One:: Adaptif

321 33 12
                                    

  Hidup adalah pilihan.

Menjadi manusia sebaik-baiknya atau seburuk-buruknya.

Menjadi muslim itu juga pilihan.

Menjadi muslim yang taat dan sadar akan tanggung jawabnya atau hanya menumpang status sebagai syarat bernegara saja.

Itu adalah hak individu, orang lain tidak bisa memaksanya.

Dan Alffy memilih pilihan pertama. Bukan tanpa alasan, melainkan dengan banyak alasan. Tidak banyak seorang pemuda yang mempunyai idealis seperti Alffy Fikarza Bahtiar. Di mana hidupnya dipenuhi perjuangan dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk sekitarnya.

Visi hidup Alffy sederhana, tetapi keren sekali. "Ingin menjadi manusia bermanfaat yang menginspirasi." Di saat dunia dipenuhi oleh orang-orang yang lebih mementingkan diri sendiri, Alffy hadir di tengah-tengah kegelapan untuk menjadi cahaya harapan.

Dia berusaha keras untuk menjadi bintang paling bersinar di antara bintang-bintang yang bersinar. Bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk menginspirasi banyak orang dan peradaban.

Sebuah penghormatan dapat meraih juara 1 tingkat DKI Lomba Kompetensi Sekolah (LKS) di bidang lomba Elektronics Aplication. Ini semua Alffy persembahkan untuk kedua orang tuanya, untuk SMK Panca Bangsa, untuk representasi prestasi anak muda Indonesia.

Warga sekolah menyambutnya bangga dengan berbagai apresiasi. Apa yang mereka katakan menambah semangat Alffy untuk bermimpi lagi dan lagi, untuk berprestasi lagi dan lagi. Semakin banyak orang yang terinspirasi, semakin banyak orang yang mengikuti langkah Alffy, maka semakin baik pula peradaban ini.

Berbagai prestasi sudah berhasil diraihnya sejak kecil, Alffy tidak telena sedikit pun dengan semua itu. Dengan segala kesempurnaan yang dimilikinya, Alffy setia dengan kerendahan hatinya. Prestasi ada bukan untuk disombongkan, melainkan untuk dijadikan inspirasi banyak orang dan untuk membanggakan kedua orang tuanya.

Alffy tersenyum kaku menanggapi ucapan temannya. Seberapa banyak orang yang mengucapkan selamat atas peraihannya, Alffy tetap merasa ada yang kosong. Semuanya akan sama seperti sebelumnya. Alffy tidak akan mendapatkan selamat dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya memang tidak pernah bekata apa pun atau hanya sekadar mengucapkan 'selamat', tetapi Alffy tahu jika tatapan mata ayah dan bundanya sudah cukup mengatakan jika mereka bangga.

Tidak apa-apa. Karena apresiasi tidak harus melulu disuarakan.

Peserta lomba yang menjadi perwakilan SMK Panca Bangsa menaiki mobil sekolah untuk diantar ke rumah masing-masing. Alffy memilih duduk paling belakang di barisan ketiga. Tropi besar yang baru saja didapat terus ditatap. Ada harapan besar yang bergejolak di hatinya. Orang lain tidak tahu itu, Alffy benar-benar menutup akses tentang hatinya. Yang orang lain tahu hanyalah Alffy adalah anak sempurna dengan sejuta prestasi yang membanggakan.

Di sepanjang perjalanan pun Alffy hanya terdiam, imajinasinya liar, mengharapkan kedua orang tuanya mengucapkan selamat. Namun, angan tetaplah angan, takdir tidak berpihak kepada pemuda itu. Justru kabar buruklah yang Alffy dapatkan ketika pulang ke rumah.

Pintu rumah dikunci, tetangganya bilang jika Giva—adiknya dibawa ke rumah sakit.

"Ya Allah...." Tropi yang ada di tangannya jatuh seketika. Satu hari dilengkapi dengan kebahagian dan kesedihan. "Terima kasih, Bu. Saya pamit dulu, ya. Assalamualaikum."

Perasaannya campur aduk. Lagi-lagi adiknya jatuh sakit. Alffy segera pergi dari depan rumahnya menuju rumah sakit. Andai kakak bisa menggantikan posisi kamu, Dek. Kakak tidak akan berpikir dua kali untuk mengambil keputusan, ujarnya di tengah melajukan skateboard dengan kecepatan tinggi.

Allah Sedang Mengajari Aku #FJSTheWWG ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang