13

5.5K 585 7
                                    

Proses perceraian Chanyeol dan Irene sudah dilakukan Minggu kemarin, mereka belum resmi bercerai karena Irene yang masih mengandung. Dan saat ini, waktunya untuk Chanyeol dan Baekhyun mengucapkan janji suci mereka di hadapan pendeta. Tanpa dihadiri orang banyak, tanpa pesta. Hanya Ia, Chanyeol, Nyonya Park dan Yoora yang ada disana.

Tuan Park sudah mengetahui semuanya, Ia juga bersyukur atas keputusan Chanyeol untuk menceraikan Irene. Tapi sayangnya, pekerjaannya yang menumpuk, membuatnya tidak bisa menghadiri acara pernikahan Chanyeol dengan Baekhyun. Padahal, Ia ingin sekali bertemu dengan Baekhyun dan mengatakan bahwa ia sangat merindukan Baekhyun.

***

3 bulan kemudian...

Chanyeol memeluk pinggang Baekhyun dari belakang erat. Baekhyun menyentuh tangan Chanyeol yang mengusap perutnya lembut.

"Pagi..." Chanyeol mengecup pipi Baekhyun.

"Pagi.." Baekhyun menatap Chanyeol sebentar, kemudian melanjutkan rajutannya.

"Aku lapar~" Chanyeol menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Baekhyun dan menghirupnya.

"Baiklah, kau ingin makan apa?" Baekhyun meletakkan peralatan merajutnya. "Lepaskan tanganmu, Daddy~"

"Aku ingin memakanmu.." jawab Chanyeol sekenanya tanpa melepaskan pelukannya. Ia semakin mengeratkan pelukannya.

"Chanyeol... Jangan bercanda.." Baekhyun sedikit mengerang karena Chanyeol menggesekkan hidungnya di tengkuk Baekhyun.

"Aku tidak bercanda, Baby~" Chanyeol mengangkat tubuh Baekhyun dan membawanya menuju kamar mereka.

"Jangan gendong aku.." Baekhyun turun dari gendongan Chanyeol. "Aku berat.."

"Kau tidak berat, sayang.." Chanyeol mendorong Baekhyun ke ranjang dan menindih tubuh Baekhyun. Tangannya ia jadikan sebagai penyangga tubuhnya. Ia mengecup sedikit bibir Baekhyun.

Baekhyun terkekeh. Ia membalas kecupan Chanyeol. Tangannya mengalung di leher Chanyeol.

Baekhyun sedikit mengernyit. Tangannya melepaskan pelukannya pada leher Chanyeol dan berakhir memegang perutnya.

"Sepertinya, kita tidak bisa melakukannya sekarang." Baekhyun mendorong tubuh Chanyeol. "Perutku kram.."

"Apa ini sudah waktunya?" Chanyeol pindah ke samping Baekhyun dan mengelus perut Baekhyun. Berharap itu membuat kram perut pada Baekhyun sedikit mereda.

"Tidak.. kita masih memiliki waktu sekitar 1 bulan–aakh!" Baekhyun mencengkeram perutnya erat.

"Baek—

"Sakit.." Baekhyun menatap Chanyeol.

"Kita ke rumah sakit sekarang.." Chanyeol menarik satu tangan Baekhyun lembut kemudian mengalungkan tangan Baekhyun pada lehernya. "Kau bisa berjalan?"

Baekhyun balas mengangguk. Matanya mulai dibanjiri air mata. Kemudian ia turun dari ranjang dan berjalan menuju mobil mereka dituntun oleh Chanyeol.

***

Irene terduduk di sofa dengan matanya yang menatap kosong ke depan sana, tangannya berada diatasnya perutnya yang sudah membuncit. Sementara laki-laki yang baru saja pulang dari kantornya menatapnya prihatin.

Laki-laki itu menghampiri Irene dan berjongkok di sampingnya. Tangannya terbawa untuk mengelus rambut coklat Irene.

"Bagaimana kabarnya hari ini?" Pria itu menatap Irene. "Apa kau sudah makan? Apa saja yang kau lakukan hari ini?" Ia masih menatap Irene lekat, berharap mendapatkan sebuah jawaban yang terdengar dari mulut Irene.

Hatinya sedikit mencelos saat Irene hanya menatapnya dengan tatapan kosong dan mata yang sudah meneteskan air mata.

"Apa kau membenciku?" Irene membuka mulutnya. "Apa aku begitu nista dihadapanmu?"

Pria itu menggeleng sambil sedikit tersenyum. "Tidak.."

"Tapi–Chanyeol membuangku..."

"Aku tidak akan membuangmu.."

"Tapi Chanyeol membenciku!" Irene tiba-tiba berteriak dan memukul perutnya sendiri.

Sontak pria itu menggenggam tangan Irene dan memeluknya erat. Membiarkan Irene menangis di pelukannya.

"Keluarkan semuanya.." Pria itu mencoba menenangkan Irene.

"Hks.. Chanyeol... Membuangku.. bukan?"

"Tidak.."

Irene tidak berbicara lagi. Mulutnya tidak berhenti mengeluarkan isakan yang begitu menyayat hati pria di hadapannya. Dan beberapa menit kemudian, terdengar napas yang teratur, tanda Irene sudah masuk ke alam bawah sadarnya.

Pria itu melepaskan pelukannya. Ia mengecup kening Irene. Kemudian meninggalkannya.

"Sepertinya kau sudah gila.." seorang wanita muda berdiri di depan pintu kamarnya. "Oppa begitu peduli padanya.."

"Itu karena aku mencintainya, Yerim-ah.." Pria itu menghampiri adiknya. Dan mengusak rambutnya pelan. "Apa kau lapar?"

"Aku selalu lapar ketika oppa pulang.." Yerim menatap Irene yang tertidur di sofa ruang keluarga mereka. "Bukankah dia aneh? Ah iya, kau juga aneh, kau memungutnya dengan alasan kau mencintainya." Yerim memutar bola matanya kesal.

Sedangkan si pria hanya tersenyum kecil dan kembali mengusak rambut pink Yerim.

TBC

Love to Return [CHANBAEK] - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang