23

2.7K 346 180
                                    

Jungkook masih menepuk-nepuk punggung pacarnya pelan sementara sebelah tangannya digunakan untuk menyanggah dagu agar acara 'menonton-Rivka-menangis'-nya menjadi lebih nyaman.

"Udah belon nangisnya? Kagak abis-abis tu air mata," komentar Jungkook mulai bosan menunggu hingga hampir satu jam sejak mereka bertemu.

Singkat cerita, ketika menjemput Rivka tadi, Jungkook terkejut melihat gadis itu berlari dan langsung loncat naik ke atas motornya tanpa sepatah kata. Setelah itu, tangisnya pecah begitu saja. Meski banyak pertanyaan yang ingin ia lemparkan saat itu juga, Jungkook memilih untuk membiarkan Rivka memeluknya dari belakang sementara ia menggas motor.

Karena bingung akan kemana, Jungkook akhirnya memberhentikan motornya di tempat tongkrongan yang biasa ia dan kawan-kawannya kunjungi.

Yah, mau bagaimana lagi? Kalau dia bawa Rivka yang lagi begitu ke tempat mahal juga Jungkooknya malah dikira ngapa-ngapain anak orang nanti. :(

"Itu wedang jahe yang dibuat Mpok Yana ampe dingin gitu. Hargain dong, kasian mpok gua udah bikinin," tambah Jungkook, entah maksudnya untuk menghibur apa memang literal.

Rivka berulang kali menyedot ingus dan mengusap pipinya sambil terisak-isak. Jungkook menghela napasnya lalu menggerakan tangan yang semula hanya menepuk punggung Rivka ringan, berubah menjadi mengusap rambutnya dari atas hingga pangkal.

"Kalo nangis terus, kapan ceritanya coba?"

Suara Jungkook yang melembut juga sentuhan jari-jari tangannya yang kini tengah menyisir rambut Rivka, cukup dapat menenangkan kondisi hati gadis itu yang sedang berantakan tak karuan.

Sebenarnya, bukan Rivka tak ingin cerita. Sejak tadi ia sudah mencoba untuk membuka mulut dan bicara, namun saat itu juga tenggorokannya terasa seperti tercekat udara. Alhasil, dia hanya akan kembali terisak dan menangis.

Rasanya.... sulit.

Mengetahui fakta bahwa kakaknya yang sangat ia sayangi dan ia kagumi diam-diam ternyata menyukainya.

Lebih dari seorang adik.

Rivka sendiri tak mengerti mengapa dia menangis.

Sedih? Apa yang menyedihkan?

Marah? Tak ada alasan untuk itu.

Takut? Mungkin.

Rivka hanya merasa hatinya terobrak-abrik. Membuatnya bingung dengan perasaannya sendiri. Dia ingin protes kepada Taehyung yang seenaknya melemparkan informasi yang terlalu... membuatnya berdebar.

Hah? Yang benar saja.

"Gua pulang aja lah, buset dah bener-bener. Notice aku dong, Kakak!!"

Lah ini Si Jungkook masih aja bacot.

Rivka mendongak dan menatap Jungkook kesal. "Ba-cot banget sih! Hiks, udah tau gua lagi nangis."

Jungkook balas menatap Rivka tak percaya. "Gua nunggu lo nangis udah sejam ini, Pak. Ya Allah, kurang apalagi gua."

Yak, habis ini putus.

Nggak deng.

Rivka mengerucutkan bibirnya sambil terisak beberapa kali.

"Coba tarik napas yang panjang. Ampe sek-sekan gitu lo nangisnya," suruh Jungkook memperhatikan Rivka mulai iba.

Setelah menuruti perkataan Jungkook seraya merasakan usapan lembut cowok itu, Rivka merasa jauh lebih baik.

"Dah? Dah nggak gagu lagi? Bisa ngomong?"

Rivka mulai menatap sinis Jungkook. Ingin rasanya ia protes kalau moodnya sedang baik saat ini.

bangku • kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang