Hari ini adalah senin yang sibuk. Namun Aira tidak merasa kelelahan karena melakukan pekerjaan editor adalah impiannya sejak lama. Tentu jika kita menyukai apa yang kita kerjakan, rasa lelah itu seolah tidak pernah datang.
Tapi untuk menjaga kesehatan, Aira tetap harus memanfaatkan jam makan siang untuk istirahat dan mengisi perut. Bersama tiga orang rekan kerjanya—Sissy, Maudy dan Laura—Aira pergi makan siang di kantin kantor.
Aira bukanlah orang yang mudah bergaul. Beruntung sebagian besar rekan kerja di perusahaan penerbitan itu kebalikan dari sifat Aira. Mereka cerewet dan suka sok akrab, tapi sama sekali tidak menyebalkan dan malah membuat Aira lebih mudah menyesuaikan diri.
Dalam beberapa hari saja, dia sudah makan siang bersama dengan ketiga wanita cantik itu. Yah, awalnya hanya sekedar makan siang, tapi lalu mereka makin akrab hingga ketiga wanita itu semakin terbuka tentang kehidupan mereka masing-masing. Sejauh ini hanya Aira yang masih menyembunyikan kehidupan pribadinya. Dia bahkan yakin ketiga temannya itu pasti akan terkejut jika mengetahui bahwa Aira adalah teman Dennis sekaligus mantan kekasih bos mereka itu.
"Ugh, Pak Dennis sangat seksi." Maudy memuji sambil memperhatikan belakang tubuh Dennis yang berjalan keluar kantin.
"Kapan dia datang? Aku tidak melihatnya." Komentar Aira bingung.
"Aku juga tidak melihat." Laura juga berkata sementara Sissy hanya mengangguk-angguk setuju.
"Saat kita datang, dia memang sudah duduk di sana." Maudy menjelaskan sambil menunjuk meja yang sudah kosong.
"Tidak setia kawan. Ada pemandangan indah dinikmati sendiri." Gerutu Sissy.
"Tadi bukan rezeki kalian." Maudy membela diri dengan seringai geli tapi kemudian berkata lebih serius. "Tadi Pak Dennis beberapa kali menatap ke arah sini. Jadi aku merasa tidak enak memberitahu keberadaannya pada kalian karena kalian pasti akan menoleh bersamaan ke arahnya. Bisa-bisa dia salah tingkah dan berhenti memandangku."
Maudy mengucapkan kalimat terakhirnya sambil mengibaskan rambut dengan gaya percaya diri. Alhasil dia mendapat cibiran dan sorakan dari teman-temannya yang lain kecuali Aira yang hanya memandang dengan senyum geli.
Kadang Aira juga merasa heran mengapa teman-temannya itu tidak tahu bahwa Aira kerap kali datang bersama Dennis. Apa mungkin karena Dennis selalu memarkir mobil di depan gedung utama sementara gedung tempat Aira bekerja terletak paling belakang.
Perusahaan Dennis terdiri dari perusahaan-perusahaan kecil dengan berbagai bidang yang berada dalam satu area. Sementara tempat Dennis bekerja adalah perusahaan pusat yang mengatur semua perusahaan-perusahan kecil itu.
Dennis memang tipe pengusaha yang tidak bisa hanya fokus pada satu bidang tertentu. Karena itu tidak seperti pengusaha lain yang menginginkan perusahaannya menjadi nomor satu di bidang yang digeluti, Dennis hanya cukup memastikan perusahaannya tidak kalah saing. Bukan Cuma satu bidang, namun semua bidang yang ia tekuni.
Seperti perusahaan penerbitan tempat Aira bekerja. Dennis tidak pernah berambisi untuk menjadikannya nomor satu di negeri ini karena ia harus membagi secara adil fokusnya ke bidang lain seperti jaringan hotel dan restoran, bisnis perkayuan dan lainnya. Tapi bukan berarti perusahaan penerbitan miliknya itu kalah saing dengan perusahaan sejenis. Dia memiliki orang-orang handal dan ahli di perusahaannya, termasuk para penulis berbakat. Salah satunya yang makin bersinar namanya adalah penulis Avalee.
Penulis kesayangan Dennis itu memang tidak pernah mengecewakan. Karyanya selalu menjadi rebutan dan hangat diperbincangkan tiap awal tahun baru yang merupakan saat karya baru Avalee dirilis.
Aira sempat salah sangka saat dia mendengar bahwa Avalee adalah penulis kesayangan Dennis. Aira pikir ada hubungan asmara di antara mereka. Belakangan baru Aira tahu bahwa karya yang berada di bawah tanggung jawabnya adalah milik Avalee. Dengan kata lain Avalee itu adalah Sintha karena sekarang Aira hanya bertugas untuk menjadi editor karya Siintha.
KAMU SEDANG MEMBACA
In His Arm (TAMAT)
Romance[CERITA MASIH LENGKAP SAMPAI END] Aira tidak mengerti mengapa tiba-tiba bocah SMA itu terus membuntutinya. Bahkan suatu ketika, dengan kurang ajarnya bocah itu meminta Aira untuk menjadi kekasihnya. Sialan! Apa bocah itu pikir Aira adalah perawan tu...