3

64.9K 4.9K 179
                                    

Sebenarnya Amy telah melarang Dariel masuk sekolah esoknya. Namun pemuda itu memaksa dengan alasan kepalanya sakit karena bosan jika di rumah terus. Akhirnya setelah memastikan Dariel berjanji tidak akan bolos lagi, Amy mengizinkan Dariel berangkat sekolah.

Begitu jam sekolah usai, Dariel langsung memacu motornya menuju pom bensin kemarin. Entah mengapa dia merasa bahwa kejadian nafasnya tersengal-sengal hingga jatuh pingsan kemarin ada hubungannya dengan wanita yang diingat Dariel bernama Aira.

Bisa saja Dariel hanya terlalu mengkait-kaitkan kondisi aneh yang dialaminya. Tapi siapa yang bisa memberi penjelasan kalau bukan dirinya sendiri yang berusaha mencari tahu?

Dengan alasan mengisi bahan bakar, Dariel bertanya pada pegawai pom di sampingnya karena tidak melihat sosok Aira yang diingat Dariel kemarin.

"Mas, pegawai di sini yang bernama Aira tidak masuk kerja?" tanya Dariel, seolah dirinya mengenal Aira.

"Oh, baru saja pergantian shift. Dia masuk shift pagi." Pegawai itu menjelaskan.

"Jadi dia sudah pulang, ya?"

"Belum, masih ada di kantor. Shift pagi sekarang masih merekap pemasukan."

Dariel mengangguk-angguk paham. Tentunya masing-masing shift bertanggung jawab terhadap pemasukan selama jam mereka bekerja. Dan ini tentu kesempatan yang bagus untuknya. Dariel bisa menunggu sampai Aira selesai. Dengan begini dia bisa leluasa mengobrol dengan Aira tanpa mengganggu jam kerja wanita itu.

"Memangnya Adek ada hubungan apa dengan Aira?"

Salah satu alis Dariel terangkat menunjukkan dirinya tidak suka dengan pertanyaan lelaki pegawai pom bensin itu. "Sepertinya kita tidak cukup dekat untuk saya menjawab pertanyaan itu. Jika Anda memang penasaran silahkan tanya pada Aira langsung."

Kini gantian pegawai pom bensin itu yang menatap Dariel tidak suka namun dia tidak melanjutkan.

Dariel mengabaikan tatapan si pegawai pom bensin. Hanya karena dirinya bertanya lalu pegawai itu menjawab, bukan berarti hubungan mereka menjadi dekat.

Setelah selesai mengisi dan membayar, Dariel melajukan motornya pelan ke tempat duduk, tepat di depan cafe milik pom bensin. Kebetulan tempat duduk itu yang paling dekat dengan bangunan yang jelas menunjukkan bahwa itu kantornya.

Deg deg deg.

Detak jantung Dariel kembali meningkat dengan aneh. Rasanya sama seperti kemarin namun Dariel belum bisa memastikan apa alasannya.

Sepuluh menit Dariel menunggu, beberapa orang yang mengenakan seragam pom bensin keluar dari kantor. Dariel masih duduk diam di tempatnya sambil memperhatikan orang-orang itu satu per satu. Dia bahkan mengenali dua di antaranya sebagai pegawai lelaki yang kemarin mengisi tangki bensinnya dan seorang wanita yang membantu Aira bangun saat kejadian nyaris tertabrak motor Dariel.

Dariel mengerutkan kening bingung saat tidak melihat Aira di antara mereka. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Dariel putuskan untuk bertanya pada pegawai pom bensin yang sedang bersiap di tempat parkir untuk pulang. Tapi baru saja berdiri, dilihatnya Aira keluar dari bangunan kantor dengan wajah tertunduk.

Deg deg deg.

Debaran aneh di dadanya makin meningkat. Lalu tiba-tiba desakan ingin menangis terasa di dada Dariel. Tidak perlu waktu lama bagi Dariel untuk menebak bahwa lagi-lagi perasaan ini milik orang lain. Dan orang itu adalah wanita yang kini meninggalkan area pom bensin dengan berjalan kaki.

Namun jantungnya yang berdebar makin cepat belum mendapat jawaban. Dariel tahu bahwa ini memang debaran jantungnya. Tapi kenapa?

Segera Dariel naik ke punggung motornya lalu menyalakan mesin. Setelah itu ia bergerak mendekati Aira yang sudah berjalan di trotoar. Buru-buru Dariel memarkir motornya di pinggir jalan lalu bergegas menghampiri Aira.

In His Arm (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang