18

41.2K 3.6K 118
                                    

"Mom, ada apa?" tanya Dariel saat melihat Mommynya sedang berdiri di balkon lantai tiga kediaman keluarga Kenneth. Saat ini Dariel tidak bisa melihat wajah sang Mommy karena beliau berdiri membelakanginya.

"Ada apa?!" Amy berbalik lalu menatap putranya dengan sorot mata penuh kemarahan. "Harusnya Mommy yang tanya ada apa? Apa yang sudah wanita itu lakukan hingga kamu tega membohongi Mommy dan Daddy."

"Memangnya Dariel berbohong bagaimana, Mom? Dariel benar-benar menginap di studio." Sebenarnya Dariel sudah bisa menebak apa yang dimaksud Mommynya. Tapi dia sengaja pura-pura tidak mengerti.

"Mommy tidak mempermasalahkan kamu menginap di mana. Yang Mommy permasalahkan adalah wanita itu. Wanita bernama Aira yang sudah memanfaatkan kamu untuk membayar hutang-hutangnya. Dan sepertinya uang lima ratus juta itu belum cukup hingga dengan tidak tahu malunya dia menjadi kekasih anak SMA sepertimu."

Dariel kecewa dan merasa sakit saat mendengar Aira dihina seperti ini. Tapi dia tidak bisa menyalahkan Mommy. Beliau hanya ingin melindungi dirinya. Dan pasti Mona yang sudah mengatakan hal-hal buruk mengenai Aira.

"Mommy salah. Memang Dariel yang menawarkan bantuan. Aira tidak pernah meminta."

"Lalu kenapa kamu tidak jujur pada Mommy dan Daddy? Kenapa harus dengan alasan bahwa adik temanmu sedang sakit dan butuh uang banyak."

"Itu—"

Dia menderita sirosis hati parah.

Kalimat itu melintas di benak Dariel. Tunggu dulu! Berarti dirinya tidak sepenuhnya berbohong pada orang tuanya. Aira memang butuh uang untuk biaya pengobatan adiknya yang menderita sirosis hati. Hanya bagian butuh transplantasi hati yang meleset karena Aira tidak pernah mengungkit hal tersebut. Mungkin seandainya Airi sempat mendapat donor organ, pasti dia masih bisa diselamatkan.

Apa ini? Kenapa kebohongannya bisa sesuai kenyataan seperti ini? Mungkinkah Dariel memang ditakdirkan untuk membantu Aira. Pasti mereka berdua jodoh.

"Dariel! Mommy menunggu jawabanmu. Kenapa kamu malah melamun sambil senyum-senyum seperti itu? Apa kamu pikir kemarahan Mommy hanya lelucon?"

Dariel meringis melihat raut wajah mommynya yang tampak kian murka. Dia bahkan tidak sadar kalau senyum-senyum sendiri. Untung saja daddynya sedang pergi ke luar kota. Kalau tidak, Dariel tidak yakin sanggup menghadapi kemarahan orang tuanya yang sudah bersatu seorang diri.

"Mom, Dariel berkata jujur mengenai adik Aira."

"Kalau begitu antarkan Mommy pada adiknya."

Dariel tertunduk lalu dia mengangkat wajahnya kembali. Raut wajah Dariel tampak sedih saat menatap Mommynya. Masih jelas bagaimana rasa sakit Aira saat mengingat Airi.

"Sayang sekali Airi tidak bisa diselamatkan. Kalau Mommy mau, Dariel akan meminta Aira untuk mengantar kita ke kuburannya."

"Lalu setelah kita pergi ke area pemakaman dan ternyata tidak ada kuburan adik Aira, kalian mau beralasan apalagi? Bahwa kuburannya kena gusur? Banjir?"

"Mom," tegur Dariel kecewa. "Kenapa Mommy sama sekali tidak percaya pada Dariel? Apa saja yang sudah Mona katakana hingga Mommy seperti ini?"

Amy menatap putranya dengan sorot tajam. "Kenapa kamu bisa menduga bahwa Mona yang sudah memberitahu semua ini pada Mommy."

"Karena tadi siang saat Dariel memperkenalkan Aira pada teman-teman Dariel, jelas sekali bahwa Mona tidak menyukai Aira. Bahkan dia juga tidak menutupi perasaannya."

"Maksud kamu Mona, gadis cantik, kaya, dan seumuran dengan kamu itu iri terhadap Aira? Jelaskan apa kira-kira alasan dia merasa iri."

Dariel tahu Mommynya bukan tipe orang yang menilai orang lain dari latar belakang dan kekayaan. Bahkan beliaulah yang telah mengajari Dariel untuk tidak membeda-bedakan. Mengenai Aira yang dipermasalahkan Mommynya kali ini Dariel mengerti. Mommy tidak suka karena merasa Aira memanfaatkan Dariel dan tentu saja, perbedaan usia mereka. Mungkin jika Dariel bisa meyakinkan Mommynya bahwa prasangka mengenai Aira salah, Mommynya tidak akan melarang lagi Dariel berhubungan dengan Aira.

In His Arm (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang