9

3.4K 568 167
                                    

"Mana abang gua?!"

Entah bagaimana, Rivka tiba-tiba sudah menggebrak pintu kamar Jungkook dengan ganasnya. Kebetulan juga, orang tua Jungkook memang sedang tidak berada di rumah.

Alhasil, tadi dia hanya bertemu dengan pembantu Jungkook yang menyambutnya dengan ramah. Setelah dikatakan bahwa dia adik Taehyung--salah satu sahabat karib Jungkook--, perempuan berkepala 4 itu langsung memperbolehkannya naik ke atas.

Tapi, Rivka tidak pernah menyangka kalau di kamar Jungkook, bukan hanya ada kakaknya dan Jungkook sendiri.

Melainkan para lelaki nakal tapi tampan yang terlalu mudah untuk dicintai, Bangtan.

Sayangnya, belum sempat Rivka memandang lapar cowok-cowok unch itu, matanya sudah bertumpu pada satu titik yang membuat dirinya beku.

Sang Abang tersayang, disana, terkapar.

"Taehyung, yaampun!"

Jantungnya berdegup melebihi kadar normal. Matanya mendadak panas melihat kondisi Taehyung yang menyender punggung kasur dengan menggulung setengah badannya menggunakan selimut milik Jungkook.

Tanpa peduli tatapan Bangtan yang memandangnya bengong, Rivka langsung berlari dan merangkak ke atas kasur itu hingga tubuhnya benar-benar duduk di samping Taehyung.

"Kan gua udah bilang--hiks--anjir," lirih Rivka mulai meneteskan air matanya.

"Kok... lo disini?" tanya Taehyung yang terdengar seperti erangan.

Tak sengaja, mata Rivka menangkap tampilan luka-luka di kulit sekitar paha hingga dengkul Taehyung. Hal itu malah semakin membuat Rivka menahan tangisnya.

"Sshhh... jang--an nang...is."

"Hiks--ngomong aja belom ben--hiks--er lo, ah. Kenapa sih... nggak pernah dengerin gue?"

Pelan-pelan, tangan Rivka menyentuh selimut dan membentangkannya rapih pada tubuh bagian atas Taehyung.

"Dek... panas."

Masih sesegukan, Rivka menyentil jidat kakaknya itu. "Lah terus kenapa tadi lo malah pake selimut, Go--blok?"

Taehyung hanya tersenyum lemah. Tangannya tiba-tiba meraih tubuh Rivka dan menautkan sepasang tangannya pada ujung pinggang gadis itu.

Para penonton pun semakin seru menyaksikan adegan panas secara live. Ugh.

"Soalnya dingin."

Rivka sendiri nggak menolak pelukan itu. Karena memang sudah seharusnya begitu kalau Taehyung sakit. Lengan Rivka justru menyelusup melingkar pada bahu Taehyung dan menjadikannya sebagai bantalan cowok itu.

Sedangkan sebelah tangannya lagi mulai menyibakkan poni-poni Taehyung sehingga keningnya yang penuh keringat itu terlihat. Setelahnya, mencondongkan kepala mendekat pada kepala Taehyung.

Disaat anak-anak laknat di sana semakin menahan nafas menontonnya, Rivka mulai meniup wajah Taehyung berurut dari keningnya, turun ke hidung, sampai ke dagu cowok itu. Lalu secara otomatis, Taehyung semakin melenturkan otot wajahnya menjadi lebih relax.

Entahlah. Semacam kebiasaan sejak kecil.

"Jangan sakit, Tae, plis."

Sangat berlebihan nan dramatis memang. Tapi begitulah Rivka setiap Taehyung terkapar sakit.

"Maaf, Dek. Bikin lo khawatir."

"Maaf maaf ae lu, Tolol. Hiks--ganti duit gua buat bayar grab, Anjing."

Taehyung tertawa kecil dan mengangguk. Matanya sudah terpejam dari semenjak Rivka mulai meniup-niup wajahnya. Namun sekarang, tangan Taehyung bergerak menarik tubuh Rivka lebih dekat lagi hingga menempel dengan tubuhnya sedangkan kepalanya langsung mencari lekukan leher Rivka untuk menyender disana.

"Nggak mau ke rumah sakit aja?" tanya Rivka melembut.

Taehyung menggerakan kepalanya membuat Rivka merasa geli akibat rambutnya yang menari di atas kulit leher gadis itu.

"Lebay banget."

Tak.

Kena kan Taehyung.

"Sakit, dia mah jitak-jitakq kepala gue mulu!"

"Ya, lagian! Lebay kayak mana kalo sampe borokan begitu?!"

Hoseok yang baru keluar dari kamar mandi dan penasaran mengapa teman-temannya menjadi begitu tenang, terkejut dengan pemandangannya sekarang. Sedangkan Jin pertama kali bersuara di antara mereka,

"MAuUuuu!"

"Mau apaan?" tanggap Namjoon melirik sedikit.

"Mau digituin. Jadi pengen punya adek cewek," balasnya lagi.

Dan tak dipungkiri, semua Bangtan mengiyakan setuju dalam hati. Betapa beruntungnya kawannya Taehyung, mendapat adik secantik itu dan yang terpenting tampak begitu sayang pada abangnya.

Mendengar pembicaraan itu, Rivka baru sadar bahwa teman-teman kakaknya telah menonton sejak tadi. Hal itu membuat dirinya mendadak merasa canggung.

"Tet... diliatin sama... temen lo."

Taehyung masih memeluk Rivka erat dan menenggelamkan wajahnya di sana. "Bodoamat. Mereka mah ngiri doang itu."

Tak.

Satu jitakan berhasil mendarat pada kepala Taehyung hasil karya Sang Adik.

"Lo sih enak. Lah gue... ada Kak Jimin disitu, woy!" bisik Rivka jengkel.

"Sakit banget, ihhhh, dia mah," ringis Taehyung memegang  bagian kepalanya yang baru saja dijitak oleh Rivka.

Melihat ekspresi kesakitan itu membuat Rivka baru ingat kalau Taehyung sedang tidak kondisi fit. Hal itu membuat Rivka sedikit merasa bersalah.

"Eehh, iya lupa, Bang. Maap maap," ujar Rivka cengengesan, sambil mengelus kepala Taehyung lembut.

"Ekhhmm," deham Yoongi yang duluan berani memberhentikan kegiatan mesra kakak beradik itu.

Bukannya apa-apa, hanya saja Yoongi memang kawan Taehyung yang paling dekat dengan Rivka dan kakaknya sendiri. Bahkan Rivka sering mengadu pada Yoongi kala bertengkar dengan Taehyung.

"Woy, liat situasi dan kondisi dong," tegur Yoongi berusaha santai.

Dia mah suka ngegas. Sering menyebabkan anak orang bersedih hati karena tajamnya omongan. Padahal menurut Yoongi sendiri biasa aja.

Yaudah iya.

"Dek.."

Bukan. Yang manggil itu bukan Taehyung, karena Rivka hapal betul suara kakaknya yang berat. Bukan juga Yoongi, karena suaranya yang jauh berbeda.

Susah payah Rivka menoleh dan mendapati ekspresi cengo dari masing-masing wajah teman kakaknya.

Lalu mata Rivka berhenti pada sosok sang pemilik rumah disana. Dia tersenyum cengengesan lalu bicara,

"Boleh join nggak?"

bangku • kthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang