Modus #34 : Pilihan Hati (Ending)

64.3K 4.2K 1.1K
                                    


Sekali lagi, Ghazi balik kiri, mengubah posisi tidurnya. Sejak tadi hanya itu yang dilakukannya. Balik kiri, balik kanan. Tengkurap, lalu telentang. Tapi, tetap saja matanya tidak mau terpejam. Rasanya ada yang kurang dan hilang.

Lelah berganti-ganti posisi, akhirnya Ghazi bangun dari ranjangnya, lalu keluar kamar. Ia mengetuk pintu kamar Gailan, dan berkata, "Lan, belum tidur, kan?"

"Belum. Masuk aja!" teriak Gailan dari dalam.

Ghazi membuka pintu kamar Gailan. Ia menjulurkan kepala di celah pintu yang terbuka dan melihat Gailan sedang duduk di meja belajar.

"Lo lagi ngerjain tugas?"

"Besok ulangan Fisika. Gue lagi bahas-bahas soal," jawab Gailan tanpa menoleh.

"Kayaknya gue ganggu, nih."

Gailan terkekeh. Cowok itu meletakkan pensil, lalu menoleh kepada Ghazi. "Ganggu emang, tapi karena lo udah ke sini, gue jadi punya alasan buat berhenti. Masuk cepat."

Ghazi nyengir sambil garuk-garuk kepalanya, lalu melebarkan bukaan pintu dan masuk ke kamar Gailan. Ia langsung menjatuhkan diri di atas ranjang Gailan dan duduk bersila.

"Nggak bisa tidur?" tanya Gailan sambil memutar kursinya hingga berhadapan dengan Ghazi.

Mereka sudah tahu kebiasaan masing-masing. Kalau salah satu dari mereka tidak bisa tidur, pasti saling mampir.

"Begitulah," kata Ghazi sambil mengedikkan bahu.

"Karena nggak ada Didi?"

Ghazi menghela napas. Ternyata keberadaan Didi sangat begitu berarti baginya. Biasanya Ghazi tidur sambil meluk Didi. Tapi, malam ini Didi sudah tidak bersamanya lagi. Makanya, Ghazi tidak bisa tidur sejak tadi.

"Nggak bisa diganti dengan guling?" tanya Gailan lagi.

Ghazi menggeleng. "Gue udah terbiasa meluk Didi. Jadi kalo meluk guling beda rasanya," aku Ghazi nelangsa.

"Terus kenapa lo balikin Didi ke Joya?"

Ghazi kaget saat mendengar Gailan menyebut nama Joya. Cowok itu melihat abangnya dengan mata menyipit. "Lo udah tau?"

Gailan tersenyum lebar dan mengangguk. "Joya udah cerita semuanya sama gue."

Ya, Joya memang sudah menceritakan semuanya kepada Gailan bahwa ia pemilik Didi saat mereka berada di IScream. Sama seperti Ghazi, Gailan juga tidak menyangka awalnya. Tapi, setelah mencocokkan cerita Joya dengan peristiwa sembilan tahun lalu, mau tidak mau Gailan pun percaya. Takdir itu benar-benar penuh kejutan, begitu komentar Gailan setelah Joya bercerita.

"Apa gue minta Joya buat ngasih Didi ke lo lagi aja?" tawar Gailan.

Ghazi menggeleng cepat. "Gue kan udah janji bakal balikin Didi ke pemilik aslinya. Masa mau lo minta lagi."

"Trus lo gimana? Kan lo nggak susah tidur gini kalo nggak ada Didi."

"Mungkin gue hanya belum terbiasa. Nanti-nanti gue pasti bisa tidur tanpa Didi," kata Ghazi, tapi terlihat tidak begitu yakin.

"Yaudah, terserah lo aja. Omong-omong, tadi sore gue ngajak Joya pacaran."

Perubahan topik pembicaraan ini membuat suasana hati Ghazi menjadi buruk. Tapi, ia mati-matian menyembunyikannya dari Gailan. "Kalian kan emang udah jadian," respons Ghazi seadanya.

"Ya lo tau sendirilah. Kemarin itu kan gue ngajaknya spontan aja. Tapi, kali ini gue benar-benar serius."

Tak ingin mendengar lebih jauh, dan membuat perasaannya makin tak menentu, Ghazi pura-pura menguap. "Lan, gue tidur di sini aja, ya. Kayaknya gue emang butuh teman buat tidur. Buktinya gue udah mulai ngantuk."

MODUS [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang