2

6.9K 756 11
                                    

Baekhyun berhenti di depan sebuah rumah. Menatapnya dalam-dalam. Ah~ Ia rindu sekali dengan rumah ini. Sudah berapa tahun Ia tidak kesini?

Baekhyun menekan bel yang ada di dekat pagar rumah itu. Dan seketika seorang security menghampirinya.

Baekhyun memegang besi pagar itu. "Apa Tuan Park Chanyeol ada di dalam?"

Security itu mengerutkan dahinya. "Kau sudah membuat janji?"

"Aku Byun—

"Oh... Maafkan aku jika aku tidak mengenalimu Tuan Byun. Tuan Park sudah memberitahuku bahwa sekretarisnya akan datang hari ini." Security itu membukakan pagar rumah itu dan membiarkan Baekhyun masuk.

"Ya, terimakasih~"

***

Tok tok tok

Baekhyun mengetuk pintu rumah di depannya. Menunggu seseorang untuk membukanya. Ia mendesah pelan. Hanya karena Tuan Park tidak ingin masuk kerja, ia harus menyusulkan berkas yang tidak terlalu penting itu untuk ke rumahnya.

Clek.

Jangan lupakan Baekhyun untuk menahan rasa terkejutnya saat ini. Matanya membulat. Nyonya Park dihadapannya!

"S-selamat siang—

"Oh~ Baekhyunaa~ masuk! Ada perlu apa kau kesini?" Nyonya Park membuka ruang bagi Baekhyun untuk memasuki rumah Park.

"Aku kesini untuk mengantarkan berkas-berkas yang harus ditandatangani oleh Tuan Park." Baekhyun membungkukkan badannya.

"Ada apa dengan Chanyeol?" Nyonya Park menutup pintu rumah tersebut. "Ia tidak masuk?"

"A-ah~" Baekhyun dibuat kebingungan oleh pertanyaan nyonya Park. "Tuan Park bilang, dia sedang sangat sibuk di rumah jadi tidak bisa masuk kerja. Yah... Lagipula perusahaan itu miliknya, bukan?"

"Ya kau benar, perusahaan itu miliknya sekarang, tapi seorang CEO seharusnya tidak seperti itu. Kau, nasehati Chanyeol sekali-kali." Nyonya Park memegang pundak Baekhyun. "Aku tidak menyukai Irene—

"Baekhyun? Kau sudah sampai?" Chanyeol menghampiri Baekhyun. "Kenapa kau tidak memberitahuku?" Chanyeol membuka tangannya, menarik Baekhyun masuk ke dalam pelukannya.

"Aku baru saja sampai. Tapi, tolong ada Ibu anda, Tuan."

"Aku sudah lama tidak memelukmu~"

Seseorang yang berjalan bersama Chanyeol tadi— Irene, kembali memasuki kamarnya. Melihat Chanyeol memeluk Baekhyun membuat hatinya sakit saja.

Disisi lain, nyonya Park tersenyum puas melihat interaksi Chanyeol dan Baekhyun.

***

"Kau membawa berkas-berkas itu, bukan?" Chanyeol menarik tangan Baekhyun untuk duduk di sebelahnya.

"Ya, tuan. Dan tadi, salah satu perwakilan dari perusahaan Kim mendatangi kantor. Sepertinya mereka agak kecewa, karena kau tidak ada di tempat." Baekhyun mengeluarkan berkas-berkas yang berada di mapnya.

"Begitu kah? Maafkan aku, Irene tidak ingin ditinggal jadi—

"Kau lebih mementingkan Irene daripada perusahaanmu?" Nyonya Park yang kebetulan berada di ruang kerja Chanyeol menimpali.

"Tidak—

"Itu bagus bukan, eomma? Apalagi, Tuan Park dan Irene sedang berusaha untuk memiliki anak." Baekhyun tersenyum menatap nyonya Park. "Sangat bagus jika tuan Park menuruti kemauan Irene."

"Ya lebih bagus lagi kalau Irene bisa hamil." Nyonya Park berjalan melewati Chanyeol dan Baekhyun acuh.

"Eomma! Tuhan hanya belum mempercayai kami untuk mengurus seorang anak!" Chanyeol menggebrak meja di depannya.

"Tapi harus sampai kapan aku menunggu?!" Nyonya Park meletakkan kacamatanya di meja kerja Chanyeol. "Sudah 2 tahun pernikahan kalian, tapi kapan kau akan mengandung? Umurku sudah tidak lama lagi, kau tau? Aku ingin menimang cucu sebelum aku mati."

"Eo-eomma- anda membawa tentang kematian—

"Aku tidak salah! Karena memang sebentar lagi aku harus mati!" Nyonya Park keluar dari ruang kerja Chanyeol dengan membanting pintunya.

Baekhyun menatap pintu itu. Sungguh mengenaskan. Ia berpaling untuk menatap Chanyeol yang sedang mengatur nafasnya. Oh, mungkin seharusnya dia diam saja dari tadi.

***

Irene membawa nampan berisikan teh yang baru saja ia buat. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Chanyeol. Ia ingin menyala Baekhyun. Ia merasa tidak enak karena ia tidak menyambut Baekhyun dan malah pergi ke kamar mereka. Oh ya, Ia juga tidak ingin kena omelan nyonya Park.

Tangannya memegang kenop pintu itu, ingin membukanya. Terdengar teriakan nyonya Park dari dalam ruangan.

"Sudah 2 tahun pernikahan kalian, tapi kapan kau akan mengandung? Umurku sudah tidak lama lagi, kau tau? Aku ingin menimang cucu sebelum aku mati." Tubuh Irene membeku. Tangannya melepas pegangannya pada kenop pintu itu.

"Eo-eomma- anda membawa tentang kematian—

"Aku tidak salah! Karena memang sebentar lagi aku harus mati!"

BRAK!

Nyonya Park muncul dihadapannya, memasang wajah angkuhnya.

"Kau mendengar ucapan Chanyeol? Kau bangga akan itu? Kau dengar? Bahkan Baekhyuni-ku membelamu." Nyonya Park melipat kedua tangannya.

"Maafkan aku, Eomma... Aku tidak bermaksud—

"Kuharap kau segera enyah dari muka bumi ini!"

Love to Return [CHANBAEK] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang