Modus #24: Cadangan

35.7K 3.5K 1K
                                    

Pada akhirnya, Gailan tidak membawa pulang kemenangan pada turnamen kali ini. Mengecewakan memang, tapi ada saatnya seseorang harus mengalami kekalahan.

"Udahlah. Kali ini lo hanya kurang beruntung karena cedera," hibur Ghazi seraya menyerahkan kaleng Cola dingin kepada Gailan.

Pertandingan pertama tadi memang berlangsung sengit. Kedua atlet mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Tapi, untung tidak dapat diraih, dan malang tidak dapat dihindari. Gailan mengalami cedera pada pergelangan  kaki, membuatnya kalah dalam bertanding.

"Kaki lo nggak apa-apa?" tanya Ghazi sambil duduk bersandar di sebelah Gailan.

Saat itu mereka berada di balkon atas. Kalau Ghazi suka menyendiri di teras dalam kegelapan jika dirundung masalah, maka Gailan lebih senang menghabiskan waktu di balkon atas. Duduk bersandar, dengan kaki berselejor, ditemani sekaleng Cola dingin sambil menatap kegelapan langit malam.

Gailan menggerakkan kakinya yang diperban dan menjawab, "It's okay! Tapi gue nggak bisa bohong kalo gue kecewa. Padahal in turnamen terakhir gue sebelum lulus sekolah." Tentu saja Gailan kecewa karena ini kekalahan pertamanya. Biasanya setiap kali turnamen, Gailan selalu membawa pulang medali.

Ghazi menyenggol bahu Gailan. "Bukan rejeki lo. Jangan dipikirin. Makin kecewa lo ntar. Lagian medali lo udah terlalu banyak. Numpuk tuh!"

Gailan  mengangguk, lalu mengangkat kaleng Cola dan meneguk isinya.

"Omong-omong lo nganterin Joya sampai rumahnya, kan?"

Tadi karena cedera, Gailan pulang duluan diantar temannya. Gailan menyerahkan kunci mobilnya pada Ghazi, dan meminta adiknya itu untuk mengantar Joya.

"Dia khawatir sama lo," kata Ghazi. Bisa dilihat jelas, meski Joya banyak diam selama perjalanan pulang, cewek itu duduk dengan gelisah. Beberapa kali Ghazi menyadari Joya menarik dan mengembuskan napas panjang.

Lalu Gailan tertawa pelan, membuat kening Ghazi mengernyit. Heran dengan perubahan suasana hati Gailan. Baru beberapa menit lalu wajah abangnya itu masih diselimuti awan kelam, sekarang sudah ceria lagi.

"Kok bisa, ya, gue senang saat tau Joya khawatir sama gue?"

Ghazi memilih diam karena ia tahu pertanyaan Gailan tidak membutuhkan jawaban. Abangnya itu pasti lebih tahu jawaban dari pertanyaannya itu.

"Sepertinya gue benar-benar jatuh hati sama Joya," aku Gailan.

Sekali lagi Ghazi diam. Gailan pun sepertinya tidak butuh tanggapan. Sebab yang selanjutnya terjadi, keduanya meneguk minuman masing-masing dan menatap langit yang malam itu dipenuhi bintang-bintang.

"Ternyata seperti ini rasanya jatuh cinta," bisik Gailan dengan senyum di bibir.

***

Menurut versi Gailan Airlangga, jatuh cinta adalah hal yang paling menakutkan sekaligus menyebalkan di dunia. Jatuh cinta membuat orang menjadi terobesesi dan egois. Jatuh cinta membuat orang menjadi lebih sensitif. Jatuh cinta membuat orang selalu berpikir dia adalah pusat dari semua kehidupan di dunia.

Ada pengalaman pahit yang membuat Gailan tidak menyukai orang yang jatuh cinta. Dulu, pernah ada seorang cewek yang jatuh hati kepadanya. Semula Gailan tidak keberatan dengan perasaan cewek tersebut. Menurut Gailan, seseorang berhak untuk jatuh cinta kepada siapa pun juga, termasuk kepadanya. Tapi, ia juga punya hak untuk tidak membalas perasaan itu. Namun yang terjadi, rasa cinta cewek itu menjadi sebuah obesesi untuk memiliki Gailan. Ketika Gailan menolak cintanya, cewek tersebut marah. Lalu ia mulai meneror Gailan. Setahun lamanya Gailan harus menghadapi teror demi teror yang dilakukan cewek tersebut. Semua baru berakhir ketika cewek tersebut kembali jatuh cinta kepada orang lain.

MODUS [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang