Terimakasih

2.2K 96 24
                                    

Aku masih memikirkan jawaban apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan Rafi.

"Masih mikirin Rafi?" Tanya mama.

"Iya, Ma. Aku bingung," kataku sambil melihat ke langit.

"Rafi anak baik. Dia bisa jaga kamu. Semua itu gimana hati kamu."

"Gitu ya, Ma?" Tanyaku.

Sepertinya mama benar. Mungkin Rafi memang diciptakan untukku. Mungkin dia yang akan menemani sisa-sisa hidupku kelak. Dia yang akan menghiburku di kala aku sedang sedih.

Dan sekarang aku yakin dengan jawabanku. Aku tinggal menunggu Rafi datang lagi ke Lembang. Dia bilang, lusa akan datang.

Ketika aku sedang merasa senang dengan jawaban yang akan aku berikan kepada Rafi, tiba-tiba ada telepon masuk dari nomor yang tidak dikenal.

Kuangkat telepon itu.

N : assalamu'alaikum. Halo?
X : wa'alaikumsalam. Nadine?

Terdengar suara seorang wanita paruh baya sedang menangis. Sepertinya aku kenal suara ini.

N : maaf, ini dengan siapa?
X : ini mamanya Rafi.
N : bu, kenapa? Kok nangis?

Aku mulai khawatir karena sepertinya ada sesuatu yang harus aku tahu.

X : Nadine, tadi Rafi kecelakaan. Dan sekarang kondisinya kritis.

Betapa hancurnya hati ini. Bagaimana bisa? Rafiiiiiii. Aku langsung menangis. Ibu dan nenek yang melihatku merasa bingung.

N : innalillahi. Nadine kesana ya, Bu. Di Bandung kan?
X : iya, Nadine. Alamat rumah sakitnya biar ibu kirim ke WA ya.
N : iya, bu. Ibu yang tenang ya.

Rafi, kamu kenapa? Jangan tinggalkan aku untuk yang kesekian kalinya.

"Mamaaaaaa!!" Aku berlari ke arah mama dan langsung memeluknya.

"Ada apa, Nadine?" Tanya ibu bingung.

"Mah, Nek, Rafi kecelakaan. Nadine harus ke Bandung sekarang!" kataku.

"Ya Allah, yaudah sekarang kamu siap-siap, mama sama nenek gak bisa temenin ya."

Aku segera mengambil tas kecil dan barang penting lainnya. Setelah itu, langsung masuk mobil dan melakukan perjalanan ke Bandung.

Untungnya jalan tidak macet. Terimakasih, Ya Allah.

Rafi, tunggu aku. Aku akan datang.

Selama perjalanan, dadaku terasa sesak, air mata tak dapat kubendung lagi. Pikiranku hanya terpaku kepada Rafi. Aku hanya bisa berdoa untuk kebaikan Rafi.

Setelah kurang lebih satu jam setengah diperjalanan, akhirnya aku sampai di salah satu rumah sakit di Bandung.

Aku segera mencari ruangan tempat Rafi berada.

Ketika aku menemukan keluarga Rafi, di sana ada kedua orangtua Rafi. Mereka sedang menangis, entah ada peningkatan atau bahkan penurunan pada kondisi Rafi.

Aku segera memeluk Ibu (mama Rafi).

"Ibu, gimana kondisi Rafi?" Tanyaku sambil mencoba untuk tegar.

"Lagi ditangani dokter," kata Ibu.

Aku membuka aplikasi WhatsApp di ponselku. Tanpa kusadari, ternyata sebelum kecelakaan Rafi mencoba mengirimku pesan. Tapi kenapa aku tidak melihatnya tadi?

Begini isi chatnya :

Rafi :

*Haii Nadine
*Kebiasaan kalo bales chat lama.
*kamu tau gak kalo aku nunggu?
*lagi sibuk ya?
*Nadine, gak sabar deh mau ke Lembang
*semoga jawabannya gak mengecewakan hahaha
*pangeran menunggumu Tuan Putri.

Rafiiiii. Maaf, aku tidak tahu kalau kamu mengirimi aku pesan. Maaf. Semoga aku masih bisa bertemu kamu, kamu pasti sembuh Rafi.

Ketika kami sedang panik menunggu kondisi Rafi, dokter keluar dari ruangan.

"Dok, gimana kondisi anak saya?" Tanya Ayah Rafi.

"Mohon maaf, anak ibu dan bapak tidak bisa kami selamatkan. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin," jelas dokter.

Waktu seperti berhenti berputar. Seseorang yang selalu bersamaku kini sudah tiada. Aku berlari menuju kamar mandi dan menangis sejadi-jadinya.

***

Aku berjalan menuju tempat pemakaman yang menjadi rumah baru bagi Rafi. Berat rasanya harus kehilang seseorang yang aku cintai.

Mungkin, kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama di dunia ini.

Terlalu banyak hal yang sudah kamu berikan kepadaku. Hingga aku tak mampu mengucapkan kata terimakasih untuk semua yang telah kau beri.

Sekarang, kamu sudah bertemu lagi dengan adik cantikmu yang begitu kamu sayangi. Semoga kamu tenang di sana, Fi.

Percayalah, kamu tidak akan pernah terganti. Kenangan yang pernah kita ukir bersama, takkan pernah kulupa.

Terimakasih telah menjadi bagian dari hidupku. Kini, aku benar-benar kehilangan.

Pangeranku, kini aku kesepian.

Semoga kita dapat berjumpa lagi, Rafi. Jangan khawatir, aku aman di sini.

Semoga, kamu mendengar isi hatiku, Rafi.

Aku Tetap MenunggumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang