Quatre

1.5K 259 34
                                    

"Wajar memikirkannya saja pusing, ini karena pertama kalinya kau merasa cemburu! Biasanya kan kau minder!"

Besoknya, untung sekali Mia sedang libur. Ia istirahat di rumah, sambil mendengarkan ocehan-ocehan dari sahabatnya. Walau tak lama, dia mendengar suara gaduh di bawah sana.

"Aku cek dulu!"

Mia akui, ia memang baru pertama kali merasa cemburu. Makanya ia terus memikirkan masalah ini sampai ke setiap sudut. Dan untungnya ia sedikit mendapatkan pencerahan dari Mi Ra, bahwa ...

'Cemburu, adalah hal yang sangat boleh untukku.'

CKLEK!

Kyungsoo masuk ke dalam kamar. Lelaki itu memperhatikan setiap sudut kamar Mia yang baru saja ia lihat untuk pertama kalinya. Rapi, bersih, sangat style perempuan dan wangi.

Sampai tatapannya jatuh pada Mia yang sibuk memperhatikan Kyungsoo di kasur di sudut ruangan.

"Kenapa?" tanya Mia yang hanya diberikan tanggapan gelengan oleh Kyungsoo. Lelaki itu menutup pintu lalu mendekat ke Mia.

"Bagaimana rasanya pingsan?" tanya Kyungsoo terdengar seperti sebuah sindiran dibandingkan rasa simpati. Mia mengerucutkan bibir mendengarnya. "Sudah kubilang, kalau ada kendala hubungi aku."

"Di saat kau sedang bersama Inha?" tanya Mia pelan, bermaksud membalas sindiran Kyungsoo. "Salahkan ramalan cuaca yang salah. Aku jadi harus hujan-hujanan."

Kyungsoo mengerutkan keningnya bingung dan bertanya, "Kenapa Inha?"

"Tidak apa-apa," jawab Mia tak ambil pusing sambil melihat ibunya yang baru saja masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan minuman.

"Dia itu ya, bukannya segera meneduh malah jalan lambat di tengah-tengah jalan." Celetukkan ibu Mia yang memang sengaja ia arahkan pada Kyungsoo membuat Mia mendelik.

"Ibu!"

"Ohh, begitu?" tanya Kyungsoo membuat Mia mendesah pelan. "Harus dimarahi."

Ibu Mia terkekeh sesaat sambil menyimpan minuman segar untuk Kyungsoo di atas nakas. "Oh, iya! Kau sempatkan diri untuk berterimakasih pada penolongmu, ya?"

Mia mengerutkan keningnya bingung.

"Siapa memang yang menolongku?" Belum sempat menjawab, Mi Ra di bawah sana sudah berteriak-teriak kencang karena kewalahan menghadapi pengunjung café.

"Nanti mungkin dia besuk. Ibu turun dulu!"

Dan Kyungsoo kembali menatap Mia. "Jadi?"

"Apa?" tanya Mia pura-pura tak tahu. Kyungsoo mencubit kecil tangan Mia yang membuat sang empu kesakitan. "Akh! Sakit tahu!"

"Jadi bagaimana? Kau melihatku dengan Inha?" tanya Kyungsoo dan Mia akhirnya mengangguk.

"Romantis sekali. Diguyur hujan, dan kau mencoba melindungi Inha dengan jaketmu." Kyungsoo memainkan bola matanya, sedikit merasa bersalah karena Mia memergokinya tengah peduli pada gadis lain.

"Aku tak mungkin membiarkannya kehujanan, Mia." Mia tahu Kyungsoo pasti akan menjawabnya begitu. Karena sampai kapanpun, mereka tetaplah orang yang terlalu baik.

"Ya sudah, lupakan. Itu juga sudah terjadi," ujar Mia menganggukan kepalanya. "Kau bawa pisang?"

Kyungsoo tersenyum tipis sambil mengangguk. Ketika sakit, Mia cenderung memperbanyak makan buah. Dan pisang adalah salah satu buah favoritnya.

"Di bawah. Mau aku bawakan?"














***

Cette Sourire ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang