Modus #31: Segitiga

33.1K 3.7K 1.2K
                                    

Hari itu Joya merasa tidak enak badan. Kepala pening, efek dari kurang tidur. Ditambah lagi perutnya nyeri karena sedang datang bulan.

"Lo kenapa?" tanya Friska khawatir melihat wajah Joya yang pucat.

Joya mengerjap, lalu berbisik, "Perut gue sakit. Lagi datang bulan."

"Udah minum obat penghilang nyeri?"

Joya menggeleng. Tadi pagi ia bangun telat lagi, dan terburu-buru ke sekolah. Untung saja bel masuk baru berbunyi setelah Joya melewati gerbang sekolah.

"Lebih baik lo istirahat di UKS aja," usul Friska.

Joya mengangguk. Friska benar, lebih baik ia minta izin untuk istirahat di UKS saja. Percuma juga ia tetap bertahan di kelas dan mengikuti pelajaran karena sudah dipastikan tidak akan satu pelajaran pun yang mampu otaknya tangkap.

"Biar gue izinin lo ke Bu Meri. Setelah itu gue antar ke UKS," tawar Friska sudah siap untuk berdiri.

"Nggak usah," tolak Joya. "Biar gue aja. Gue masih kuat, kok," katanya kemudian sambil tersenyum. Berharap senyum itu dapat membuat Friska percaya bahwa dirinya kuat untuk ke UKS sendirian.

"Lo yakin?" ternyata Friska masih ragu untuk melepaskan Joya pergi sendirian ke UKS.

"Ya," jawab Joya. Setelah itu Joya beranjak dari tempat duduknya dan maju ke meja guru, menghampiri Bu Meri yang sedang menulis.

"Perlu teman untuk mengantar kamu ke UKS?" tanya Bu Meri setelah Joya meminta izin untuk istirahat di UKS.

Joya menggeleng. "Saya bisa sendiri, Bu."

Bu Meri memperhatikan Joya sejenak, lalu mengangguk. Joya mengucapkan terima kasih, lalu keluar kelas.

Sebelum ke UKS, Joya memutuskan untuk ke toilet dulu. Dengan tangan kiri di pinggang, menahan nyeri, Joya menuruni anak tangga satu persatu. UKS dan toilet berada di lantai bawah.

Tangan Joya sudah berada di pegangan pintu toilet, bersiap untuk mendorongnya agar terbuka. Tapi gerakan Joya terhenti ketika mendengar suara-suara cewek yang bercerita tentang Ghazi.

"Gue juga nggak nyangka, lho, Ghazi masih suka tidur dengan boneka."

"Gue juga. Tapi, itu emang beneran. Ada buktinya, kok."

"Buktinya apaan?"

"Rekaman suara gitu. Cewek dan cowok lagi bicara. Tapi, gue yakin yang cowok itu suara Ghazi. Dalam rekaman itu si cewek bilang akan tetap menjaga rahasia Ghazi yang suka tidur dengan boneka beruang."

Pegangan Joya pada handle pintu terlepas. Joya merasa tubuhnya bergetar. Rekaman itu ... pastilah rekaman itu dibuat saat ia dan Ghazi bicara di perpustakaan. Joya memijat kepalanya yang semakin terasa pening. Meski begitu, kupingnya masih mampu mendengar pembicaraan di dalam toilet.

"Dari siapa lo denger rekaman itu?"

Lalu Joya mendengar satu nama disebutkan, lengkap dengan kelasnya. Nama yang tidak Joya kenal.

"Gue dan dia kan udah sohiban sejak SMP. Jadi dia cerita dan dengerin rekaman itu ke gue."

"Jadi dia juga yang nyebarin rahasia itu sampai satu sekolahan tahu?"

"Menurut gue sih, iya.  Lagipula dia kan anak mading. Jadi, gampang banget bagi dia nyebarin info ini."

"Padahal Ghazi cakep, ya."

"Buat apa juga punya wajah cakep kalo masih doyan tidur sama boneka gitu. Kayak orang punya kelainan."

Joya mengepalkan tangan kuat-kuat. Hatinya panas mendengar Ghazi dijelek-jelekan begitu. Joya meraih pegangan pintu, mendorong pintu dengan keras hingga terbanting ke dinding, menimbulkan bunyi yang mengerikan. Dua cewek yang sedang membicarakan Ghazi tadi terkejut dan menjerit. Setelah itu, Joya berbalik dan pergi.

MODUS [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang