Hari ini aku berencana melamar kekasihku. Makan malam romantis dengan lilin-lilin kecil yang mengitari, tak lupa dengan kejutannya. Pasti dia senang, pikirku.
Aku memandangi kotak merah berisi cincin itu dan membayangkan wajah gadisku yang tersenyum manis saat menerima ini nanti. Aku gemas, tidak tahan untuk menunggu malam tiba.
"Will you marry me?" gumamku seorang diri, anggap saja ini pemanasan. "Tidak, tidak. Itu terlalu umum."
Aku mencoba memikirkan hal lain. Sesuatu yang tidak mengandung unsur pertanyaan, karena aku tidak mau dia memilih antara 'ya' atau 'tidak'.
"Ah pikir saja nanti." Kataku lagi, aku tidak mau terlalu pusing. Intinya aku akan bilang 'Ayo Menikah'.
Ide lain terpintas di benakku. Bagaimana jika aku membuat kejutan lain? Jika menyodorkan setangkai atau sekuntum mawar dengan cincin yang menyusul bukannya terlalu biasa?
Mungkin aku bisa membuatnya menjadi hal yang tidak biasa.
Aku merogoh saku celanaku dan mengeluarkan benda android milikku itu, lalu mengetikkan sebuah nama disana.
"Halo, Yuta?" suara diseberang sana sudah terdengar di telingaku.
"Noona, bantu aku!" pintaku dengan nada merengek.
Kudengar suara diteleponku mendesah pelan dan kurasa ia tersenyum kecil sekarang. "Ya, bantu apa?"
"Begini Irene Noona. Kau jago membuat kue kan? Nah, aku perlu bantuanmu."
"Apa? Kau mau aku membuat kue untukmu? Cih. Kau menelepon hanya untuk itu? Kau sama saja dengan yang lain. Menelepon hanya butuh kue-ku saja!" amuknya karena memang, teman-teman hanya menghubunginya karena kue-nya yang terkenal enak itu.
Aku menghela nafas panjang dan mendekatkan kembali ponselku ke telinga setelah menjauhkannya karena Irene Noona tiba-tiba membentak.
"Noona, tidak ada yang mau berurusan dengan Key hyung, suamimu itu jika kami meneleponmu tanpa sebab yang penting. Jadi karena tebakanmu benar, bisa kan? Ayolah aku mau melamar kekasihku, aku mau semuanya berjalan romantis seperti yang kurencanakan." Jelasku dengan semangat.
"Oke. Mampirlah kalau perlu. Key ada disini, jadi santai saja."
"Iya. Pokoknya terimakasih, Noona!"
🍰
Sekarang Yuta telah selesai memakan makanannya, begitu juga kekasihnya yang cantik itu.
"Sayang," panggil Yuta lembut dan menggenggam tangan kanan kekasihnya. "Tau tidak aku mengajakmu kesini karena apa?"
Gadis berambut pendek sebahu itu mengangguk kecil. "Kencan 'kan?" Jawabnya.
Seorang waitress datang membawa hidangan penutup berupa sepotong kue buatan Irene yang dipesan Yuta.
"Kuenya lucu," kata gadis itu ketika piring berisi potongan kue tadi ada dihadapannya.
"Sebenarnya aku ingin bilang sesuatu."
"Apa itu?"
"Ayo meniㅡ" Ucapan Yuta terhenti ketika melihat gadis yang duduk dihadapannya kini memegangi lehernya. Seperti tersedak sesuatu.
Mata Yuta melebar, ia beranjak cepat mendekati kekasihnya itu. "S-sayang ... Mina! Mina kamu kenapa?" ia mengguncang bahu gadis bernama Mina itu pelan.
Mina tercekat, lehernya sakit. Ia telah memakan sesuatu yang salah pada kuenya. Sebuah logam ia rasa. Tenggorokannya sakit, ia tersedak benda itu.
Tentu hal itu mengganggu pernafasannya. Ia sulit bernafas sekarang. Sedangkan Yuta sekarang mencoba mencari tau apa yang terjadi sehingga Mina seperti itu.
Yuta yang mencoba tenang itu memandang kue yang telah terpotong. Ia menyadari sesuatu. Ia menyadari kebodohannya.
Ya, kebodohannya karena ia meminta Irene memasukkan cincin pada adonan kue yang dipesannya sebelum masuk ke oven.
Ia pikir hal itu akan menjadi hal yang romantis karena kejutan di dalam kue yang tidak terduga. Tapi siapa yang akan menyangka jika akhirnya akan menjadi kejutan yang mengundang maut.
A/N:
Maaf mbak Mina, kamu kembaranku yang selalu kunistakan :((
Sengaja update double.
Selamat tahun baru, yeay
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Time ●NCTxWayV
Historia CortaNCT & WayV short stories collection~ ©2017-lilvain