Sudah hampir sebulan lamanya Bi Tini menemani kami di rumah. Sedikit banyak, beliau paham yang harus dilakukan, dari memasak hingga beres-beres rumah.
Jujur, dengan adanya Bi Tini, kami sangat terbantu.
Beliau memiliki banyak pengalaman dan keahlian dalam hal rumah tangga termasuk mengurus bayi. Wajar jika Shania mengatakan bahwa Bi Tini adalah orang yang bisa dipercaya.Hari ini jadwal belanja bulanan. Jika kemarin saat ada Shania, dia yang akan sukarela pergi ke pasar untuk belanja.
Tapi, karena Shania tidak ada, Bi Tini yang harus pergi.
Catatan belanja sudah aku tulis semalam sebelum tidur. Dan sudah aku serahkan pada Bi Tini beserta uangnya.
"Bi, nanti belanja bulanannya ikut sama Al ya. " ucapku disela-sela sarapan."Eh,, kok sama Den Al? Emang kantornya searah? " balas Bi Tini merasa segan.
"Nggak papa Bi. Lagian masih pagi. Aku nggak akan telat dateng ke kantor cuma gara-gara anterin Bibi ke pasar. " jawab Al.
Aku tersenyum."Bener kata Al, Bi. Kan Bibi belum tau pasarnya di mana. !" kataku menyetujui ucapan Al.
"Baik Non! " ucapnya pasrah.
"Nanti pulangnya beliin martabak ya. !" pintaku pada Al yang kini hampir menyelesaikan sarapannya.
"Martabak? " tanyanya seolah memastikan. Aku mengangguk.
"Martabak yang kamu beli waktu aku ngidam itu lho.! " jawabku menjelaskan.
Dahi Al berkerut seperti tengah berpikir."Oh iya aku inget, kenapa ? Tumben. !" tanyanya.
"Lagi pengen aja.! " jawabku.
Sarapan pagiku kandas, aku meraih air putih dalam gelas lalu kuteguk isinya .
"Kamu ngidam lagi? "
Uhukkk,,,
Pertanyaan Al membuatku menyemburkan air yang baru masuk dalam mulut. Aku terbatuk karena kaget. Ah lebih tepatnya aku tersedak.
"Busett,,, " ujar Al menyapu wajahnya dengan tangan. Mungkin dia juga terkejut.
"Non Yuki nggak papa? " suara Bi Tini mendekat. Kurasa dia khawatir padaku.
Sedang Al menepuk-nepuk pundakku karena aku belum berhenti terbatuk.Tersedak setelah makan sungguh hal yang membuatku tidak nyaman. Rasanya perih hingga ke hidung.
"Makanya pelan-pelan sayang. !" ingat Al yang juga terlihat khawatir.
"Minum aja sampe tersedak. "Aku ingin berkata sekarang juga jika saja sakitnya reda. Tapi, ini masih terasa sakit. Aku belum sanggup bicara.
Al menyodorkan air minum,
"Nih, minumnya pelan-pelan.!"Aku meraih gelas yang Al berikan lalu meneguknya hati-hati. Tidak lucu jika aku tersedak dua kali hanya gara-gara ingin segera berkata jika dialah tersangka yang membuat aku seperti ini.
Baiklah, perih di hidungku mulai reda. Kutarik napas sebelum bicara."Ini gara-gara kamu Al. !"
"Lho, kok aku? " tanyanya dengan wajah polos.
"Kamu bilang aku ngidam? Ansel aja baru tiga bulan.! " ucapku melotot, Al hanya menyengir.
"Hehehe,,, maaf. " ucapnya.
"Spontanitas doang sayang. Kali aja beneran. Aku nggak papa kok. !" ucapnya lagi.
"Iya, kamu mah nggak papa, aku yang ada apa-apa. "
Kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderful Love
FanfictionSequel of Dari Lagu. untuk semua pecinta Yuki dan Alki. Kita kembali dengan part cerita yang singkat.