Modus #33: Persimpangan Dua Hati

37.2K 3.5K 460
                                    

"Itu Joya waktu kecil."

Ghazi dan Joya menoleh ke asal suara. Ternyata Ibu Joya. Wanita itu tersenyum, tangannya membawa nampan yang di atasnya terdapat segelas air sirup dan setoples camilan.

"Bukannya ini anak laki-laki?" tanya Ghazi.

Ibu Joya meletakkan nampan di atas meja tamu, lalu tertawa geli. "Ceritanya panjang," jawab Ibu Joya. Lalu, "Ayo duduk sini. Nanti Ibu ceritakan kenapa Joya bisa jadi seperti ini."

Ghazi menoleh ke arah Joya, tapi cewek itu malah membuang muka. Namun, Ghazi bisa merasakan gelagat aneh dari sikap Joya. Pada akhirnya, didorong rasa penasaran, Ghazi pun duduk di hadapan Ibu Joya.

"Silakan diminum. Maaf cuma seadanya," kata Ibu Joya. Lalu Ibu Joya memanggil Joya untuk bergabung bersama mereka. Joya menarik napas panjang, kemudian duduk di samping ibunya.

Ghazi mengangguk sungkan, disertai ucapan terima kasih. Kemudian Ghazi meminum air sirup yang sudah dibuatkan Ibu Joya untuknya. Setelah itu, Ghazi menatap Ibu Joya, menunggu wanita tua itu untuk bercerita.

"Jadi ceritanya begini ...," Ibu Joya pun mulai bercerita. Ghazi mendengarkan dengan saksama. Sementara Joya hanya mampu menundukkan kepala.

***


Malam itu Ghazi duduk di teras. Lampu sengaja ia matikan. Seperti kebiasaannya, Ghazi suka menenggelamkan dirinya dalam kegelapan saat galau.

Sungguh, ia masih tidak percaya pemilik Didi itu adalah Joya. Rasanya begitu mustahil karena  selama ini Ghazi selalu beranggapan pemilik Didi adalah bocah laki-laki. Tapi, dari cerita Ibu Joya tadi dan bukti foto yang tidak bisa dibantahkan, Ghazi harus percaya bahwa Joyalah orang yang selama ini ia cari.

Rasa dingin menyengat pipi Ghazi. Saat ia menoleh, ia mendapati senyum jail milik Gailan.

"Gue heran sama lo. Kok senang banget gelap-gelapan gini," kata Gailan sambil melemparkan soda kaleng dingin kepada Ghazi, yang ditangkap Ghazi dengan sukses. "Gue kira tuyul mana tadi yang ngumpet di sini."

"Asem lo," gerutu Ghazi. "Mana ada tuyul tinggi dan berambut gini."

"Ya kali aja tuyul jaman now udah nggak pendek dan botak lagi."

"Nggak lucu!" komentar Ghazi.

Gailan tertawa ngakak melihat wajah cemberut Ghazi. Sudah lama rasanya ia tidak menjaili Ghazi seperti ini.

Lalu, Ghazi teringat sesuatu.

"Lan, seingat gue dulu lo bilang ke gue pernah cerita tentang Didi ke Joya. Lo cerita apa aja?"

Gailan mengangguk sambil meneguk minumannya. Setelah itu ia baru menjawab. "Hmm ... gue bilang ke Joya nama boneka lo itu Didi. Lalu cerita lo dapatin Didi dari anak laki-laki di pasar malam sembilan tahun lalu."

"Lo cerita ini waktu Joya jenguk lo?"

Gailan mengangguk. "Kenapa, sih?"

Pemilik Didi itu Joya. Orang yang gue cari selama itu ternyata Joya. Ingin rasanya Ghazi mengatakan itu kepada Gailan. Tapi, entah kenapa pada akhirnya Ghazi malah menggeleng dan berkata, "Nggak apa-apa."

Lalu Ghazi kembali larut dalam pikirannya. Sekarang ia tahu alasan kenapa sikap Joya berubah kepadanya. Pasti Joya sudah tahu kalau bocah yang ia tolong di pasar malam sembilan tahun lalu itu adalah Ghazi. Tapi kenapa Joya tetap merahasiakan ini semua?

Itulah yang kini menjadi misteri. Ghazi masih tidak habis pikir kenapa Joya menutupi kenyataan bahwa mereka pernah bertemu secara tidak sengaja sembilan tahun lalu.

MODUS [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang