Dirasa tempat yang cukup untuk menyendiri
Jesie menarik nafas dalam, dan menghembuskannya perlahan. Ia mengulanginya lagi, hingga pengulangan yang ketiga, ia mengambil nafas dalam dan menghembus kasar. Bulir-bulir air mata keluar dari sudut matanya, ia tak kuasa menahan gejolak didadanya, ntah apa yang ia rasakan menangis adalah jalan yang terbaik untuk menenangkan semuanya
Kotak nasi yang ia bawa, diletakannya disisi. Kedua tangannya menutup seluruh wajah, dan air mata membasahi telapak itu.
Diego tak kuasa melihat dari balik tembok, ia ingin mendekat tapi ia tau Jesie pasti membencinya. Tapi, berdiam diri dan melihat Jesie seperti itu bukan lah seorang lelaki dewasa, melihat Jesie sakit akan membuatnya merasa sakit juga
Jesie ingin berteriak tapi sesuatu seperti menahan dirinya, bulir air mata itu tidak hentinya mengalir. Jesie merasakan sesak, ia merasa ritme jantung nya tak berdetak secara normal, berdetak sangat kasar dan cepat
Tangan yang sedari tadi menutupi wajah sekaligus menampung debit air mata, kini tangan itu meraih kotak nasi yang tadi ia letakan disisinya. Jesie marah, sekaligus sedih. Kemarahan dan kesedihannya terurai menjadi satu
Kotaknasi itu dilemparnya menuju tong sampah takjauh didepannya, dengan sigap Diego mengambil kotak itu dan berhasil, kotak nasi itu gagal memasuki gawang
Jesie terengah, kecepatan detak jantung nya semakin tidakbisa dikondisikan
"Kenapa kamu buang?" Tanya Diego
Jesie enggan berbicara, ia malu. Matanya sembab, dan wajahnya basah menangisi pria yang ada di hadapannya saat ini
"Aku yang bakalan makan bekal ini, sampai habis, sampai gaktersisa sedikitpun" Diego mendekati Jesie, dua kotak di kedua tangannya menghalangi untuk menyentuh Jesie dan mengahapus air matanya
Diego menyatukan lututnya ke tanah, ia membawa dirinya menghadap Jesie, ia berlutut dihadapan gadis yang tengah duduk didepannya. Kotak nasi pemberian Valerie diletakannya disebelah kaki kiri Jesie, sedangkan kotak nasi yang hendak terhempas ke tong sampah itu diletakannya ketempat semula, disamping Jesie duduk
"Jesie" Diego mengahapus bulir air mata yang masih mengalir dari sudut "Maafin aku, maafin pacar kamu yang bodoh ini ya!" Ucap nya
Gadis itu masih terdiam, nafasny masih ter-isak
"My Rosella, please. Berhenti menangis, maafin aku." Tangan kanan Diego menggenggam jemari kiri gadis itu "Astaga, tangan kamu sampe basah gini!" Ucap nya
Masih dengan kondisi yang sama, Jesie masih enggan untuk berbicara. Mata nya bahkan tak sanggup menatap Diego
"Jesie, can you hear me? I'm sorry please. Kamu boleh caci maki aku, kamu boleh omelin aku, kamu boleh marahin aku, bahkan kalo perlu kamu boleh tampar aku, atau bahkan pukul aku. Pukul aku Jes"
Jesie yang mendengar ucapan itu, semakin tak kuasa menaham tangis. Tangisan itu semakin deras, jiwa cemburu yang ia alami seakan-akan begitu besar
"My Rosella kenapa semakin deras?" Diego buru-buru menghapus air mata yang semakin mengalir dari mata gadis itu "Apa omongan aku semakin nyakitin kamu? Jesie, bicaralah" tangan kirinya semakin kuat menggenggam jemari Jesie
"Ada hubungan apa, kamu dan Valerie?" Jesie angkat bicara
Entah kenapa pembicaraan mereka semakin hari terlihat semakin formal, semenjak kedekatan itu berlangsung
Diego menggelengkan kepalanya "Jesie, maafin aku. Aku gak bakal makan bekal dari orang lain kecuali dari kamu" ucapnya
"Diego, apa kamu tidak sabar menunggu aku datang dan membawakan bekal dan melakukan rutinitasku yang baru berdua bersamamu, menghabiskan waktu dibawah pohon itu?"
"Eng--" Jawaban Diego terputus begitu saja
"Lantas, kenapa kamu menerima pemberian dari orang lain? Masih mending kalo orang lain, tapi ini perempuan lain!" Ucap Jesie
Jesie seperti tidak sadar, bahwa status takjelas ia dengan Diego membawa hatinya semakin masuk kedalam perasaan sayang pada lelaki dihadapannya. Ia tidak sadar ucapan barusan, seperti seorang perempuan mencemburui kekasihnya karena telah menerima sogokan dari wanita lain yang berusaha merebut hati kekasihnya. Bahkan Diego pun juga tidak menyadari yang terjadi diantara mereka
OMEGOT !!
BULIR AIR MATA saya NGALIR
PAS NGETIK INI
wkwkwkMaaf ya kalo kepanjangan
Lagi semangattttEits
JANGAN LUPA TABURAN BINTANG NYA
LOVE BAE

KAMU SEDANG MEMBACA
Before Anyone Else
Teen FictionJesie Andara Niesha, gadis remaja yang mengalami permasalahan sulit dalam cinta pertamanya, ingat. Cinta pertama Diego Damara Zeco, pria ketus keturunan London ini membuat dirinya menjadi berlika-liku karena masa percintaan nya dulu. Ia ingin mendap...