Thirteen

318 47 0
                                    

🐾

Aku berencana menghabiskan waktuku dengan bermain sebuah permainan di telepon genggamku untuk melampiaskan kekesalanku dengan Taehyung yang mengabaikan perkataanku sebelumnya. Namun, di saat pertengahan permainan, ada sebuah nomor tidak dikenal meneleponku. Aku menerima panggilan tersebut, aku sudah siap memarahi siapa saja yang berani-beraninya meneleponku ketika aku sedang bermain dengan asyik.

"Siapa kau, sialan? Tidak bisakah kau─"

"Hei, bisakah kita bertemu?"

Awalnya, aku tidak segan untuk mematikan panggilan tersebut saat itu juga, tetapi suara di seberang sana membuatku tidak melakukan demikian. Aku merasa ada sesuatu yang terjadi dengannya, sehingga dia ingin meneleponku. Firasatku, ini berkaitan dengan Taehyung. Apa pun masalahnya, kalau terkait denganku dan Taehyung, terutama Taehyung, aku pasti akan datang, karena aku bagaikan pangeran yang akan melindungi seorang putri.

━━━━━━━━━

Aku memandang tidak suka ke arah Jeongguk yang sedang menyeruput minumannya. Aku sudah mengira, nomor tidak dikenal tersebut adalah dia, aku bisa menebaknya dari suaranya. Namun, aku tidak benar-benar menyangka jikalau itu memang Jeon Jeongguk. 

Aku menendang bebatuan di jalanan yang dilalui oleh orang banyak. Kini, aku bersandar di sebuah tiang dekat dengan sebuah restoran yang disampaikan oleh nomor misterius itu melalui sebuah pesan. Aku sudah menunggu kira-kira selama 10 menit, tetapi tidak ada tanda apa pun yang menunjukkan keberadaan si nomor misterius. 

Aku berencana, jika saja 5 menit lagi dia tidak kunjung datang, aku akan pulang dan mengganti nomorku supaya dia tidak bisa menghubungiku kembali. Baru saja aku berpikir demikian, tiba-tiba sebuah sosok mendekatiku. Aku mengenal wajahnya dan benar saja, dia adalah Jeon Jeongguk. Dia memakai kaos hitam berlengan panjang dengan jeans. Namun, ada sesuatu yang aneh dengan pipi sebelah kirinya, walaupun kenyataannya aku tidak mempedulikan hal tersebut.

"Apa yang kau mau?" Aku tidak suka berbasa-basi dengannya, menurutku itu sangatlah membuang waktu berhargaku.

"Aku ingin berbicara soal Taehyung," ternyata firasatku memang benar. Aku sudah siap memukulnya, aku mengepal tanganku, kemudian mendaratkannya tepat di wajahnya. Jeongguk sepertinya sudah membaca gerakanku, dia menghindar pukulanku dengan gesit. Aku ingin mendaratkan satu pukulan lainnya, tetapi perkataannya memberhentikanku untuk melakukan demikian.

"Kau ingin mengetahuinya atau tidak?"

Aku menatap kedua bola matanya yang hitam pekat, dia menatapku dengan dingin seperti biasanya. Aku perlahan-lahan membuka kepalan tanganku.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Aku membiarkan minumanku menjadi dingin di depanku. Jeongguk menaruh cangkir minumannya di depan cangkir minumanku. Jari telunjukku aku ketuk di atas meja sementara salah satu tanganku bersandang di belakang sandaran kursi restoran. Saat ini, aku tidak mempedulikan bagaimana dia bisa mendapatkan nomorku karena dia berkata ingin membicarakan soal adik kesayanganku.

"Satu lagi, kenapa kita tidak berbicara di luar saja? Apakah kau ingin membayar pesananku di sini?" Aku menambahkan.

"Kau bayar sendiri, aku sudah dijahili oleh para hyung tadi," Jeongguk memutarkan kedua bola matanya, aku menaikkan salah satu alisku.

TigersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang