32b

41K 3.5K 296
                                    

Dua lelaki beda usia itu saling menatap tajam. Jelas keduanya tidak lagi peduli berada di mana dan ada siapa di dekat mereka. Sementara Aira hanya bisa menunduk takut di belakang punggung Dennis.

Xavier buru-buru menengahi sebelum terjadi perkelahian. Dia memang masih tidak mengerti akan permasalahan mereka. Tapi jelas saat ini mereka seperti dua singa jantan yang sedang memperebutkan betina mereka.

Xavier pindah berdiri di antara Dennis dan Dariel lalu berkata, "Tolong jika kalian memiliki masalah pribadi, jangan diumbar di sini. Kalian akan merusak citra diri dan perusahaan kalian jika sikap kalian seperti ini."

Dariel setuju dengan ucapan Xavier. Dia segera meminta maaf pada Xavier seraya mundur selangkah. "Maafkan saya Mr. Abraham." Tapi tentu saja Dariel akan memanfaatkan situasi. "Saya tidak bisa menahan emosi. Tapi pasti Anda juga merasa demikian jika ada orang yang memperlakukan istri Anda dengan kasar. Padahal saya sudah berusaha bersikap tenang meski berhadapan dengan lelaki yang membawa paksa kekasih saya dari rumah tanpa sepengetahuan saya. Dan sampai detik ini kami masih tidak diberi kesempatan untuk bicara."

Melihat bagaimana Dennis memperlakukan Aira, Dariel menyimpulkan bahwa Aira tidak menemuinya karena lelaki tua bangka kekanakan ini yang melarang. Mungkin itu juga yang menjadi alasan Aira terus-menerus merasa tertekan.

Awalnya memang Dariel berpikir bahwa Aira sengaja meninggalkan Dariel tanpa pamit padahal wanita itu bilang masih akan bersamanya selama beberapa hari lagi. Hal itu yang sempat membuat Dariel kecewa dan membenci Aira. Tapi kemudian mimpi mengenai Aira saat dirinya masih koma membuat Dariel berpikir mungkin Aira pergi bukan atas kemauannya sendiri.

Selain itu, Dariel dibuat heran karena teman-teman di sekolahnya tahu alasan Dariel sakit karena seorang wanita. Padahal orang tuanya sama sekali tidak mengungkit mengenai kekasih Dariel yang pergi. Lalu dari mana teman-temannya tahu?

Setelah bertanya sana-sini, akhirnya Dariel menemukan siapa dalangnya. Ternyata Mona. Gadis itu menceritakan semua hingga saat Dennis memaksa Aira untuk segera mengemasi barang.

Hal itu membuat Dariel kian gencar untuk segera mendapatkan Aira kembali. Tapi kemudian masalah dengan Mommynya dan Rick datang hingga membuat Dariel berpikir untuk merelakan Aira.

Sementara itu Xavier tampak kaget lalu melihat Aira dan Dennis bergantian seolah minta penjelasan atas pernyataan Dariel. Sintha juga terkesiap dengan tangan membekap mulut. Kini dia menyadari bahwa lelaki yang dicintai Aira adalah remaja delapan belas tahun. Tapi remaja satu ini cukup keren dan jantan karena berani mengutarakan isi hati dengan sikap santun. Dariel bahkan tadi bersikap seolah tidak terjadi masalah dan mau menyapa kakaknya dan Aira dengan ramah. Jelas berbeda dengan Dennis yang malah tampak seperti manusia purba yang tidak tahu aturan. Padahal dirinya jauh lebih tua dari Dariel.

Seandainya Sintha hanya berdua dengan Aira, Sintha pasti akan menggoda Aira yang berhasil menggaet remaja tampan dan seksi macam Dariel. Belum lagi sikapnya yang layak mendapat julukan lelaki sejati.

Otak novelis Sintha mulai melayang tinggi. Dia jadi penasaran bagaimana dua orang itu dipertemukan dan akhirnya bersatu menjadi sepasang kekasih. Sintha bahkan sangat mengagumi hubungan cinta keduanya dan menganggap Dennis adalah tokoh jahat yang harus disingkirkan. Andai Dennis tahu apa yang dipikirkan Sintha sekarang, mungkin dia tidak mau lagi mengakui Sintha sebagai adik.

Kalau seperti ini, Sintha tidak menyesal memaksa Aira untuk datang meski wanita itu berusaha menolak. Dia cukup bangga turut andil dalam bersatunya cinta sejati antara Dariel dan Aira. Yah, walaupun setelah ini belum tentu mereka benar-benar bisa bersatu karena monster jahat belum dikalahkan.

Monster? Oh, baiklah. Sintha mulai berlebihan hingga menyamai kakaknya dengan monster. Dia tidak mau dikutuk jadi batu oleh kakaknya.

Akhirnya Sintha memilih mengenyahkan pikirannya lalu berusaha mencari jalan tengah. "Begini saja. Nikmati dulu pesta ini. Nanti setelah pesta usai, kalian bertiga bisa bicara baik-baik untuk menyelesaikan masalah kalian."

In His Arm (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang