Dariel terlihat tampan dan gagah dengan setelah jas berwarna hitam yang membalut tubuhnya. Dia datang bersama asisten Daddynya yang biasa menemani saat melakukan pertemuan-pertemuan penting. Dengan begitu Dariel tidak perlu khawatir dirinya tidak dianggap karena merupakan orang asing.
Seharusnya Daddynya juga datang dan memperkenalkan Dariel pada para kolega bisnisnya. Tapi jika William ikut, Amy sudah pasti akan ikut juga. Bisa-bisa niat awal William agar Dariel berjumpa dan berbincang dengan Aira tidak terlaksana.
"Lama tidak bertemu, Mr. Gregory."
Dariel langsung menoleh saat mendengar nama asisten Daddynya dipanggil. Dia mendapati seorang lelaki tampan bermata hitam pekat sedang menyapa Greg.
"Oh, Mr. Abraham. Iya, cukup lama tidak bertemu." Greg menyalami lelaki yang ternyata adalah Xavier.
"Apa Mr. Kenneth tidak bisa datang?" tanya Xavier karena tidak menemukan sosok William Kenneth.
"Beliau sedang ada urusan. Di sini ada putra beliau yang menggantikan. Mr. Dariel Kenneth." Greg memperkenalkan Dariel.
Xavier menoleh ke arah Dariel lalu tersenyum lebar. "Wah, sangat menyenangkan bisa berjumpa calon penerus K.F. Group, perusahaan keluarga Kenneth."
Dariel tersenyum sambil menjabat tangan Xavier yang—tidak memegang tongkat? Dariel baru menyadari itu. "Saya juga merasa tersanjung bisa bertemu langsung dengan pemilik Abraham Group yang terkenal dermawan." Itu menurut Daddynya.
"Sepertinya itu terlalu berlebihan. K.F. Group tidak kalah dermawan." Xavier merendah. Tadi dia sempat menangkap lirikan mata Dariel ke arah tongkatnya. "Kadang-kadang kaki saya terasa kaku dan kram. Karena itu saya menggunakan tongkat." Xavier menjelaskan tanpa diminta.
Dariel merasa malu. "Maaf, semoga saya tidak menyinggung Anda."
"Astaga, tidak perlu seperti itu." Xavier terkekeh mendengar nada bersalah Dariel. "Saya sama sekali tidak tersinggung. Malah saya pernah menggunakan kursi roda kemanapun saya pergi. Tapi itu dua tahun yang lalu." Xavier menyukai sikap Dariel. Jelas dia masih sangat muda. Mungkin awal dua puluhan. Tapi tingkahnya sangat sopan. Bahkan sepertinya terlalu sopan dan terlalu baik untuk ukuran pengusaha. Kadang seorang pengusaha harus bersikap kejam dan dingin.
"Anda seseorang yang sangat hebat. Meski berada di atas kursi roda, tapi Anda berhasil membawa Abraham Group ke dalam masa kejayaan." Dariel kembali memuji. Dia sungguh kagum pada sosok di depannya.
"Kebetulan lelaki hebat dan tampan ini adalah milikku." Seorang wanita cantik dengan gaun hitam panjang yang memperlihatkan lekuk tubuhnya melingkarkan tangan di lengan Xavier seraya mengecup pipi Xavier.
Seperti biasa, wajah Xavier memerah karena sang istri menciumnya di depan umum. Sementara itu Dariel tersenyum dikulum melihat kemesraan pasangan di depannya.
Xavier berdehem lalu berkata pada Dariel dan Greg. "Mr. Gregory, Mr. Kenneth. Perkenalkan istri saya, Dea Sintha Patreshea Abraham." Kemudian Xavier beralih pada Sintha. "Sayang, mereka adalah Mr. Steven Gregory dan Mr. Dariel Kenneth."
Sintha segera menjabat tangan Greg dan Dariel bergantian. "Senang bertemu Anda berdua, Mr. Gregory, Mr. Kenneth. Karena nama saya cukup panjang, sebaiknya panggil Sintha saja. Kebetulan saya anak perempuan yang sangat dinanti-nanti dalam keluarga. Jadi semua anggota keluarga berebut ingin memberi nama hingga nama saya sepanjang itu."
Greg dan Dariel terkekeh. Rupanya istri Xavierous Abraham cukup menyenangkan.
"Maaf jika pertanyaan saya menyinggung. Tapi saya sungguh penasaran berapa usia Anda, Mr Kenneth?" tanya Sintha blak-blakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
In His Arm (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Aira tidak mengerti mengapa tiba-tiba bocah SMA itu terus membuntutinya. Bahkan suatu ketika, dengan kurang ajarnya bocah itu meminta Aira untuk menjadi kekasihnya. Sialan! Apa bocah itu pikir Aira adalah perawan tu...