Fifteen

302 43 2
                                    

Pada hari yang sama, V memasuki kelas Taehyung dengan wajah yang tidak enak untuk dipandang. Seisi kelas merasa Taehyung atau lebih tepatnya V sangat bertolak belakang dari biasanya. Mereka sudah menyadari hal itu sudah dari beberapa hari yang lalu. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang ingin mengungkit dan menghampiri V kecuali Taeyong. V menaruh tasnya di atas meja dengan kasar, kemudian dia duduk dan meletakkan kepalanya di atas tasnya. Taeyong sudah sampai di sekolah lebih awal dari V, dia hanya memperhatikan tingkah laku V sebelum menghampirinya.

"Kenapa?" Taeyong menaikkan salah satu alisnya. V tidak menjawab pertanyaan Taeyong. Taeyong menghela napas melihat tingkah yang menunjukkan jika V sedang dalam kondisi hati yang buruk.

"Jawablah, Van─ Tae," saking kesalnya Taeyong hampir memanggil V dengan namanya yang sebenarnya meskipun Taeyong tetap berusaha untuk tetap mengendalikan emosinya.

V sadar kalau Taeyong hampir memanggil nama aslinya, V menoleh ke arah Taeyong yang berdiri di samping mejanya. Ingatan dia mengenai hal semalam terulang kembali di pikirannya.

V baru saja sampai di depan gedung apartemen dimana ia dan Taehyung tinggal. V mendongakkan kepalanya, dia melihat berapa banyak lantai yang dimiliki oleh gedung apartemen tersebut. Sebenarnya, dia malas untuk menaiki lift karena terkadang harus menungggu yang bertujuan agar lift yang akan ditumpangi sampai di suatu lantai gedung apartemen ia berada, belum lagi kalau lift tersebut ramai. Memang, di gedung apartemen itu memiliki banyak lift, tetapi lift yang biasa V tumpangi lebih dekat dengan ruang apartemennya meskipun risikonya adalah terkadang ramai, sehingga harus berdesak-desakkan di dalamnya.

"Melewati tangga tidak ada salahnya," kata V seraya mengangkat bahunya. Dia berjalan memasuki gedung apartemen, lalu segera mencari tangga untuk dapat sampai di ruang apartemennya di lantai 7. Langkah demi langkah ia tempuh sampai dia berada di lantai yang dituju, V merasa sedikit kelelahan, sehingga dia harus berhenti sesaat sebelum melangkahkan kakinya ke ruang apartemennya. Di lorong, kedua bola matanya melihat sebuah sosok yang keluar dari sebelah ruang apartemennya. V menyipitkan kedua matanya seraya ia berjalan mendekati ruang apartemennya.

"Tunggu," V berhenti untuk berjalan sejenak. "Bogum hyung dan. . . Tae?" V lekas menghampiri Bogum yang menggendong Taehyung layaknya seorang putri. Bogum menyadari kedatangan V, dia menoleh ke arah V yang mendekatinya.

"V, bisakah kau mengurus Tae?" Bogum perlahan-lahan menaruh Taehyung di punggung V yang sudah menunjukkan punggungnya ke arahnya. Di saat Taehyung sudah aman di punggung V, V tanpa basa-basi membuka pintu ruangan apartemennya. Sebelum masuk, dia menyuruh Bogum untuk menunggunya di ruang tamu. Bogum sudah dapat memperkirakan apa yang terjadi, bagaimana pun juga, dia harus bertanggung jawab akan hal tersebut. V membawa Taehyung ke dalam kamarnya, kemudian menaruh Taehyung di atas ranjangnya secara hati-hati dan dia menarik selimut Taehyung sampai ke dadanya.

Setelah merasa semuanya sudah beres, V keluar dari kamar Taehyung menuju ruang tamu untuk bertemu dengan Bogum. V mendapati Bogum sedang memijat-mijat dahinya, dia duduk di depan sofa yang Bogum duduki.

"V," suara Bogum hyung memulai awal pembicaraan.

"Aku hanya butuh penjelasan," V menatap Bogum dengan ekspresi yang menunjukkan dia bosan.

Bogum tahu betul V akan menjadi sangat sensitif bila berhubungan dengan adik kembarnya, dia meneguk salivanya supaya bisa mempersiapkan diri kalau V memukul wajahnya. Hal itu tidak bisa dihindari, tetapi Bogum akan berusaha untuk tidak membuat amarah V meledak. Bogum mulai menjelaskan kejadiannya dari awal sampai akhir. Namun, sesuai dugaan Bogum sebelum dia menceritakan yang sebenarnya, V sudah memukul keras wajah Bogum. Seberapa pun Bogum mempersiapkan diri, dia tetap benar-benar merasa kesakitan karena membangunkan seekor harimau dari tidurnya.

TigersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang