Ex Girlfriend

2.2K 244 15
                                    

Resmi sudah nama Ansel Abrisam Putra Kohler disematkan pada anak pertamaku dan Al hari ini. Berbagai ritual acara tasyakuran yang kami adakan , berjalan lancar. Tamu yang datang pun lumayan banyak. Mereka termasuk keluarga besarku , tetangga dekat, orangtua Shania, Keyna dan keluarganya, teman-teman lamaku di kantor dulu, teman kantor Al, termasuk mantannya. Citra.
Ingat kan?
Perempuan yang pernah datang ke rumah yang membuat aku merasa cemburu.
Tapi tenang, kali ini dia membawa berita baik. Dia akan segera menikah.

Yang menjadi sesuatu yang mengejutkan bukan itu, melainkan calon suaminya. Brandon.
Entahlah bagaimana bisa, tapi di undangan yang Citra berikan, nama Brandon jelas tertera di sana.

Aku pikir Al akan merasa aneh karena sahabatnya sendiri menikahi mantan pacarnya. Tapi tidak, Al sungguh bahagia. Dan satu kalimat yang membuat Brandon terlihat malu adalah ketika Al bicara padanya.

"Pantes ya waktu gue jadian sama Citra dulu, lo mati-matian nyuruh gue jagain dia. Jadi ini artinya. !"

Al bicara sambil menganggukkan kepala seolah baru mengerti pesan yang dulu pernah Brandon layangkan padanya.

Aku dan Citra saling pandang lalu tertawa.

"Al, lo sahabat gue dan waktu itu Citra sukanya sama lo. Gue harus gimana selain bilang itu? "

Aku tau Brandon ini memang sangat baik. Biar dia bersahabat dengan Al dan bukan denganku, dari cara bicaranya saja sudah terlihat betapa dewasa pemikirannya.

"Iya Al. Kita nggak tau jodoh. Semuanya diatur Tuhan. Kaya' kita ini? "
Ucapku mendukung pernyataan Brandon barusan.

"Ah,,, Yuki, thank you  . " ucap Brandon padaku.

"Emang kita kenapa? Kita kan wajar, orang kita pacaran. Ya ujungnya nikah dong! " ucap Al seolah tak terima.

"Yee,,, dia nggak sadar. " sindirku.

"Kalian tau nggak gimana kita waktu pacaran dulu? " tanyaku pada dua orang di hadapanku.

"Kenapa? " tanya Citra.

"Al itu nggak romantis. Kaku parah. Jalan aja banyak diemnya. "

"Hahhaa,,, masa'?  Terus kenapa bisa nikah? " tanya Brandon.

"Jodoh, maut, rejeki, Tuhan yang atur. " ulangku meyakinkan.

Citra dan Brandon mengangguk kompak.

****

Setelah obrolan menyenangkan dengan Citra dan Brandon, aku kembali disibukkan dengan Ansel yang kini kembali dalam gendonganku. Jika sebelumnya keluarga besarku secara bergantian menggendongnya, kini dengan alasan Ansel yang menangis karena lapar, aku mengambil alih untuk menggendongnya, membawa ke ruang yang lebih tertutup untuk memberinya ASI.

Suara pintu terbuka, aku kira orang lain, ternyata Al.

Al berjalan pelan ke arahku dengan wajah yang lesu.

"Kamu kenapa? " tanyaku.

Al diam. Dia membelai pipi Ansel tanpa menatapku.

"Kita nikah cuma karena jodoh ya? " tanyanya.

Aku harus berpikir sebelum menjawab.

Ada yang nggak beres nih.
Sebuah ide terlintas dalam pikiranku.

"Iya dong. Kenapa? " jawabku disertai pertanyaan lagi.

"Nggak papa. " jawabnya makin lesu.

Al berbalik, melangkah ke arah pintu dimana dia masuk.

"Tunggu. Aku belum selesai. !" sambungku.
Al berhenti tanpa menoleh.

Kini giliran aku yang maju.

"Muachhh,,, "
Kecupan cukup singkat itu aku layangkan di pipinya.

"Selain karena jodoh, Tuhan juga tau kalo aku cintanya sama kamu. "

Al menoleh padaku.
"Terus kenapa tadi bilangnya,,, "

"Karena di sana terlalu rame Al. Aku bukan kamu yang suka ngumbar. Hahahah,,, "

Al tertawa malu.
Tak lama, Al membalas ciuman tadi pada dahiku yang sedikit tertutup rambut.

"Maaf ya. Harusnya aku ngerti tanpa kamu bilang. Ansel udah buktiin cinta kamu ke aku. "
Ucapnya.

"Lagian udah jadi ayah, masih baper aja kaya' ABG. "

Al memelukku dari samping dan kembali mencium Ansel dengan gemas.

Wonderful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang