Modus #12: Yang Cinta Kamu Itu Aku!

37.2K 4K 937
                                    

Tips #12:
Jadilah orang pertama yang menghibur doi di saat sedih. Karena saat-saat seperti itu akan memudahkan lo untuk menyentuh hatinya.

***

Hari masih terlalu pagi. Jam masih menunjukkan pukul 06.15 WIB. Sekolah pun masih sepi. Namun, Joya sudah nongkrong di parkiran sekolah. Menunggu kedatangan Gailan. Dua kotak makanan berada di atas pangkuan Joya.

Kemarin malam, Ghazi memberi tahu Joya bahwa hari ini dirinya dan Gailan akan datang lebih cepat ke sekolah. Gailan ada tugas piket. Makanya Joya juga datang lebih awal. Joya ingin memberi kejutan untuk Gailan dan juga Ghazi.

Saat melihat mobil Gailan datang, Joya pun segera berdiri. Bibirnya tersenyum. Dengan langkah yang berusaha dibuat seanggun mungkin—hasil latihannya semalam—Joya menghampiri Gailan dan Ghazi.

"Hai, Kak Ilan. Hai, Zi," sapa Joya ramah.

"Hai, Joy," balas Gailan sambil mengangkat tangan kanannya. Sementara Ghazi hanya mengangguk pelan merespons sapaan Joya.

"Pagi amat lo datang," komentar Gailan saat melihat jam di tangannya.

"Ada tugas piket juga, Kak." Untung Joya sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan ini kemarin malam. Meski jawabannya murni kebohongan, tidak apa-apalah. Toh, Gailan juga tidak akan mengecek jadwal piket di kelasnya.

"Wah, samaan dong!"

"Mungkin jodoh, Kak," jawab Joya dengan senyum semakin lebar.

Gailan tertawa mendengarnya dan berkata, "Bisa aja lo!"

Setelah tawanya berhenti, Gailan kembali bertanya, "Trus ngapain malah nongkrong di sini? Bukannya di kelas?"

Joya mengangkat kotak makanan yang tadi ia bawa di depan dada. Lalu berkata, "Aku bawain ini buat Kak Ilan dan Ghazi."

Ghazi yang mendengar namanya disebut menoleh. "Buat gue juga?"

Joya mengangguk. Lalu ia menyerahkan satu kotak bekal pada Ghazi, "Ini untuk kamu."

Ghazi tidak bereaksi. Selain terkejut dengan bekal yang disiapkan Joya untuknya, juga dengan gaya bicara Joya saat ini. Cewek itu bicaranya sopan banget. Pakai aku-kamu. Biasanya juga pakai lo-gue.

"Nggak usah, deh!" tolak Ghazi. Joya baik gini bikin ngeri. Ia takut bekal yang disiapkan Joya nasi goreng petai. Ghazi sama sekali tidak suka petai.

Seolah bisa membaca pikiran Ghazi, Joya pun melotot. Dengan gerakan bibir, ia meminta Ghazi untuk menerima kotak bekalnya. Ghazi menarik napas panjang, lalu akhirnya menerima kotak makanan itu juga. Ntar gue kasih Dimas aja, katanya kemudian.

"Dan ini buat, Kak Ilan," kata Joya semangat.

Sama seperti Ghazi, Gailan juga menatap kotak bekal itu lama. Ia masih ingat dengan sarapan nasi goreng petai yang Joya siapkan untuknya. Tapi, karena kemarin Joya sudah mengajaknya nge-date, Gailan tidak sampai hati untuk menolak bekal yang Joya buatkan untuknya.

"Makasih, ya, Joy. Seharusnya lo nggak perlu repot-repot buatkan sarapan untuk kami segala," kata Gailan.

"Nggak apa-apa, Kak. Aku senang kok buatin itu semua untuk kalian," kata Joya berbohong. Padahal sarapan itu bukan Joya yang buat, tapi bundanya. Setelah shalat subuh, Joya meminta Bunda membuat sandwich isi telur.

"Sekali lagi thanks, ya. Gue ke kelas duluan," kata Gailan sambil melambaikan tangannya. Meninggalkan Joya dan Ghazi.

Joya ikut melambaikan tangannya dan berteriak, "Semangat belajarnya, ya, Kak!"

Ghazi yang melihat itu hanya bisa menggeleng-geleng. Dasar cewek berkepribadian ganda, bisiknya dalam hati.

"Gue juga ke kelas duluan," kata Ghazi sambil melangkah pergi.

"Ya udah pergi sana. Hus-hus-hus!" usir Joya.

***

Sesampainya di kelas, Ghazi meleatkkan kotak bekal pemberian Joya di atas meja. Kemudian ia duduk dan menatap bekal itu. Karena penasaran, Ghazi membukannya. Alih-alih nasi goreng petai, ternyata isinya adalah sandwich isi telur.

"Kayaknya enak," kata Ghazi. Lalu cowok itu mengambil satu potong dan menggigitnya sedikit. Senyumnya mengembang saat satu gigitan berhasil dikunyah. Rasa sandwich telur itu ternyata enak. Ghazi tidak menyangka cewek cebol dan urakan itu bisa juga masak makanan enak.

Tidak butuh waktu lama, satu potong sandwich berhasil Ghazi habiskan. Saat ia mau mengambil satu potong lagi, Hazel datang. Wajah cewek itu kecut. Suasana hatinya sedang tidak baik.

Ghazi tidak jadi mengambil sandwich. Ia malah menatap Hazel dan memerhatikan gadis tersebut. Melihat Hazel sedih seperti ini adalah hal yang baru bagi Ghazi. Selama ini yang Ghazi lihat Hazel selalu ceria.

Ada apa dengan Hazel? Itulah pertanyaan yang kini mengisi kepala Ghazi. Ia bertanya-tanya hal apa yang bisa membuat Hazel bersedih seperti ini.

Lalu Ghazi teringat dengan ucapan Joya. Tentang cinta yang harus diperjuangkan. Apakah ini saat yang tepat baginya untuk kembali berjuang?

Ghazi menarik napas, lalu mengembuskannya. Setelah perasaannya sedikt tenang, Ghazi berdiri dan menghampiri Hazel.

"Hai," sapa Ghazi.

Hazel mengangkat kepalanya. Saat itulah Ghazi menyadari mata cewek itu sembab dan berwarna merah. Sepertinya habis menangis semalaman.

"Mata kamu kenapa?" tanya Ghazi dengan nada khawatir yang terdengar jelas.

Hazel menunduk, menyembunyikan wajahnya yang terlihat kacau. "Nggak apa-apa."

"Jangan bohong. Kalo nggak ada apa-apa kenapa sampai merah dan sembab gitu?"

"Ini bukan urusanmu, Zi. Tolong jangan bersikap seperti ini lagi. Aku benar-benar nggak ada perasaan sama kamu. Aku sukanya Gailan."

Ghazi terdiam sesaat. Tidak menyangka respons Hazel akan seperti ini. Kata-katanya dingin dan menusuk hati Ghazi.

Ghazi mengepalkan tangannya. Menahan perasaan sakit yang menusuk-nusuk dadanya. Lalu entah keberanian dari mana datangnya, Ghazi menyentuh bahu Hazel. Membuat cewek itu terkesiap dan menoleh kepada Ghazi.

"Kamu mungkin sukanya sama Gailan. Tapi, asal kamu tahu, yang suka sama kamu itu aku, bukan Gailan."

Setelah mengatakan itu, Ghazi melepaskan cengkeramannya pada bahu Hazel, lalu melangkah pergi, keluar dari kelas. Ia butuh udara segar untuk menenangkan perasaannya.

Sementara Hazel menatap punggung Ghazi yang menjauh hingga akhirnya hilang dari pandangan. Lalu, air mata mulai membasahi pipi Hazel. Cewek itu menelungkupkan wajahnya dan mulai menangis.

***

Hai, akhirnya ketemu hari Senin lagi. Itu berarti jadwal ngedate dengan Ghazi, Gailan, Joya dan Hazel. Hehehe ...

Gimana Modus #12? Seru nggak? Bikin baper nggak? Atau malah laper? Hihihi ... apapun yang kalian rasakan, gue ucapin terima kasih karena masih setia dengan cerita Modus. Terima makasih masih sedia member vote dan komentarnya.

Sampai jumpa hari Kamis lagi, ya. Semoga ceritanya makin seru.

Bubay

K. Agusta

MODUS [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang