"Dia Aira, kekasihku."
Tidak ada yang buka suara setelah Dariel memperkenalkan Aira. Tiap orang memiliki pertanyaan dalam benaknya masing-masing. Terutama pertanyaan apakah Aira lebih tua dari Dariel dan apakah mereka tinggal bersama. Namun tidak ada yang berani mengajukan pertanyaan itu karena khawatir menyinggung Dariel ataupun Aira.
"Mbak Aira?"
Semua mata beralih pada Mona yang mengajukan pertanyaan itu dengan nada terkejut. Mona sendiri tidak perlu berpura-pura terkejut. Nyatanya meski dia sudah menduga Dariel dan Aira menjalin hubungan asmara, tetap saja dia kaget. Selama ini ia pikir Aira wanita baik-baik. Tapi ternyata, kehidupannya yang sulit membuat Aira memilih jalan pintas dengan memanfaatkan kepolosan seorang anak SMA.
"Kamu kenal dia?" bisik Rina yang berada tepat di samping Mona.
"Iya. Mbak Aira tinggal di rumah kontrakan milik orang tuaku." Sengaja Mona mengeraskan suara agar semua yang ada di tempat itu mendengar.
Aira meremas jemari Dariel karena perasaan gugupnya kian memuncak. Dia tidak menyangka, di antara teman-teman Dariel ada satu yang cukup mengenalnya. Aira tahu betul siapa gadis itu. Dia adalah Mona, putri Bu Ina dan Pak Budi, pemilik kontrakan.
Mata Dariel menyipit tidak suka melihat bagaimana Mona menatap Aira. Tampak jelas gadis itu menguarkan aura permusuhan yang membuat Aira makin gugup dan gelisah. Sepertinya Mona masih marah karena Dariel memutuskan hubungan dengannya. Dan kini gadis itu melihat dirinya memperkenalkan seorang wanita sebagai kekasihnya. Pastilah perasaan iri dan cemburu kini membakar hati Mona.
"Oh, jadi kau putri pemilik kontrakan itu?" tanya Dariel basa-basi. Dia ingin melihat sejauh mana Mona akan bermain-main di depannya.
"Iya, Dariel. Aku cukup mengenal Mbak Aira sebelumnya." Mona menjelaskan dengan manis. "Ah, tunggu. Apa mungkin kau pemuda yang membayarkan hutang Mbak Aira pada orang tuaku sebesar lima ratus juta? Orang tuaku bilang dia adalah remaja SMA tampan. Dan dilihat dari seragamnya, orang tuaku menduga remaja itu satu sekolah denganku."
Teman-teman Dariel terbelalak kaget. Mereka tidak menyangka wanita yang tampak sederhana dan polos seperti Aira bisa memiliki hutang yang amat besar. Belum lagi fakta bahwa Dariel yang melunasi hutang-hutang itu. Tidak sedikit yang mulai berpikiran sama seperti Mona. Mungkinkah Aira memanfaatkan Dariel?
"Iya, benar. Memang akulah remaja itu." Dariel menjawab jujur.
Mona menutup mulut dengan gaya dramatis. "Tapi ibuku bilang bahwa remaja itu adalah keponakan Mbak Aira. Lalu kenapa sekarang kau malah memperkenalkan Aira sebagai kekasihmu?"
Aira hendak menjawab namun remasan tangan Dariel di jemarinya menghentikan Aira. Akhirnya Dariel yang kembali memberikan jawaban. Dia tidak bisa membiarkan Aira menjawab karena Dariel tahu, Aira pasti akan menyangkal bahwa mereka adalah sepasang kekasih.
"Aku berbohong pada ibumu agar masalah hutang itu bisa segera di selesaikan. Aku berani bertaruh dia tidak akan berhenti jika aku mengatakan bahwa Aira kekasihku." Dariel diam sejenak. "Jadi apa sudah cukup rasa ingin tahumu atau sama seperti ibumu, kau masih ingin membuka aib Aira untuk mempermalukannya? Jangan khawatir, aku akan menjawab pertanyaanmu. Aku tidak heran karena biasanya memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."
Semua yang ada dalam ruangan itu saling melirik dengan gelisah. Walau nada suara Dariel tenang, tapi dari pilihan katanya jelas remaja itu memendam emosi.
Rina melotot ke arah Mona mengingatkan. Kemudian dia berkata untuk memecahkan ketegangan. "Astaga, kenapa suhu jadi mendadak dingin seperti ini?" Dia segera menghampiri Aira yang masih tertunduk di samping Dariel. "Hai, Aira. Aku Rina." Rina mengulurkan tangan. "Bolehkan aku panggil Aira saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
In His Arm (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Aira tidak mengerti mengapa tiba-tiba bocah SMA itu terus membuntutinya. Bahkan suatu ketika, dengan kurang ajarnya bocah itu meminta Aira untuk menjadi kekasihnya. Sialan! Apa bocah itu pikir Aira adalah perawan tu...