Mellow

508 108 2
                                    

Tissu yang biasanya tergeletak di atas meja dengan susunan tinggi dan rapi itu nyaris habis setelah film permintaanku diputar.

Aku yakin Shania tau film itu, tapi kenapa dia masih menangis juga?
Al?
Lelaki hanya sebuah status.
Sedang menangis, itu hak setiap orang yang punya air mata kan?
Tanpa kata, Al meneteskan dengan bebas air matanya sepanjang film itu diputar.
Tak terbayang jika film ini dia tonton di bioskop, akan sebesar apa maluku mendampinginya.

"Hiks,,, siapa yang narok bawang di sini sih? Pedih amat ni mata. "
Ucap Shania yang kurespon gelengan kepala.

"Apaan sih, Shan. " komentar Al.

"Lagian ini air mata aku nggak bisa berhenti. " kata Shania lagi.
Shania kembali mengambil tisu dan melap pipinya.

Jika dilihat, film ini hanya bersisa beberapa menit saja.

"Nggak kebayang deh kalo aku meninggal nanti. " Al bicara pelan.

"Kok kamu ngomong gitu? Ini anak kita masih kecil lho. " kataku sewot.

"Nggak, kita kan mati nggak bawa apa-apa selain pahala dan dosa. Gambaran di film ini aja udah ngeri, gimana aslinya?" jelas Al.

Aku diam sejenak.

"Makanya Al, jangan suka bohong sm Kak Yuki. Bohong dosa lho ." kata Shania memperingatkan.

Al berdecak.
"Iya, kan tadi udah minta maaf. Ya ampun" kesal Al.

Aku tersenyum dibuatnya.

"Sayang, gimana kalo malam ini kita makan di luar? " ucap Al memberi saran.

"Di luar? " tanyaku memastikan.

"Iya, Yuk! "
Al nampak serius.

"Emang nggak papa Ansel dibawa? " tanyaku lagi.

"Ya nggak papa. Ansel udah besar. Ya kan sayang? " Al membelai pipi Ansel .

"Sekarang? " tanya Shania tiba-tiba.

Al menoleh ke arah Shania.

"Kenapa? "

"Iya aku mau siap-siap dong. " katanya semangat.

"Emang aku ngajak kamu?"

"Ishh,,,, emang aku nggak boleh ikut?"

"Boleh, asal makannya bayar sendiri. " balas Al.
Aku tau Al hanya ingin menggoda Shania.

"Ya Tuhan, pelit amat sama sepupu sendiri. Hati-hati kena azab, Al. " ingat Shania.

"Hahaha,,,, udah Shan, siap-siap sana. Jangan dengerin Al. Biar nanti aku yang bayar. Kan uang suami, uang istri juga."
Kataku.

"Hahaha,,,, thanks Kak Yuki. Kakak yang terbaik! " ucap Shania senang. Dia berdiri lalu bergegas ke kamar dengan semangat.



Wonderful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang