Neuf

1.2K 239 96
                                    

Kyungsoo sedang fokus pada bacaannya sambil menunggu Mia keluar dari kantornya. Ia melakukan penyamaran seperti ketika di Korea. Bukan karena apa-apa, hanya saja dia takut ditanya orang Perancis asli.

Memang ia beberapa kali berbagi ilmu dengan Mia saat kuliah dulu, atau dengan Rin sebagai penerjemahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang ia beberapa kali berbagi ilmu dengan Mia saat kuliah dulu, atau dengan Rin sebagai penerjemahnya. Tapi, untuk fasih sepertinya masih sangat jauh.

Sesekali ia melirik ke pintu utama kantor, takutnya Mia kabur lagi dari Kyungsoo. Tapi alangkah kagetnya saat ia malah melihat gadis itu tepat di depannya.

“Apa?” tanya Kyungsoo bingung dan Mia hanya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket.

“Kau menunggu siapa?” tanya Mia datar dan Kyungsoo jelas menunjuknya. “Ya sudah, ayo!”

Demi apapun, Kyungsoo langsung melongo melihat perbedaan sikap Mia yang sangat tiba-tiba itu. Ia berdiri dan memasukkan bukunya ke dalam tas.

“Kau sakit? Atau PMS begitu?” tanya Kyungsoo membuat Mia menghentikan langkah dan menatapnya jengkel. “Baiklah, kau sangat sehat.”

“Hari ke berapa?” tanya Mia sambil kembali berjalan.

“Aku bukan perempuan, Mia.”

“Kau di Paris hari ke berapa sekarang?” tanya Mia geram membuat Kyungsoo terkekeh. “Jawab.”

“Hari ke enam,” jawab Kyungsoo membuat dada Mia bergemuruh tak jelas. Itu berarti besok hari terakhirnya bersama lelaki itu di negara yang sedang ia tumpangi. “Lusa aku pulang.”

Mia menganggukkan kepala sambil memperhatikan langkah kakinya. Dia bingung harus seperti apa. Dia benar-benar masih ingin memastikan bahwa debaran yang selalu menyapanya itu sama seperti ketika dulu ia mempunyai hubungan khusus dengan Kyungsoo.

“Kau mau kemana?” tanya Kyungsoo bingung karena mereka jalan tak tentu arah. Mia menoleh, ia sendiri tak tahu harus kemana. “Makan?”

“Mau cari udara segar,” jawab Mia dengan malu-malu, namun mati-matian ia tahan. “Mau ikut?”

“Harus.” Senyum Kyungsoo melebar.













***

Mia secara acak mencari tempat di sekitar kantornya yang cukup sepi. Ia menghela napasnya pelan, memperhatikan langit malam yang sangat indah di hadapannya. Ia juga sebenarnya bingung kenapa di saat kondisi tubuhnya lelah, ia malah mengajak Kyungsoo untuk mencari udara segar.

PLUK!

Mia menoleh ke sebelah kirinya, dan mendapati Kyungsoo tengah memakaikan jaketnya pada Mia. Gadis itu memainkan bola matanya karena canggung, namun begitu ia tak menolak perlakukan Kyungsoo.

“Kyungsoo,” panggil Mia tanpa menoleh sedikit pun. “Kau … emm, benar-benar liburan tapi seringnya mengikutiku terus. Memangnya … tidak bosan? Tidak sayang pada … uangmu?”

Cette Sourire ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang