Ten

365 55 14
                                    

🐾

Aku tidak menyukai bahwa faktanya Taehyung meminta bantuan orang yang bernama Jin itu. Seharusnya, Taehyung bisa menyuruhku untuk membuatnya diam dengan memukulnya, itu pasti akan sangat ampuh bagi si Jin. Satu hal yang juga membuatku bertanya-tanya, Taehyung mengetahui kejadian yang terjadi di supermarket, artinya Jeongguk sudah memberitahunya.

Aku berbaring di atas ranjangku sembari memandangi sebuah surat yang aku genggam. Surat tersebut sedikit membuatku melupakan kejadian sebelumnya. Surat ini tertuju untuk Taehyung, aku lupa untuk memberitahu dia saat bertemu dengannya di jalan tadi karena dia tidak mengangkat teleponku. Aku tidak menyangka, ternyata banyak juga yang menyukai adik kembarku yang satu ini.

Aku sedikit penasaran dengan isi surat tersebut. Namun, aku ragu untuk membukanya. Surat tersebut jelas-jelas ditujukan untuk Taehyung, bukan untukku. Yah, sedikit melihat tidak apa-apa, bukan?

Aku dengan hati-hati membuka amplop surat yang bisa kubilang terlihat lucu. Aku tidak mempermasalahkan amplopnya, bagaimana pun motifnya terlihat unik bagiku. Perlahan-lahan aku mengeluarkan selembar kertas dari dalam amplop, lalu meletakkan amplopnya di sampingku. Aku pun memutuskan untuk duduk sembari membuka lipatan kertas tersebut.

Jika kalian sering menonton drama, pasti kalian akan berpikir kalau isi surat tersebut adalah surat untuk menyatakan isi cinta dari seorang gadis ke lelaki pujaannya. Sayangnya, semua itu hanyalah delusi dalam urusanku kali ini. Aku membaca isi surat dengan menahan amarahku, aku kesal sudah ditipu oleh sang penulis surat melalui amplopnya yang membuatku berpikir demikian.

〔✉〕

Halo,
Apakah kau masih ingat dengan wanita yang kau tolong kemarin? Iya, itu adalah aku.
Mengapa aku mengirimi surat seperti ini? Karena aku malu.
Aku harusnya tidak menulis yang satu itu. . .

Tetapi!

Aku ingin berterima kasih kepadamu karena telah menolongku untuk ke dua kalinya.

Terima kasih dan,

Terima kasih.

Tidak hanya itu saja! Aku tidak suka saat kau bertanya aku bodoh atau tidak, tentu saja tidak, bodoh.

Aku tidak suka dipanggil bodoh, kaulah yang bodoh!

Salam,
Jung Yerin.


Boleh dikatakan, aku menyesal untuk menolong Jung Yerin dua kali, karena balasan yang aku terima tidak sepantas saat aku menolongnya. Aku merobek kertas tersebut dan membuangnya ke tong sampah di kamarku bersamaan dengan amplopnya.

"Tidak berguna," aku kembali duduk di atas ranjangku. Sekarang, aku tidak tahu harus melakukan apa. Taehyung belum pulang, makanya aku tidak bisa bermain Overwatch dengannya. Aslinya, aku bisa bermain sendiri, tetapi aku merasa tidak ingin memainkannya sendirian. Aku menoleh ke jendela yang berada di samping ranjangku, matahari masih menampakkan wujudnya, meskipun cahayanya sudah mulai meredup.

"Berjalan-jalan tidak ada salahnya," aku lekas memakai jaket hitamku, aku memakai tudung jaketku sebelum pergi keluar dari apartemen.

Aku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaket hitamku, berjalan menyelusuri kota yang ramai itu, Seoul. Melihat ada sebuah toko yang menarik, aku berhenti untuk berjalan lebih jauh. Aku memandang toko tersebut dari kejauhan sebelum mulai mendekati toko tersebut. Aku melihat beberapa kaset keluaran terbaru dari toko tersebut. Ya, itu adalah toko yang menjual permainan-permainan playstation yang baru.

TigersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang