Ketika si Galau Iri

1.3K 205 8
                                    

Deru mobil terdengar dari luar.

"Ansel,,, kayaknya Ayah pulang. " ucapku pada Ansel.

Aku berdiri membawa Ansel menuju pintu menyambut Al. Sedang Shania masih menetralkan tawanya karena gurauan tentang balikan sama mantan . Geli sendiri dia rupanya.

"Selamat sore kesayangannya Ayah! "
Al mencium pipi Ansel gemas setelah menyapa kami berdua.

"Sini, Bunda juga. " ucap Al padaku dan mencium keningku lama.

"Ehem,,, "
Deheman Shania membuat Al sedikit terkejut.
"Ada siapa? " tanyanya padaku.

"Shania. " jawabku.

"Shania?  Sejak kapan? " tanya Al kaget.

"Siang ini dia sampe. "

"Pesenanku mana? " tagihku. aku melihat kedua tangan Al  yang tidak membawa apapun.

"Pesanan? " tanyanya bingung.

"Iya, martabak. " jawabku.

Seketika Al menepuk jidatnya.

"Astaga, lupa. "  ucapnya.
"Maaf sayang, aku beneran lupa. Efek kangen kalian makanya buru-buru pulang. " jelas Al.
Aku menghela napas. Sedikit kecewa sih. Padahal dari pagi aku sudah membayangkan enaknya martabak itu.

"Yah,,, padahal Kak Yuki udah puji-puji kamu,Al . Balesannya masa gini. "
Shania datang dengan wajah dibuat mengejek Al karena lupa membelikan pesananku.

"Iya nih. " keluhku.

"Emang mujinya gimana? " tanya Al terlihat penasaran.

"Kata Kak Yuki,  kamu itu suami idaman. Selalu memenuhi keinginan istrinya. Mau yang aneh sekalipun. Tapi buktinya apa? Beliin martabak aja lupa. "
Ledek Shania lagi.

"Kamu bilang itu sayang? " tanya Al padaku.

"Nggak tau. " jawabku singkat dengan nada jutek.

"Hahaha,,, Ayah Al diambekin Bunda. Sukurin. " Shania mentertawakan Al yang masih diam di depan pintu.

Aku kembali masuk membawa Ansel. Shania mengikutiku dari belakang.

"Yuki sayang. Maaf. " ucap Al dari belakang.
Aku masih meneruskan langkahku meninggalkannya.

"Kak, ngambek beneran ya? " tanya Shania padaku.

"Enggak juga. Cuma pengen godain Al aja. " jawabku berbisik.

Sungguh. Entah kenapa aku ingin iseng pada Al hari ini . Aku memang sedikit kecewa, tapi kalo ngambek gara-gara ini , terlalu berlebihan rasanya.

"Sayang,,, "
Aku masih enggan menoleh.

"Bunda,,, " panggilnya lagi.
Al pasti sangat merasa bersalah kali ini.

"Nah loohh,,, Bunda ngambek. " Shania makin mengejek Al.

"Istrinya Al yang paling cantik, denger dulu. " ucapnya meminta.

Aku bingung. Kenapa Al masih betah berdiri di sana. Maksudku, kenapa dia tidak mengejarku. Membujukku untuk meminta maaf. Atau bila perlu mengatakan,  "ya udah sayang, aku beli sekarang ya. "

Tapi, ini tidak.

"Sayang, aku bohong. "

Aku dan Shania saling pandang dengan ekspresi bingung. Bertanya-tanya dalam hati maksud ucapan Al barusan.

"Sayang, aku udah beli. Masa' iya aku lupa beliin pesenan istri tercinta. "

Kami berbalik dan melihat Al yang menenteng sebuah kantung.

Dia tersenyum bangga. Seperti orang yang berhasil memberikan kejutan.

Itu kenapa bisa ada?  Kan tadi,,,

"Mau apa enggak nih? " tanyanya padaku yang masih diam.

Al masuk, memberikan kantung itu padaku sambil melirik Shania.

"Perkara pesenan, nggak akan mungkin lupa lah. Apalagi yang mesen istri. "

"Lagian ya Shan, orang ngidam itu harus diturutin. "

"Hah? Kak Yuki hamil lagi? " Shania terkejut.

Aku tertawa sambil geleng-geleng kepala.

"Kak,, aku masih galau nerima cowok, ini Kakak udah mau dua aja. Tunggu lah. " Shania merengek. Kurasa Al bahagia bisa membalas ejekan Shania padanya tadi.

"Do'ain aja ya! " ucapku dan berlalu melewati Shania untuk menikmati martabak yang dibelikan Al.

"Cepetan nikah makanya. Makin tua lho ntar.  Hahahah,,,, "


Wonderful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang