"Ma─master, a─ahh," Taehyung berusaha menutup mulutnya dengan telapak tangannya agar tidak mengeluarkan suara yang aneh. Sayangnya, Jeongguk bisa membuat Taehyung tetap mengeluarkan suara-suara penuh dosa dari mulutnya. Taehyung menggigit tangannya sementara Jeongguk menghantam lubang bokong Taehyung dengan kencang.
Taehyung tidak sanggup kembali, hal ini masih baru baginya. Seragam yang ia kenakan sudah berantakan, rambut coklatnya yang menawan sudah tidak tertata dengan rapi. Wajahnya seperti menahan tangisan yang dia sendiri sudah tidak dapat menahannya kembali. Rasa sakit, itulah yang dirasakannya. Setiap Jeongguk menumbuk dirinya terhadap Taehyung, Taehyung tidak dapat menutup mulutnya. Menggigit tangannya hanya akan membuatnya kesakitan dari bagian tubuh yang lainnya.
Lehernya sudah terhiasi dengan seni yang diukir oleh Jeongguk di setiap kulitnya, menandakan jika Taehyung adalah propertinya atau kanvas putih bagi Jeongguk. Taehyung menatap dirinya sendiri di cermin di hadapannya. Sungguh, hari itu adalah hari yang tidak bisa dilupakannya.
"Itu yang kau pikirkan, kan?" Taehyung mendengus untuk mencomoohkan imajinasi Jeongguk.
"Ternyata kau tidak polos seperti apa yang aku pikirkan," Jeongguk menyeringai.
"Yah," Taehyung memegang kedua bahu Jeongguk, kemudian sebuah seringai menghiasi wajah Taehyung. "Sayangnya, aku tidak sepasrah yang kau bayangkan," Taehyung dengan cekatan membentur dengkulnya ke selangkangan Jeongguk cukup keras. Jeongguk spontan mengerang kesakitan seraya menutupi selangkangannya dengan kedua tangannya. Taehyung tersenyum sangat puas sebelum beranjak pergi dari toilet meninggalkan Jeongguk dalam kesakitan.
Jeongguk berlutut seraya tetap menutupi selangkangannya, senyumannya berubah menjadi senyuman penuh kesal. "Ternyata dia memang menarik."
━━━━━━━━━
Jeongguk pergi kembali ke tempat teman-temannya berkumpul. Orang pertama yang ia lihat adalah Taehyung, Taehyung sudah mulai berbaur kembali dengan yang lainnya. Mereka sibuk tertawa sementara makan yang mereka pesan sudah terhidang di depannya. Jeongguk duduk di Yoongi dengan perlahan-lahan, rasa sakit yang disebabkan oleh Taehyung masih ia rasakan. Taehyung akhirnya menyadari kedatangan Jeongguk, Taehyung berusaha sekuat mungkin untuk mengabaikan tatapan tajam dari Jeongguk dengan menatapnya kembali dengan sinis yang duduk di depannya. Atmosfer di sekitar mereka kembali dingin. Untung saja, tiba-tiba Jin ikut berbincang-bincang dengan mereka.
"Apa kau yakin untuk berbicara dengan kami? Kau sudah menyita waktu kerjamu untuk menemukan V," Namjoon bertanya dengan nada yang khawatir. "Seharusnya aku yang mencarinya."
Jin hyung melirik ke arah Taehyung yang tidak sengaja dia sedang memberi sebuah kode kepadanya agar dapat menjawab pertanyaan Namjoon mengenai hilangnya keberadaannya tadi.
"Itu bukanlah hal yang besar, Namjoon. Lagipula, V ingin berkenalan denganku juga, iya kan?" Jin mencoba supaya terlihat normal di depan mereka semua.
Taehyung mengangguk dengan cepat sebelum dia menambahkan. "Jin hyung sangat baik, dia sepertinya bisa dipercaya oleh orang-orang."
"Jin hyung memang seperti ibu bagi kami," Namjoon tertawa pelan sebelum mendapatkan sebuah tamparan di lengannya.
"Aku ini laki-laki!"
"Ibu laki-laki."
Sebuah tamparan terdengar kembali, Namjoon merintih kesakitan selagi Jin hanya mendengus kesal.
"Jeongguk, kenapa kau tadi sangat lama?" Jimin bertanya sembari memasukkan makanannya ke dalam mulutnya.
Jeongguk sedang fokus memakan makanannya sampai Jimin melontarkan sebuah pertanyaan. Dia menelan sebelum menjawab pertanyaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tigers
FanfictionTaehyung diminta oleh kakak kembarannya, Vante untuk menggantikannya di sekolahnya selama satu minggu. Kemudian, dia menyesal untuk menyetujuinya. ↑ Kook. ↓ Tae.