Hari ini aku bersekolah kembali setelah libur yang cukup lama. Aku berangkat ke sekolah menggunakan angkot. Di jalan, aku tersenyum, tak sabar rasanya ingin bertemu Rafi di sekolah.
"Kiriii" kataku kepada sopir angkot
Aku langsung bergegas masuk ke dalam sekolah. Mataku tak henti mencari keberadaan Rafi. Tapi hasilnya nihil, aku tidak melihat Rafi di halaman sekolah.Ketika aku sedang berjalan, aku bertemu dengan Shinta, Melly, dan Bunga. Mereka bertiga adalah sahabat-sahabatku.
"Didin!!" Teriak Shinta. Oh iya, Didin adalah panggilan dari mereka untukku. Hahaha.
"Haiii!" aku menyapa dan melambaikan tangan kepada mereka. Mereka langsung menghampiriku.
"Eh kelas kita dimana?" Tanyaku.
"Katanya sih disebelah kelas XII IPS 2," jawab Melly.
"Kuy kita ke kelas!" Kata Bunga.
Kami berempat berjalan beriringan menuju kelas baru kami.
"Eh, Shin, aku pengen curhat," aku berbisik kepada Shinta, kebetulan Shinta berjalan di sebelahku. Shinta mengedipkan sebelah matanya kepadaku yang berarti "oke! Aku siap dengerin"
Ketika berjalan, mataku terus melirik kesekitar halaman sekolah, tapi Rafi belum terlihat juga. Ah! Dia kemana?
"Nyari siapa sih, Din?" Tanya Shinta.
"Hah? Nggak nyari siapa siapa." Aku kaget mendengar pertanyaan Shinta.
"Shinn jangan kepo dulu kenapa. Nanti juga aku ceritaa." Batinku berteriak.
Aku mencoba menghentikan pencarianku. Ketika kami hendak masuk kelas, tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada sesosok lelaki yang tak asing aku lihat, dan dia adalaaaaaaaaaaaaaah... RAFI!!!
"Eh temen-temen, aku mau ke air dulu ya. Eh nitip tas ya. Hehe. Daah" aku tergesa-gesa karena takut Rafi keburu pergi.
"Rafiii!!" Teriakku. Ternyata suaraku memancing pandangan orang-orang. Aduh malunya.
"Eeeeeh, apa kabar? Nyariin gue ya? Pasti sih," katanya geer. Memang benar sih. Hahaha.
"Ih apa sih. Siapa juga yang nyariin kamu. Eh iya, kelas kamu dimana? Kok kaya yang bingung gitu?" Tanyaku.
"Ah gue mah muka bingung juga tetep ganteng." Kata Rafi.
"Ah. Terserah. Baru sekarang aku ketemu orang yang muji dirinya sendiri," kataku
"Gue gituuu. Limited edition. Makanya buruan. Jangan sampe gue sold out baru lo nyesel.""Iih apa sih. Hahahahahaha," aku tertawa.
"Kelas gue dimana ya? Dari tadi muter kayanya gak nemu-nemu. Ngumpet dimana ya?""Emang kamu kelas apa?" Tanyaku mencoba membantu.
"Gue kelas XII IPS 1"
"Oooooh itu mah tuh disana. Deket kelas aku, cuma kehalang satu kelas." Kataku sambil menunjuk kearah kelas.
"Ah masa sih? Perasaan tadi disitu tanah kosong, cepet banget ya ngebangunnya."
"Ih garing. Hahahaha" kataku.
"Garing tapi ketawa ya. Hahahaha."
"Yaudah deh. Aku duluan masuk kelas ya! Daah," kataku.
"Iya sana," Kata Rafi. Aku sudah berjalan menuju kelas tiba-tiba Rafi memanggilku lagi.
"Apa?"
"Awas kangen." Kata Rafi.
"Ih nyebelin!" Aku langsung berlari menuju kelas.
***
Bel pulang sekolah berbunyi. Kebetulan hari ini pulang lebih awal, mungkin karena hari pertama, jadi pembelajaran belum dimulai.
"Udah dijemput Shin, Mell, Bung?" Tanyaku. Ketiga sahabatku menggelengkan kepalanya.
"Aku duluan ya. Takutnya macet. Daaah." Aku segera berjalan keluar sekolah.
Ketika aku sedang berjalan, tiba-tiba ada yang memanggilku.
"Nadine!!"
Dan aku rasa aku kenal suara itu. Ya itu Rafi. Ada apa?Aku langsung membalikkan badan dan melihat ke arah Rafi yang sedang berjalan ke arahku.
"Rumah lo dimana sih? Lo dijemput?" Tanya Rafi.
"Ah kepo. Aku pulang naik angkot."
"Emang kepo. Naik angkot? Bareng kuy! Udah lama nih gak naik angkot."
"Emang rumah kamu dimana? Aku kira kamu bawa motor," kataku.
"Ih kepo. Gue emang bawa motor, tapi gue pengen naik angkot sama lo. Hehe," kata Rafi
"Ya Allah. Kalo lo bawa motor ngapain naik angkot woy!!""Yaudah, lo pulang bareng gue ya naik motor," Rafi menawarkan tumpangan.
"Ah gak mau. Aku mau naik angkot. Sana kamu pulang ajaaa."
"Ngusir nih? Yaudah gue naik motor tapi gue ngikutin angkot yang lo naikin."
"Ya ampun, Rafiii. Ngapain? Ga ada kerjaan banget. Mending kamu pulang, istirahat," kataku
"Ah suka suka gue dong!" Rafi ngotot."Yaudah deh terserah kamu aja. Bye!!" Aku langsung berlari dan langsung naik angkot.
Aku kira dia hanya main-main, ternyata dia benar-benar mengikuti angkot yang aku naiki. Hadeeeh.
Sesekali dia melirikku dan tersenyum. Tanpa disadari aku pun tersenyum melihat tingkahnya.
Satu persatu penumpang melihat ke arahku dan Rafi sambil tersenyum."Cieee. Pacarnya ya teh." Celetuk salahseorang penumpang. Aku hanya menggelengkan kepala dengan ekspresi wajah bingung.
Aku melihat ke belakang angkot dan Rafi menghilang dari pandangan. Dia kemana?Setelah aku turun dari angkot dan memberi uang kepada sopir, aku melihat di depan ada Rafi bersama seorang perempuan. Siapa itu?
"Rafi!!" Aku berteriak lalu menghampirinya.
"Eh, Fi, duluan ya." Aku tersenyum lalu meninggalkan mereka berdua.
Siapa perempuan itu? Kenapa dada ini terasa sesak ketika melihat mereka berdua? Ah. Mungkin ini hanya sementara. Aku harus segera pulang lalu membuka ponselku dan langsung bercerita kepada Shinta. Mungkin Shinta mengerti apa yang sedang aku rasakan.:(

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tetap Menunggumu
Teen Fiction[SELESAI] Hari ini kau datang, esok kau menghilang. Lalu kau kembali dengan membawa semua kenangan yang telah kutinggalkan. Terimakasih telah datang, lalu meninggalkan:) *** Hei, kalian. Jangan hanya membaca tanpa meninggalkan sedikit kenangan. Hehe...