It's Prank

675 128 11
                                        

Masih sebal karena merasa dikerjai, aku menyiapkan sesuatu untuk membalas perbuatan Al.

"Makan siang udah siap! " teriakku dari ruang makan.
Dibantu Bi Tini dan Shania, masakan hari ini selesai lebih cepat.
Cukup sederhana, ada nasi, ayam yang baru kubuat tadi, sayur asam dan perkedel ikan.
Semua makanan itu tertata rapi berkat tangan Shania.

"Wah,,,, " Al yang baru saja datang nampak bahagia melihat pemandangan di depannya.

"Ayo semuanya makan, aku udah laper nih! " Al menatap kami semua termasuk aku. Dan lihat, tidak ada rasa bersalah lagi dari wajahnya karena beberapa jam lalu berhasil membuat aku merasa dikerjai.

"Sini, Ansel aku yang pegang! " pintaku pada Al.
Al memberikan Ansel lalu menarik kursi untuk duduk.

"Non, biar Ansel sama saya. non makan aja! " ujar Bi Tini.

"Emang Bi Tini nggak laper? " tanyaku.
"Masih kenyang, Non. Tadi kan abis dibeliin bubur ayam! "
Jawabnya.
Benar sih. Tapi kenapa aku merasa lapar sekarang?
Apa mungkin gara-gara ingin melihat sesuatu yang menarik?

"Ya udah, Selamat makan! " teriak Al antusias.

"Oke. "
"Pasti enak nih! " tebak Al.

Kami pun mulai menyantap hidangan yang ada.

"Mantap, Kak. " komentar Shania.

"Iya sayang, ayamnya enak. Besok-besok, bikin menu baru lagi ya! " katanya.

"Boleh. Asal kamu siap bangun pagi-pagi buat antar aku ke pasar. " balasku.

Al hanya nyengir.

"Itu, cobain dong perkedelnya! " kataku menyodorkan sepiring perkedel di depan Al.

"Ada cabenya. " kata Al segan.

Perkedel ikan yang aku buat memang memakai irisan cabai. Jadi potongan cabai itu nampak dari luar.

"Mau yang ini? " tawarku pada Al menunjukkan piring dengan isi yang sama namun dengan penampakan berbeda.

"Boleh tuh, nggak ada cabenya. "
Ucapnya.
Al mengambil sepotong perkedel lalu memasukkan ke dalam mulutnya.

Satu
Dua
Tiga

"Hufthh,,,, kok pedes? " Al meraih gelas berisi air dan langsung menghabiskan isinya.

"Nggak ada cabenya kok pedes? "
Ucapnya lagi.

"Dih, yang bilang nggak ada cabenya siapa? " kataku.

"Hah? " dia bingung.

"Aku kan cuma nawarin, tapi aku nggak bilang itu nggak pake cabe. " kataku enteng.

Aku tertawa dalam hati karena berhasil mengerjainya.

Al tidak masalah dengan pedas. Dia bahkan suka sambal. Tapi, ini berbeda. Dia memakan cabai. Satu buah cabai rawit  tua . Tau kan pedasnya seperti apa?

"Ini sengaja kayaknya ya mau ngerjain aku?" katanya menuduh.

"Kan tadi aku udah minta maaf? " sambungnya

"Iya dimaafkan, tapi kan kamu nggak bilang untuk nggak dibales? " kataku sok polos.

"Mesti bilang gitu? "
"Iya dong! "

"Udah ihh! Ribut gara-gara cabe. Sini kalo nggak mau, biar aku aja yang makan.! "

Shania menginterupsi, lalu menggeser piring perkedel ikan mendekat ke piring makannya.

"Ambil semua, Shan. Hati-hati kualat! " ingat Al dengan wajah sedikit kesal.

"Nggak  akan. Orang udah tau ada cabenya. Wlekk,,, "

Gantian, aku yang terkikik. Puas. Catat itu.




Wonderful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang