Six

486 64 11
                                    

Taehyung pada akhirnya menandatangani lembaran berisi persetujuan antara kedua belah pihak untuk menjalani sebuah kontrak. Hal penting yang tidak dilakukan oleh Taehyung adalah membaca isi lembaran kontraknya kembali, Jeongguk yang menyadari hal itu tersenyum bahagia. Selesai Taehyung menandatangani kontrak antara dia dengan Jeongguk, dia memberi kembali lembaran tersebut kepada Jeongguk untuk melakukan hal yang sama sepertinya.

"Anak pintar," puji Jeongguk seraya menuliskan tanda tangannya di atas sebuah meja.

Taehyung merasakan ada sesuatu yang janggal, dia menaikkan salah satu alisnya. "Bukankah kita sudah menyetujuinya?"

Jeongguk pun selesai menandatangani sebagai 'Tuan' di sana, kemudian dia menunjukkan lembaran kertas tersebut ke arah Taehyung yang benar-benar tidak mengetahui apa tujuannya untuk melakukan itu.

"Sebelum melakukan sesuatu, bacalah dengan teliti terlebih dahulu."

Taehyung berjalan mendekati Jeongguk untuk membaca isi lembaran kertas kontrak, dia membacanya perlahan-lahan supaya tidak ada yang terlewatkan. Awalnya, semuanya tidak ada yang janggal, sampai Taehyung membaca suatu paragraf.

". . . Dalam hal ini bukan terkait dengan pesuruh dan pembantu, melainkan juga berkaitan dengan seks. . ." Taehyung segera berhenti melanjutkan perkataannya. "SEKS?!"

Jeongguk hanya tertawa melihat reaksi Taehyung yang terkejut bukan main, Taehyung memukul dada Jeongguk yang pastinya, tidak terlalu berpengaruh kepada Jeongguk karena Taehyung sendiri tidak melatih tinjunya. Wajah Taehyung merah padam sampai-sampai dia tidak tahu harus berbuat apa kembali selain memukul Jeongguk, selama ini dia tidak pernah berpengalaman mengenai kaitannya dengan seks bebas. Bahkan, V sekalipun.

"Kau sudah tidak bisa kembali, Kim Taehyung," Jeongguk hanya tersenyum simpul, meskipun tampaknya di balik senyumannya itu tersimpan banyak makna.

Taehyung menatap tajam Jeongguk, wajahnya masih merah dengan fakta yang akan dia hadapi kedepannya. Kali ini, dia benar-benar membenci Jeongguk sampai dari akarnya.

"Ini namanya pemaksaan!" Taehyung berusaha mengambil kertas dari tangan Jeongguk. Namun sayangnya, Jeongguk selalu berhasil menghindarkan kertasnya agar tidak diambil oleh Taehyung.

"Jeongguk!"

Pada akhirnya, Taehyung menyerah untuk mengambil kertas tersebut. Dia mengepalkan kedua tangannya, berusaha untuk menahan emosi lebih dalam. Jeongguk setelah melihat Taehyung yang sudah menyerah, dia segera memasukkan kertas kontraknya ke dalam saku celananya.

"Ya?"

Taehyung mengambil napas dalam-dalam, kemudian ia menghembuskannya secara perlahan.

"Dengan syarat, jika aku ingin melakukannya,"

Awalnya Jeongguk tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Taehyung, Taehyung dengan kesal memutarkan bola matanya.

"Ingat kataku tadi atau kau akan babak belur karena V," Taehyung dengan sekuat tenaga mendorong Jeongguk dari depan pintu. Untungnya, saat itu Jeongguk sedang lengah, sehingga terdapat celah untuk Taehyung dapat membuka pintu dan lari keluar dari kelas secepat mungkin.

Jeongguk sedikit terkejut dengan kejadian yang baru saja terjadi, dia menyandarkan punggungnya ke dinding kelas. Telepon genggamnya sedari tadi bergetar di saku celananya, tetapi dia menghiraukan itu, karena dia tahu siapa yang melakukan itu semua kepadanya. Jeongguk mengeluarkan telepon genggamnya dari saku celananya, mulai dari panggilan telepon yang tidak diangkat sampai pesan yang tidak dibaca memenuhi notifikasi Jeongguk.

"Berisik sekali," keluh Jeongguk seraya menghapuskan notifikasi yang tidak penting baginya. Dia terdiam beberapa saat, merenungkan untuk menelepon balik atau hanya mengirim pesan, cukup membuang waktu hanya untuk melakukan tindakan sepele.

TigersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang